Clock By Blog Tips

Friday, October 7, 2011

Manuver Militer Turki ‘Menyulut Api’ Suriah


Seiring meningkatnya ketegangan antara Ankara dan Damaskus, angkatan bersenjata Turki Rabu (5/10) mengumumkan dimulainya manuver militer di perbatasan Suriah. Latihan perang dengan sandi "Yildirim (Petir) -2011" itu digelar di kota Iskenderun, Provinsi Hatay selama sembilan hari.

Ankara mengklaim manuver militer tersebut merupakan agenda latihan perang tahunan untuk menguji sistem mobilisasi pasukan serta efisiensi komunikasi antara angkatan bersenjata dan lembaga-lembaga publik. Empat puluh kendaraan militer dan 730 personil dikerahkan dalam manuver militer tersebut.

Kini, latihan perang itu menjadi pusat perhatian media massa internasional karena digelar di saat hubungan dua negara tetangga yang mulai renggang itu semakin memanas. Perdana Menteri Turki, Recep Tayyip Erdogan dalam lawatannya di Afrika Selatan (Selasa, 4/10) menyatakan akan mengunjungi wilayah kamp pengungsi Suriah di perbatasan yang dihuni 7.500 orang.

Erdogan menyatakan bahwa kegagalan ratifikasi draf resolusi anti-Suriah di Dewan Keamanan PBB tidak akan menghalangi implementasi sanksi sepihak Ankara terhadap Damaskus. Namun ironisnya, tindakan keras Turki atas Suriah itu tidak diterapkan terhadap rezim Al- Khalifa di Bahrain yang menindas rakyatnya sendiri.

Para analis politik menilai manuver militer yang disertai statemen keras pejabat teras Ankara atas Suriah menyulut kemarahan Damaskus melebihi sebelumnya. Tampaknya, pemerintah Turki yang menjadi perpanjangan tangan AS dan rezim Zionis Israel berada di garda depan melawan tetangganya sendiri Suriah.

Padahal Suriah selama ini dkenal sebagai negara yang menunjukkan komitmennya terhadap perjuangan bangsa Palestina melawan Israel. Ankara juga terang-terangan melakukan intervensi langsung dengan mendesak Bashar Assad mengundurkan diri dari jabatannya sebagai presiden Suriah.

Di satu sisi, Turki mengklaim sebagai negara yang mendukung perjuangan bangsa Palestina dengan menyerukan tindakan keras terhadap Israel, bahkan mengancam akan memutus hubungan diplomatik dengan rezim Zionis.

Tampaknya Turki sedang berbagai dengan banyak kartu. Di satu sisi Ankara ingin meraih dukungan dari revolusioner Arab di Timur Tengah dan Afrika Utara dengan mengalihkan isu kebangkitan Islam yang disuarakan revolusi Islam Iran.

Pejabat teras Turki terang-terangan menyerukan kepada pemerintahan baru di Timur Tengah dan Afrika Utara untuk tidak menjadikan pemerintahan Islam sebagai model. Turki cukup percaya diri dengan ancaman kerasnya terhadap Israel dan kebijakan independennya dalam berbagai masalah regional dan internasional.

Namun, sikap Turki tidak benar-benar independen, karena Ankara masih mengekor kebijakan AS dan Zionis. Terbukti, Ankara mendengarkan dikte Washington dan Tel Aviv dan menjadikan Turki sebagai negara yang mengintervensi urusan internal tetangganya sendiri Suriah. Tidak hanya itu, Turki juga bersedia menjadi tuan rumah sistem pertahanan anti-Rudal NATO dan AS yang mengancam negara kawasan seperti Iran.

Sejatinya, dalam kamus politik pemerintah Turki saat ini, Ankara harus mengambil manfaat sebesar-besarnya di tengah hiruk-pikuk politik Timur Tengah dewasa ini. Ankara menyadari betul pesan Machiavelli, "Politik adalah menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan". Manuver militer ‘Petir 2011' dilakukan dalam kerangka itu. (IRIB/PH) 



Sumber :Irib-Radio Iran



Baca lagi 

0 komentar:

Post a Comment