Clock By Blog Tips

Wednesday, August 1, 2012

Prajurit TNI Patroli Gabungan di Lebanon


Prajurit TNI yang tergabung dalam satuan tugas Batalyon Mekanis Kontingen Garuda XXIII-F/UNIFIL, (Indobatt) melaksanakan Patroli Gabungan Bersama dengan Tentara Lebanon LAF (Lebanese Armed Force) dan Tentara FCR (Force Commander Reserve) dari Perancis, bertempat di Area Operasi Indobatt sekitar perbatasan (blue line) antara Lebanon dengan Israel, Minggu (29/7/2012). Patroli dilaksanakan dalam rangka menjaga dan memonitor situasi dan kondisi perdamaian yang sudah tercipta di Lebanon.
Kegiatan patroli yang dilaksanakan meliputi CRLO (Counter Rocket Launcher) yang dilaksanakan oleh tim dari Kompi Dragon bersama FCR disekitar Area Operasi Kompi Adshid al Qusayr, dengan Komandan Tim Lettu Inf Kukuh.

Reece Gabungan dilaksanakan oleh tim dari Kompi Cheetah dengan FCR di seluruh Area Operasi Indobatt, dengan Komandan Tim Lettu Mar Empri.

Untuk kegiatan Foot Patrol dilaksanakan oleh tim dari Kompi Alphard bersama LAF dan FCR, dengan Komandan Tim Letda Inf Irwan Tanjung. Patroli jalan kaki (foot patrol) dilaksanakan di sekitar perbatasan Lebanon-Israel (blue line), dengan start awal dari Markas Kompi Alphard UN Posn 9-63 berakhir di Pos Panorama Point.

Dari seluruh rangkaian kegiatan patroli gabungan bersama yang dilaksanakan selama satu hari, pelaksanaannya berjalan dengan lancar dan aman serta tidak ditemukan hal-hal yang menonjol yang terjadi di Area Operasi Indobatt.

Menurut Komandan Satgas Indobatt Letkol Inf Suharto Sudarsono yang hadir pada saat pelaksanaan debriefing usai pelaksanaan patroli mengatakan, bahwa Patroli Gabungan Bersama ini merupakan program UNIFIL dan Indobatt bekerjasama dengan militer Lebanon (LAF), dengan tujuan untuk mengontrol dan memonitor suasana perdamaian yang sudah tercipta selama ini.    Selain itu, dengan patroli bersama diharapkan dapat meningkatkan hubungan yang baik antar angkatan dalam melaksanakan tugas misi perdamaian di Lebanon.



Rusia rundingkan pembukaan pangkalan AL di Kuba dan Vietnam


"Rusia akan melakukan perundingan tentang pembukaan pangkalan angkatan laut di Kuba dan Vietnam serta Seychelles," kata Panglima Angkatan Laut Rusia, Laksamana Madya Viktor Chirkov, Jumat.
"Benar, kami sedang berusaha membangun angkatan laut Rusia di luar wilayah Rusia," kata Chirkov kepada kantor berita RIA Novosti.

"Dalam rangka ini kita akan membicarakan kemungkinkan membangun pusat-pusat pasokan materi dan teknik di wilayah Kuba, Seychelles dan Vietnam," kata Chirkov menjelang satu pertemuan antara Presiden Rusia, Vladimir Putin, dan Pesiden Vietnam, Truong Tan Sang, Jumat malam.

Angkatan Laut Sovyet memiliki pangkalan-pangkalan di negara asing di Cam Rahn, di Vietnam Selatan dan Tartus, Suriah.

Putin pada 2001 memutuskan akan menutup pangkalan di Vietnam, yang Moskow sewa sejak masa Uni Sovyet,sebagai satu hasil dari perjanjian pada 1979 antara Vietnam dan Uni Sovyet. Rusia meninggalkan pangkalan itu pada 2002. 

Pangkalan Tartus di Suriah, yang dibangun pada 1971 sebagai pusat pasokan bagi armada Rusia di Mediterenia, merupakan satu-satunya pengkalan militer Moskow di luar Uni Sovyet.

Kendatipun para pengamat menganggap pangkalan Tartus sebagai aset strategis penting bagi Moskow di Mediterenia, prasarananya sederhana dengan hanya puluhan staf berpangkaan di sana pada satu saat dan kapal-kapal angkatan laut hanya datang untuk kunjungan singkat.

Pada awal masa jabatan kepresidenannya, Putin juga menutup satu pos pengawas di Kuba, satu sekutu era-Sovyet, dan apa yang dianggap saat itu sebagai satu langkah penting menuju pada perbaikan hubungan pasca-Perang Dingin dengan Washington.

