Clock By Blog Tips

Friday, November 26, 2010

Mengapa Korut Menyerang?

Korea Utara Bombadir Korea Selatan
Seoul – Ketegangan di Semenanjung Korea sejak empat dekade lalu, meningkat saat Korea Utara menembakkan artilerinya ke wilayah Korea Selatan, Selasa (23/11) lalu. Apa sebenarnya alasan Korut?

Keributan terakhir antara kedua Korea terjadi ketika kapal angkatan laut korse, Cheonan, tenggelam dan menewaskan 46 pelautnya, Maret lalu. Ketika itu, serangan torpedo yang diklaim dari Utara dilakukan pada malam hari.

Kali ini, serangan ke Pulau Yeonpyeong dilakukan pada siang hari, pukul 14.30 waktu setempat. Serangan pun tak hanya menyasar ke fasilitas militer. Namun juga diarahkan ke pemukiman penduduk sipil di pulau yang terletak dekat perbatasan di Laut Kuning itu.
Dalam siaran televisi nasional, militer Korut malah menyalahkan Selatan dan menyatakan angkatan bersenjata revolusioner Korut memutuskan sebuah tindakan militer terhadap aksi provokasi yang dilakukan oleh rezim boneka (Korsel).

“Jika kelompok boneka berani melanggar perbatasan teritorial maritim Utara, satu milimeter saja, maka angkatan bersenjata revolusioner tak segan melakukan aksi militer tanpa ampun,” demikian pernyataan militer Utara.

Apa sebenarnya yang mendasari tindakan Korut? Duta Korsel untuk keamanan internasional Nam Joo-hong menyatakan, rezim komunis itu mencoba mengukuhkan kekuatan mereka. Salah satunya dengan program pengayaan uranium yang diumumkan beberapa hari sebelum serangan ini.

“Ini merupakan langkah untuk membuat citra keras tertanam dalam putra pemimpin Korea Kim Jong-il, Kim Jong-un. Sehingga sesuai dengan Songun, doktrin militer pertama Utara,” katanya. Tentunya, ini bukan hal sulit mengingat militer Utara dipenuhi oleh orang-orang bergaris keras.
Nam menduga, orang-orang macam inilah yang berada di balik tenggelamnya Cheonan. Ia menuding seorang jendral, Kim Kyok-sik, sebagai kunci pentingnya. Sang jendral adalah pemimpin pangkalan AL di sepanjang pesisir barat negara tersebut. Kabarnya, Kim Jong-il menemuinya sehari sebelum serangan.

Dosen Studi Korut di Korea University, Yoo Ho-yeol menyatakan, sedang terjadi perebutan kekuasaan antara garis keras dengan moderat di Utara. Serangan artileri Selasa lalu memang mengejutkan dan mendadak. “Bisa jadi, ada konflik internal antara kedua kubu itu,” ujarnya.
Hal ini secara diam-diam pernah diakui oleh mantan pengikut Korut yang menolak disebutkan identitasnya. Peristiwa tenggelamnya Cheonan, kata orang tersebut, menunjukkan ada hal-hal tak terkendali sedang terjadi.

Utara, lanjutnya, sedang mengalami krisis kepemimpinan yang berpengaruh ke pembuatan keputusan prosesnya. Berbeda, pendapat lain menyatakan Korut sebenarnya ingin memperoleh dukungan dan berdialog dengan AS mengenai perundingan damai.

Hal ini dikatakan oleh Kepala Sejong Institute, Song Dae-sung. Ia merasa, Utara mencari strategi yang berujung pada konflik dan akhirnya membawa Amerika ke meja perundingan. “Dengan kata lain, Pyongyang ingin Washington meningalkan kebijakan ‘kesabaran strategis’ terhadap negaranya.”

Kemungkinan lainnya, Korut sedang berusaha mencampusi perpolitikan di Selatan dengan menciptakan atmosfir krisis. Hal ini dipercaya sebagai pembentukan hawa kekecewaan terhadap kepemimpinan Presiden Lee Myung-bak, terutama kebijakannya mengenai Korut.

Bagaimanapun, Pyongyang kini merasa merecoki dan menjahili Seoul semakin sulit. Meningkatkan ketegangan dan membentuk sentimen publik yang antikebijakan penuh kekerasan terhadap Utara pun dijadikan jalan pintas.
“Korut ingin Korsel mengubah kebijakan mengenai Utara dan memperoleh lebih banyak kekuasaan dalam hubungan kedua Korea,” demikian dinyatakan Kementerian Unifikasi Korsel.
 
Inilah.com

0 komentar:

Post a Comment