Clock By Blog Tips

Thursday, December 23, 2010

AS dan Rusia Lanjutkan Kerjasama START


WASHINGTON - Senat AS akhirnya menyetujui rencana Presiden Barack Obama untuk melanjutkan pakta perlucutan senjata nuklir dengan Rusia. Sebelumnya, di sela-sela KTT G20 di London, April lalu, Obama dan Presiden Rusia Dmitry Medvedev sempat berunding mengenai penggantian START.Pasalnya, masa berlaku Traktat Pengurangan Persenjataan Strategis (START) yang mengatur persenjataan nuklir jarak jauh tersebut akan berakhir pada akhir Desember ini.

Seperti dikutip AP, Rabu (22/12), dengan adanya persetujuan dari pihak Senat tersebut, maka ini adalah kemenangan besar bagi Obama pascapartainya kalah pada pemilu sela beberapa waktu lalu. Sejak Partai Demokrat tidak lagi menjadi mayoritas di tingkat parlemen, kebijakan-kebijakan Obama, baik itu domestik maupun luar negeri, terancam tidak terealisasi.

Namun demikian, untuk kebijakan luar negeri soal senjata nuklir ini, Senat akhirnya setuju dengan perpanjangan START. Kepastian akan berlanjutnya START ini terjadi setelah 11 anggota senat dari Partai Republik bergabung dengan Demokrat dalam pemungutan suara yang berlangsung Selasa (21/12) atau Rabu WIB. Dengan demikian pada pemungutan suara terakhir pada Rabu atau Kamis WIB, kebijakan ini dipastikan lolos.

Dengan demikian, persetujuan dari senat tersebut merupakan keberhasilan Obama kembali membawa START sebagai bagian dari politik luar negerinya setelah seminggu lalu, sempat akan gagal karena kurang suara. Dengan adanya dukungan dari Partai Republik tersebut, maka Obama mendapat kesempatan kemabli untuk memperbaiki hubungan diplomatik antara AS dengan Rusia.
"Setekah perdebatan panjang, akhirnya kita berhasil membuat catatan sejarah, setidaknya untuk 40 tahun kedepan, perjanjian Start ini akan tetap eksis," kata Ketua Komite Hubungan Luar Negeri John Kerry, yang juga anggota Demokrat.

Saat ini, sekitar 90 persen dari persenjataan nuklir di dunia adalah milik Rusia dan AS. START kali pertama ditandatangani pada Juli 1991 oleh Presiden AS George Bush dan Presiden Uni Soviet Mikhail Gorbachev. Traktat ini menjadi kesepakatan bilateral pengurangan persenjataan nuklir terbesar sepanjang sejarah. Kini, Obama berhasil mencetak sejarah baru, setidaknya untuk 40 tahun ke depan, perjanjian tersebut tetap akan eksis. (A-133/das)

(PRLM)

0 komentar:

Post a Comment