Tetapi hubungan antara Rusia dan Barat berada dalam satu periode ketegangan pada awal masa jabatan ketiga Putin, Moskow dianggap akan menghidupkan kembali aliansi-aliansi era-Sovyet.

Kantor berita RIA Novosti mengatakan diperlukan membuka pangkalan-pangkalan angkatan laut yang baru di luar negeri pertama diungkapkan tahun 2008 ketika armada Rusia ikut dalam operasi-operasi anti-pembajak di Teluk Aden.

Pada saat itu Angkatan Laut Rusia memikirkan tentang kemungkinan pembukaan satu pangkalan di Djibouti Afrika, kata kantor berita itu.


Pakistan Sepakati Peraturan Pasokan NATO

Truk pertama yang membawa suplai logistik pasukan NATO melintasi perbatasan dari Pakistan menuju Afganistan di Chaman, Pakistan, di bawah kawalan ketat tentara penjaga perbatasan, Kamis (5/7). Truk yang membawa suplai logistik NATO ke Afganistan bisa berjalan setelah Islamabad menghentikan blokade penutupan perbatasan yang berlangsung selama tujuh bulan. Pakistan menutup perbatasan darat mereka dengan Afganistan sebagai protes atas tewasnya 24 prajurit mereka oleh serangan pesawat udara Amerika Serikat, November 2011.

Pakistan, pada Selasa (31/7/2012),  menandatangani perjanjian dengan Amerika Serikat mengenai pengaturan iringan NATO memasok perbekalan tentaranya di Afganistan.
   
Islamabad setuju membuka kembali jalur darat pasokan NATO ke tetangganya itu, yang dilanda perang, pada awal bulan ini setelah mereka menutup tujuh bulan sebagai protes atas serangan udara AS, yang menewaskan 24 tentara Pakistan.
   
Kesepakatan itu merupakan bagian dari upaya "perang melawan teror" sekutu untuk menambal perpecahan hubungan mereka yang merosot ke dalam krisis tahun lalu, selama serangan udara dan penemuan atas  persembunyian tokoh Al Qaeda  Osama bin Laden di Pakistan.
   
Pedoman-pedoman yang ditetapkan oleh parlemen Pakistan awal tahun ini bersikeras bahwa di masa depan hanya pasokan yang tidak mematikan yang boleh diangkut melalui negara itu, meskipun para pejabat Barat mengatakan ini tidak pernah terjadi pada tahap pertama.
   
Seorang pejabat keamanan Pakistan mengatakan, sebagaimana warta AFP, kesepakatan itu memberikan Islamabad hak untuk menolak suatu  pengiriman dan chip-chip radio khusus akan dipasang di semua kontainer untuk pemantauan.
   
Richard Hoagland, diplomat Amerika Serikat paling senior saat ini di Pakistan, yang menandatangani perjanjian itu atas nama Washington, menyambut penandatanganan tersebut sebagai satu demonstrasi dari meningkatkan transparansi dan keterbukaan antara kedua pemerintah.



Sumber : Kompas

Ranpur "Anoa" Diinspeksi Tim COE UNIFIL

Tim COE (Contingent Owned Equipment) mengadakan inspeksi dalam rangka Periodic Inspection yang dipimpin Mr Henry di Markas Indo FPC Sudirman Camp Naqoura Lebanon Selatan, Selasa (31/7/2012).

Komandan Satgas Indo FPC (Force Protection Company) XXVI D-2/UNIFIL, Mayor Inf Wimoko, didampingi seluruh staf Satgas menerima kedatangan Tim COE (Contingent Owned Equipment) dalam rangka Periodic Inspection yang dipimpin Mr Henry di Markas Indo FPC Sudirman Camp Naqoura Lebanon Selatan, Selasa (31/7/2012). Inspeksi berlangsung sejak pukul 09.00 dan berakhir pada pukul 15.00, oleh tim yang beranggotakan sepuluh orang Staf UNIFIL baik militer maupun sipil yang bertugas melaksanakan pemeriksaan kesiapan material dan perlengkapan yang dimiliki Satgas Indo FPC.

Menurut Mr Henry, sasaran pemeriksaan ini meliputi Major Equipment dan Self-Sustaiment yang bertujuan mengetahui kesiapan operasional Satgas yang tergabung dalam misi UNIFIL, khususnya Satgas Indo FPC yang berada di Lebanon Selatan, dan juga untuk memastikan perlengkapan yang dimiliki harus sesuai dengan MOU yang telah dibuat antara UNIFIL dan pemerintah Indonesia.

Pemeriksaan ini dikenal dengan nama Periodic Inspection, yang dilakukan setiap tiga bulan sekali. Pemeriksaan kali ini merupakan yang kedua kali dilaksanakan bagi Satgas Indo FPC XXVI D-2/UNIFIL selama menjalankan misi pedamaian di Lebanon Selatan.

