Rio de
Jeneiro - Menteri Pertahanan AS Leon Panetta menggunakan
perjalanannya ke Brazil untuk menghapus keraguan soal janji Washington
mengenai transfer teknologi jika Brasilia membeli jet tempur Boeing
F/A-18 Super Hornet.
Panetta, yang mengakhiri
kunjungan dua hari Kamis, berupaya meredakan kekhawatiran bahwa Amerika
Serikat dapat menggunakan transfer teknologi -- faktor kunci dalam
pilihan yang akan segera diumumkan Brazil tentang jet mana yang akan
dibeli -- sebagai alat politis, lapor AFP.
F/A-18
bersaing dengan jet tempur Rafale produksi Prancis dan Gripen buatan
pabrik Saab Swedia memperebutkan kontrak 36 jet tempur generasi
mendatang senilai antara 4-7 miliar dolar.
Brazil,
kekuatan dominan Amerika Latin dan ekonomi terbesar keenam dunia, kini
menekankan pada transfer teknologi dalam semua perjanjian pertahanannya.
Panetta
Rabu menawari Brazil "sharing teknologi canggih yang belum pernah ada
sebelumnya yang disediakan hanya untuk sekutu dan mitra terdekat kami."
"Kami
sepenuhnya memahami bahwa Brazil tidak memandang hanya sebagai pembeli
pesawat jet tempur, namun lebih sebagai mitra penuh dalam pengembangan
teknologi penerbangan mutakhir," katanya dalam pidato di sebuah akademi
militer.
"Dengan Super Hornet tersebut,
industri pertahanan dan penerbangan Brazil akan mampu mentransformasi
kemitraan mereka dengan perusahaan-perusahaan AS, dan mereka akan
memiliki kesempatan terbaik untuk berkoneksi ke pasar di seluruh
dunia," tambahnya.
Namun para pejabat Brazil waspada terhadap kemungkinan penggunaan larangan teknologi Washington.
Pada
2006, Amerika Serikat memblokir penjualan 24 pesawat serang ringan
Super Tucano yang dibuat oleh perusahaan penerbangan top Brazil Embraer
kepada Venezuela karena mengandung komponen buatan AS.
Super
Tucano adalah pesawat turboprop yang digunakan dalam kontra
pemberontakan, dukungan udara dari dekat, misi pengintaian dan
pelatihan pilot.
Dalam konferensi pers bersama
dengan Panetta di Brasilia Selasa, Menteri Pertahanan Brazil Celso
Amorim menjelaskan pemerintahnya menginginkan jet tempur yang akan
dibelinya supaya diproduksi secara lokal.
Brazil
ingin sekali mengembangkan industri pertahanannya sendiri dan ingin
merangkai pesawat dengan teknologi asing untuk ekspor, sebuah rencana
yang Panetta nampak ingin dukung dengan syarat, mengingat bahwa
pendirian semacam itu merupakan sebuah pencapaian pergeseran kebijakan.
"Ada
masa ketika Amerika Serikat mencegah pengembangan kemampuan militer di
negara-negara di Amerika Latin dan Tengah," kata menteri pertahanan AS
itu Rabu.
"Sekarang ini, kami rasa
pengembangan kemampuan seperti itu penting jika kita dapat menggunakan
kemampuan semacam itu untuk mengembangkan semacam kemitraan inovatif
yang saya ceritakan, guna memajukan keamanan di kawasan ini," tambahnya.
Panetta
menunjukkan bahwa Washington kini jarang menolak lisensi ekspor
teknologi Brazil dan pada kenyataannya telah memberikan 4.000 lisensi
dalam dua tahun belakangan.
Para pejabat AS mengatakan pesanan teknologinya di Brazil melonjak 139 persen sejak 2007.
Suatu
hal yang menjengkelkan Brazil, namun, adalah pembatalan kontrak 380
juta dolar dengan Embraer bagi pembelian 20 pesawat AT-29 Super Tucano
untuk angkatan darat Afghanistan.
Embraer dan
mitra AS-nya Sierra Nevada diberi kontrak pada
Desember namun Angkatan
Udara AS membatalkan kesepakatan pada Februari setelah tentangan legal
dari rival Hawker Beechcraft Corp.
Pentagon
sudah meminta putaran penawaran baru untuk kontrak tersebut, namun
dalam kasus manapun peralatan tersebut tidak dapat dikirimkan sebelum
2014.
Pada Rabu, Panetta juga memuji kebangkitan Brazil di pentas global.
"Ini
adalah hubungan antara dua kekuatan global, dan kami menyambut kekuatan
Brazil yang berkembang. Kami mendukung Brazil sebagai pemimpin global
dan mengupayakan kerja sama pertahanan lebih erat," katanya.
"Kami
tidak akan sepakat dalam setiap masalah -- tidak ada dua negara, bahkan
juga tidak sekutu terdekat, pernah demikian. Namun saya yakin bahwa
kepentingan bersama kita begitu besar, dan kemungkinan-kemungkinan yang
datang dari kerja sama kita begitu nyata, sehingga kita harus menangkap
kesempatan ini untuk membangun kemitraan pertahanan yang lebih kuat,"
katanya.
Menteri pertahanan AS memulai
kunjungan pertamanya ke Amerika Latin di Kolombia Senin dan dia juga
mengunjungi Chile setelah meninggalkan Brazil.