Dalam kegiatan tersebut, Perwira Seksi Logistik Indo FPC XXVI D-2, Kapten Kav I Nyoman Artawan, yang bertanggung jawab terhadap kesiapan material Satgas mengatakan, pemeriksaan rutin setiap tiga bulan terhadap kondisi material Satgas dimaksudkan untuk mengetahui sedini mungkin kondisi materiil dan alat perlengkapan yang dimiliki Satgas. Dengan demikian, semuanya selalu dalam keadaan siap operasi dan sesuai dengan MOU yang telah dibuat.

Kendaraan tempur "Anoa", merupakan kendaraan tempur produksi PT PINDAD–Indonesia yang baru datang dari Indonesia, mendapat kesempatan pertama inspeksi dari tim COE UNIFIL. Inspeksi ini meliputi sistem komunikasi, persenjataan, alpal pendukungnya hingga kemampuan laju ranpur. Dari hasil inspeksi ranpur, Anoa dinyatakan memenuhi standar yang telah ditentukan UNIFIL. Keberadaan APC Anoa di UNIFIL menggantikan ranpur sejenisnya yaitu APC VAB NG buatan Perancis.

Dari hasil pemeriksaan tersebut, Tim COE menyimpulkan bahwa secara keseluruhan Satgas Indo FPC XXVI D-2/UNIFIL memenuhi standar kesiapan material COE yang ditentukan oleh PBB. Namun demikian, kesiapan ini harus selalu dipelihara dalam kondisi apapun, baik saat inspeksi maupun tidak. Demikian pesan Komandan Satgas Indo FPC kepada seluruh personel yang terlibat dalam inspeksi Tim COE UNIFIL kali ini. 


Sumber : Kompas

Hubungan PKC dan militer China bergeser


Hubungan antara kepemimpinan Partai Komunis China dan militer negara itu, Tentara Pembebasan Rakyat, telah bergeser dan menjadi lebih rumit bahkan aksi China jadi sulit ditebak. Ini menimbulkan masalah baru bernama pengelolaan resiko.

Pernyataan itu dirilis Jepang dalam Laporan Tahunan Pertahanan-nya. Pergeseran juga dilandasi Korea Utara yang dianggap sebagai ancaman serius terhadap keamanan Jepang dimana Tentara Pembebasan Rakyat lebih sering menyuarakan opini mereka.
Hal itu dilihat sebagai pergeseran kunci dalam hubungan politik-militer. "Tingkat pengaruh militer terhadap keputusan-keputusan kebijakan politik luar negeri sudah berubah," kata laporan itu.

Sebagai contoh, para pejabat tinggi militer China sudah makin bersuara dengan berkomentar di depan publik tentang pengeboran Amerika Serikat di perairan-perairan kawasan, kata para pejabat pertahanan Jepang.

China terlibat sengketa-sengketa terpisah menyangkut klaim wilayah kawasan, yaitu dengan Jepang serta sejumlah negara-negara ASEAN, termasuk Vietnam dan Filipina --yang dalam beberapa tahun terakhir ini memanas.

Namun, laporan itu juga mengatakan, PLA mungkin telah membatasi pengaruh dengan penurunan jumlah personelnya di badan-badan pembuat keputusan politik utama.

"Kita melihat niat dan tujuan di belakang aksi-aksi China menjadi lebih sulit diprediksi, ini tantangan kita dalam menghadapi negara tersebut," kata Toshinori Tanaka, Direktur Kantor Analisa Intelijen Strategis pada Kementerian Pertahanan Jepang.

Tokyo tahun ini kembali merujuk reaksi-reaksi China dalam sengketa dengan negara-negara tetangganya sebagai "mementingkan diri sendiri". Gambaran dari Jepang ini membuat heran Beijing ketika Jepang menyebutkan hal itu untuk pertama kalinya dalam laporan tahun lalu.

"Langkah-langkah (militer) China, bersamaan dengan ketiadaan transparansi dalam masalah militer dan keamanan, perlu dikhawatirkan," kata laporan itu, yang juga mencatat pembelanjaan pertahanan China dalam dua dekade terakhir berkembang 30 kali lipat.

Laporan itu juga mengeluarkan peringatan mengenai peluncuran roket oleh Pyongyang awal tahun ini, yang disebut Pyongyang sebagai peluncuran satelit tujuan damai sementara para kritikus mengecam peluncuran itu karena diyakini merupakan uji coba peluru kendali balistik jarak jauh.
 
 
 
Sumber : Antara

Militer: Iran tidak akan izinkan musuh memasuki Suriah


Iran "tidak akan mengizinkan musuh bergerak" memasuki Suriah, tetapi belum melihat diperlukan intervensi langsung, kata wakil panglima angkatan bersenjata Republik Islam itu yang dikutip media Selasa.

"Masih belum dibutuhkan bagi kalangan dalam sahabat-sahabat Suriah untuk memasuki penuh daerah itu, dan penilaian kami adalah tidak perlu dilakukan tindakan itu," kata Brigjen Masoud Jazayeri, yang dikutip surat kabar Shargh, lapor AFP.

"Dalam situasi khusus, kami memutuskan bagaimana mendukung perlawanan nasional (anti-Israel) dan para sahabat kami. Kami akan menunggu dan melihat situasi dan kondisi ke depan," katanya.

"Kami sangat peka apabila itu terjadi pada para sahabat kami dalam perlawanan (anti-Israel) di kawasan itu, dan kami tidak akan mengizikan musuh bergerak maju," katanya.

Seorang komandan senior dalam pasukan elit Iran Pengawal Revolusi, Jenderal Hamid Reza Moqadam-Far, yang dikutip surat kabar lainnya, Kayhan yang mengatakan para warga sipil Suriah kini memerangi pemberontak bersama pasukan pemerintah.

Ia menambahkan bahwa, jika pemberontakan itu dilumpuhkan, itu akan "menimbulkan satu pukulan besar terhadap Arab Saudi dan negara-negara Barat," yang Teheran anggap sebagai pemberi bantuan langsung kepada pemberontakan itu.

Iran adalah salah satu dari sekutu-sekutu penting dari pemerintah Presiden Bashar al-Assad bersama dengan Rusia dan China.

Iran menganggap Suriah sebagai bagian dari blok anti-Israel kawasan itu yang termasuk dirinya sendiri, milisi Hizbullah Lebanon dan kelompok Hamas Palestina.

Teheran memberikan bantuan kemanusiaan dan dukungan diplomatik kepada Damaskus, tetapi membantah laporan-laporan bahwa Teheran telah mengirim bantuan militer.

Menlu Ali Akbar Salehi melakukan percakapan telepon Senin malam dengan sejawat Swedianya,Carl Bildt, di mana ia mengatakan perlu dilakukan dialog antara pemerintah Suriah dan oposisi untuk menyelesaikan konflik itu.

"Para sahabat Suriah dan mereka yang menginginkan perdamaian dan stabilitas di kawsan itu harus bersiap-siap mendukung dialog antara pemerintah dan oposisi untuk memfasilitasi satu jalan keluar dari krisis itu," kata Salehi yang dikutip kantor berita resmi IRNA.

Pada Senin, pemerintah Suriah mengirim helikopter-helikopter tempur dan artileri untuk menggempur distrik-distrik yang dikuasai pemberontak di Aleppo, ibu kota bisnis negara itu.

Pemberontakan 16 bulan di Suriah itu, dan tindakan keras pasukan Bashar terhadap kelompok oposisi yang juga melakukan aksi serupa telah menewaskan lebih dari 20.000 orang, kata data para aktivis dan menyebabkan ratusan ribu warga sipil mengungsi.



Sumber : Antara

Thursday, July 26, 2012

AS Tempatkan Pasukan di Polandia



Pentagon, Rabu, mengatakan pihaknya berencana untuk mengirimkan detasemen angkatan udara Amerika Serikat ke Polandia guna mendukung jet-jet tempur dan transportasi pesawat. Kehadiran detasemen udara AS, menandai untuk pertama kali tentara Amerika telah ditempatkan di negara ini.

Pengumuman itu dibuat pada akhir pembicaraan antara Menteri Pertahanan AS Leon Panetta dan timpalannya Menteri Pertahanan Polandia Tomasz Siemoniak di Washington.

Detasemen itu "akan tiba pada musim gugur ini untuk mendukung penyebaran triwulanan F-16 dan C-130 mulai tahun 2013 dan akan menjadi pasukan AS pertama yang ditempatkan di wilayah Polandia," kata juru bicara Pentagon George Little dalam satu pernyataan.

"Kedatangan detasemen ini akan menandai langkah baru ke depan dalam hubungan antara Amerika Serikat dan Polandia dan memungkinkan kerja sama miiter lebih dekat."

Jet-jet tempur AS F-16 dan pesawat transportasi Hercules akan digunakan di Polandia secara bergiliran pada tahun depan, kata pernyataan itu.

Para menteri juga membahas kontribusi Polandia kepada pasukan internasional di Afghanistan, di mana hampir 2.500 tentara Polandia ditempatkan di timur Provinsi Ghazni, dan Warsawa partisipasi dalam pertahanan rudal NATO.

Polandia dan Rumania masing-masing diharapkan menjadi tuan rumah satu pencegat rudal balistik pada tahun 2018. Sedangkan Turki menjadi tuan rumah sistem radar peringatan dini.


Sumber : Republika

Jenderal Israel Menolak Opsi Militer ke Suriah

Kepala Staf Militer Israel, Letnan Jenderal, Benny Gantz.

Krisis yang belakangan ini terjadi tidak hanya didominasi aksi kekerasan, yang terjadi hampir di beberapa wilayah Suriah, melainkan juga bergeser pada adanya dugaan penggunaan senjata kimia oleh rezim Presiden Bashar Al Assad.

Terkait hal itu, beberapa negara Barat membuka kemungkinan untuk melakukan intervensi militer di Suriah. Salah satu negara yang getol ingin melakukan hal tersebut adalah Israel.

Namun, langkah negeri Yahudi tersebut mendapat pertentangan dari pejabat militernya sendiri. Adalah Kepala Staf Militer Israel, Letnan Jenderal (Letjen) Benny Gantz yang menentang langkah itu. Ia mengatakan, bahwa rezim Israel akan menghadapi konflik berskala besar jika melakukan intervensi militer (serangan).

"Kita perlu untuk mempertimbangkan apa yang akan tetap kita miliki setelah bertindak dan apa yang akan hilang dari tangan kita," katanya kepada parlemen Israel, Selasa (24/7).

Gantz juga menyatakan bahwa tentara Suriah menjaga senjata tersebut dan telah meningkatkan keamanan senjata tersebut. Pernyataan itu disampaikan dia beberapa hari setelah Menteri Pertahanan Israel, Ehud Barak yang mengatakan bahwa Israel mungkin akan menyerang Suriah jika negara Arab itu mentransfer senjata pemusnah massal ke Lebanon.

"Saya sudah menginstruksikan militer untuk meningkatkan persiapan intelijen dan mempersiapkan apa yang dibutuhkan sehingga (jika diperlukan) kita akan meluncurkan operasi militer," bebernya.

Namun, juru bicara Kementerian Luar Negeri Suriah, Jihad Makdissi mengatakan kepada wartawan di Damaskus pada 23 Juli bahwa Suriah tidak akan menggunakan senjata kimia terhadap warga sipil, dan hanya akan menggunakannya jika terjadi agresi eksternal.

Rezim Israel sedang mencoba untuk membuka jalan untuk melakukan serangan terhadap Suriah dengan memanfaatkan alasan bahwa senjata kimia di negara Arab mungkin jatuh ke tangan lainnya.

Pada tahun 2003, Amerika Serikat menyerang Irak dengan dalih bahwa Baghdad memiliki senjata pemusnah massal (WMD). Namun, tidak ada WMD yang pernah ditemukan di Irak setelah invasi AS ke negara itu. 



Sumber : Republika

Iran Siap Produksi Sistem Militer Terbaru

Menteri Pertahanan Iran Brigadir Jenderal Ahmad Vahidi


Menteri Pertahanan Iran Brigadir Jenderal Ahmad Vahidi mengatakan negaranya akan segera meluncurkan lini produksi dua sistem militer terbaru produksi dalam negeri. "Produksi rudal presisi tinggi dan kapal terbang bersenjata (pesawat amfibi) akan diluncurkan segera, katanya kepada wartawan, Rabu (25/7).

Selama beberapa tahun terakhir, Iran telah membuat terobosan penting di sektor pertahanan. Bahkan, negeri Mullah tersebut telah mencapai swasembada dalam memproduksi peralatan militer.

Republik Islam Iran telah berulang kali menegaskan bahwa kekuatan militer Iran semata-mata berdasarkan pada doktrin pertahanan nasional dan tidak menimbulkan ancaman bagi negara lain.

Mengenai perkembangan di Suriah, Vahidi menolak laporan tertentu yang mengatakan bahwa Iran memiliki pasukan di negara Arab itu. Ia jugamengatakan propaganda media bertujuan untuk menutupi kehadiran teroris asing di negara ini.

"Pernyataan tersebut ditujukan untuk menutupi keberadaan teroris dari berbagai belahan dunia di Suriah," katanya menegaskan.



Sumber : Republika

Wednesday, July 25, 2012

Korea Utara Kerahkan Heli di Perbatasan


Untuk kembali mempertegas posisinya di wilayah perbatasan, barubaru ini Korea Utara (Korut) mengerahkan puluhan helikopter serang di dekat perbatasan laut yang disengketakan dengan Korea Selatan (Korsel).

Kantor berita Yonhapdan media lainnya melaporkan, Korut telah menempatkan sekitar 50 helikopter di Taetan dan Pangkalan Udara Nuchon dekat Laut Kuning. Helikopter ini termasuk versi upgradedari helikopter Korut Mi-2 serta Mi-4 dan model Mi-8 yang diimpor dari Uni Soviet dekade lalu.

Masih menurut sumber yang dikutip Yonhapdan media lainnya, beberapa helikopter pun telah dipersenjatai dengan senapan mesin dan roket. “Ini helikopter yang digunakan untuk serangan darat dan pasukan latihan mobilitas berkecepatan tinggi,” ungkap Yonhap mengutip seorang pejabat.


Sumber : Sindo

Senjata Kimia Suriah Dikecam


Dunia mengkhawatirkan penggunaan senjata kimia oleh rezim berkuasa Suriah, di tengah keterdesakan mereka menghadapi pemberontak dan tekanan asing.

Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama kemarin memperingatkan Presiden Suriah Bashar al-Assad, bahwa jika menggunakan senjata kimia bakal menjadi “kesalahan tragis”. Kecaman Obama itu setelah Assad menegaskan bahwa mereka memiliki cadangan senjata kimia dan akan menggunakannya jika diserang oleh negara lain.Penegasan itu setelah pasukanpemberontaktelahmenguasai sebagian besar wilayah Damaskus pascapertempuran berat selama satu pekan terakhir.

”Kami ingin meminta kejelasan kepada Assad mengenai cadangan senjata kimia.Kami menegaskan padanya bahwa dunia terus memantaunya,”kata Obama di depan para veteran AS di Nevada, dikutip AFP. “Mereka akan dimintai pertanggungjawaban oleh komunitas internasional dan AS.Mereka akan membuat kesalahan tragis dengan menggunakan senjata-senjata itu.”

Bukan hanya Obama,Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Ban Kimoon pun mengatakan bahwa gagasan menggunakan senjata kimia adalah sesuatu yang tercela.“ Semua negara memiliki kewajiban untuk tidak menggunakan senjata pemusnah massal, apakah merekaterikat dengan konvensi atau tidak,” kata Ban.

Kemudian, Israel telah menyatakan keprihatinan mengenai nasib persenjataan Suriah. Perdana Menteri (PM) Israel Benyamin Netanyahu berbicara mengenai ancaman besar bahwa gudang-gudang senjata akan jatuh ke tangan kelompok Syiah Islam Lebanon, Hizbullah. Menteri Luar Negeri Prancis Laurent Fabius menegaskan, penggunaan senjata kimia oleh pasukan pemerintah Suriah tidak bisa diterima.

“Penggunaan senjata kimia sama sekali tidak bisa diterima. Presiden Obama telah membuat pernyataan dan juga lainnya. Senjata-senjata ini di bawah pengawasan ketat komunitas internasional,” ujar Fabius kepada France 2. Menurut Fabius, Presiden Assad dalam kondisi terjepit dan tawaran pelengseran lunak dari jabatannya oleh Liga Arab tidak akan menyelamatkannya dari hukuman.

“Liga Arab memang telah memberikan tawaran itu.Namun, saya kira untuk jangka panjang semua diktator harus membayar kejahatannya,”ujar Fabius,seperti dikutip AFP.“Pada akhirnya, bagi dia dan diktator lain tidak akan nada pengampunan. Assad akan jatuh. Hanya tinggal menunggu waktu.” Sebagai sekutu utama Suriah, Presiden Rusia Vladimir Putin memperingatkan perang sipil yang berlarut-larut seharusnya para pemberontakan diizinkan untuk menumbangkan Assad dari kekuasaan.

“Kami sangat khawatir jika kepemimpinan (Suriah) saat ini digulingkan dari kekuasaan secara inkonstitusional, maka oposisi dan kepemimpinan saat ini kemungkinan akan mengubah tempat,” kata Putin, dikutip kantor berita Interfax. Dia memperingatkan tidak ada yang dapat memprediksi berapa lama perang sipil bakal terjadi. Sementara pemimpin oposisi Suriah,Abdel Basset Sayda, memperingatkan adanya kemungkinan rezim Assad bakal menggunakan senjata kimia.

“Rezim yang membunuhi anak-anak,memerkosa perempuan, mereka bisa saja menggunakan senjata kimia,” kata Sayda kepada kantor berita Anatolia. Reaksi dunia itu hanya beberapa jam setelah Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Suriah Jihad Makdissi memberikan pengakuan implisit pertama dari Damaskus, bahwa mereka memiliki simpanan senjata kimia. “Senjata itu disimpan dengan aman. Suriah tidak akan pernah menggunakannya untuk melawan rakyat mereka sendiri, tetapi hanya dalam kasus agresi asing,”kata Makdissi dikutip BBC.

Makdissi menambahkan, para jenderal yang akan memutuskan kapan dan bagaimana para tentara Suriah bakal menggunakan senjata kimia tersebut. Para pemberontak juga menuding Assad telah memindahkan senjata kimia ke perbatasan negara itu. Seperti diungkapkan Dewan Nasional Suriah (SNC),pemindahan senjata kimia untuk menekan komunitas internasional. “Kita berada pada komando bersama Pasukan Pembebasan Suriah (FSA) sangat mengetahui di mana lokasi dan posisi senjata itu,” demikian pernyataan SNC.

“Kita juga tahu bahwa Assad telah memindahkan beberapa senjata itu dan perlengkapannya ke beberapa bandara di perbatasan.” Selanjutnya, sebagai solusi politik,kubu oposisi tetap mencari solusi politik.“Kita mempertimbangkan transisi yang sama seperti terjadi di Yaman, setelah berbulan-bulan berkonflik dengan mantan presiden Ali Abdullah Saleh,” Juru Bicara SND George Sabra. Lantas siapa figur yang bakal memimpin transisi?

“Suriah memiliki tokoh patriotik baik di pemerintahan dan militer yang dapat mengambil peran penting itu,”jawabnya.Hanya, dia tidak menjelaskan siapa figur yang dimaksud.


Sumber : Sindo

Filipina Perkuat Militer di Laut China Selatan


Filipina bertekad untuk tidak akan mundur dari sengketa di Laut China Selatan, dengan memperkuat pertahanan militer negara itu.Tekad ini disampaikan Presiden Benigno Aquino di hadapan anggota parlemen negara itu pada Senin (23/7).

Aquino mengumumkan negaranya akan segera mendapatkan lebih dari 40 pesawat militer baru,termasuk helikopter serang dan dua pesawat kargo yang diperbarui serta kapal untuk pertahanan maritim. Adapun senjata lainnya akan dikirim dalam dua tahun ke depan, guna memperkuat militer Filipina di tengah ketegangan dalam sengketa wilayah di Laut China Selatan. “Kapal angkatan laut melambangkan kemampuan Filipina untuk melindungi, berjuang, dan menjaga kepentingan seluruh negara,” papar Aquino, seperti dikutip philippinenews. com.

Tambahan kekuatan baru ini juga untuk meningkatkan pertahanan militer Filipina sudah mencapai Teluk Manila. “Kerja sama militer Filipina dengan AS telah membuat Washington memberikan dana sebesar USD30 juta, untuk membantu melindungi pantai sejauh 36.000 kilometer dari garis pantai negara itu,” tegas Aquino, dikutip Washington Post. Meski bertekad meningkatkan pertahanan militer negaranya, Aquino tetap menekankan bahwa Filipina berharap mendapatkan solusi damai dengan China.

Ketegangan antara Filipina dan China meletus pada April, ketika kedua negara saling mengklaim wilayah di Laut China Selatan.Di China,wilayah ini disebut dengan Pulau Huangyan, sementara di Filipina dikenal dengan sebutan Bajo de Masinloc. Laut China Selatan memiliki kekayaan sumber daya mineral atau disebut dengan Kepulauan Spratly.

Pidato ini disampaikan Aquino saat China telah sepakat untuk mendirikan garnisun atau kelompok pasukan di kawasan pulau-pulau yang disengketakan. China mengklaim hampir seluruh wilayah Laut China Selatan dan sering kali terlibat persengketaan dengan tetangganya. Filipina juga memiliki klaim atas sebagian wilayah lautan itu.


Sumber : Sindo

Tuesday, July 24, 2012

Warga Jepang Terus Menentang Penempatan Pesawat Osprey


Senin pagi (23/7) pesawat Osprey MV-22 sedang diturunkan dari sebuah kapal kargo di pangkalan marinir AS di Iwakuni, barat Jepang, demikian dilaporkan AFP.

Para aktivis Jepang pada saat yang sama menggelar demonstrasi di dekat pangkalan tersebut dan meneriakkan slogan "Kami tidak menginginkan Osprey!" dan "Osprey, pulang ke Amerika!"

Militer AS menginginkan pemeriksaan pesawat Osprey di Iwakuni. Menurut rencana pesawat tersebut akan dikerahkan sepenuhnya di Okinawa pada bulan Oktober, namun warga Okinawa menolak rencana tersebut karena kekhawatiran keamanan.

Osprey adalah merupakan pesawat hibrida dengan rotor yang dapat terbang seperti helikopter dan mesin yang dapat miring ke depan, untuk terbang seperti pesawat terbang dengan kecepatan jauh lebih cepat dari helikopter. Namun pesawat tersebut memiliki catatan keselamatan yang buruk.

Sejak tahun-tahun awal diproduksi di era 90-an, pesawat tersebut telah mengalami berbagai masalah dan kecelakaan.

Ahad (22/7), lebih dari 1.000 demonstran Jepang menggelar protes di luar pangkalan Iwakuni menentang penempatan pesawat Osprey. Mereka menuntut para pejabat melarang masuknya pesawat Osprey ke pangkalan AS, dengan alasan menimbulkan ancaman serius bagi keselamatan warga sipil.

"Jika pesawat transport Osprey datang, kami tidak bisa lagi tinggal di sini, karena pesawat itu sangat berbahaya," kata salah satu demonstran.



Sumber :Iran Indonesian Radio

Panser Produksi Indonesia Perkuat Pasukan UNIFIL

Kendaraan tempur Anoa produksi PT Pindad-Indonesia yang akan digunakan oleh Satgas Indo FPC TNI Konga XXVI-D2/UNIFIL.

Suatu kehormatan bagi Satgas Indo FPC TNI Konga XXVI-D2/UNIFIL untuk menggunakan kendaraan tempur (ranpur) Anoa yang merupakan sebuah kendaraan tempur militer lapis baja dan merupakan salah satu hasil karya terbaik anak bangsa yang diproduksi secara langsung oleh PT Pindad-Indonesia.

Salah satu kelebihan yang ada pada Anoa adalah sistem perlindungan yang diberikan oleh lapisan baja dan rangka, yaitu memiliki tingkat STANAG 3 level 3. Ini berarti, ranpur tersebut bisa menahan peluru kinetis hingga 7,62 x 51 mm Armor Piercing standar NATO dari jarak 30 meter dengan kecepatan 930 m/s, serta bisa menahan ledakan ranjau hingga massa 8 kg di bagian roda gardan dan di tengah-tengah badan.

Selain itu, Anoa dibekali sistem navigasi terbaru dan alat komunikasi anti-jamming. Kendaraan tempur tersebut bisa digunakan untuk bermacam fungsi, mulai dari sebagai pembawa pasukan, kendaraan komando, hingga rumah sakit berjalan, di medan tempur.

Persenjataan yang terpasang adalah senapan mesin 7,62 mm dan 12,7 mm untuk varian infanteri dan Automatic Grenade Launcher (AGL) 40 mm untuk varian kavaleri. Untuk pertahanan diri, Anoa dilengkapi dengan pelontar tabir asap 2 x 3 66 mm.

Saat melakukan test drive Anoa beberapa waktu lalu, ranpur ini mampu dipacu hingga 100 km/jam. Anoa juga mampu melompati parit selebar 1 meter dan melahap tanjakan dengan kemiringan 45 derajat. Seluruh bodi Anoa dilapisi baja tahan peluru. Apabila diberondong senapan AK-47 atau M-16 dijamin tidak bakal tembus.

Pengiriman 7 unit ranpur Anoa ke Satgas Indo FPC TNI Konga XXVI-D2/UNIFIL ini merupakan program Pemerintah Indonesia, dalam hal ini Mabes TNI, dalam rangka menggantikan APC VAB - NG buatan Perancis yang sudah sejak 2006 menjadi bagian yang sangat penting dalam pelaksanaan misi PBB di UNIFIL.

Kedatangan 7 unit Anoa pada Sabtu (21/7/2012) di Markas UNIFIL-Naqoura, yang juga merupakan tempat Satgas Indo FPC, disambut langsung oleh Dansatgas Indo FPC TNI Konga XXVI-D2/UNIFIL Mayor Inf Wimoko dan didampingi oleh Kapten Kav I Nyoman Artawan selaku Perwira Kavaleri merangkap Pasilog Satgas.

Penggunaan ranpur Anoa oleh Satgas Indo FPC adalah untuk menunjang tugas pokok Satgas, antara lain dalam pelaksanaan patroli keamanan wilayah Markas UNIFIL (Green Hill) dan sekitarnya, pengawalan UNIFIL HoM dan Force Commander dalam rangka Tripartite Meeting antara LAF (Lebanes Armed Force), IDF (Israel Defence Force) dan UNIFIL, serta latihan-latihan gabungan dengan pasukan dari negara asing yang tergabung dalam UNIFIL.



Sumber : Kompas

Monday, July 23, 2012

Harga Selangit, Jepang Tetap Beli Jet Siluman F-35


Jepang tetap akan membeli empat jet tempur siluman F-35 buatan AS meskipun harganya naik tajam. Seorang pejabat dari kementerian pertahanan Jepang mengatakan sekarang Jepang harus membayar ¥ 9.600.000.000 ($ 120 juta) per unit, naik dari harga sebelumnya yang dialokasikan yaitu $ 110.000.000 per unit.

Dia menambahkan, para pejabat AS telah mengatakan bahwa kenaikan harga F-35 tersebut tak dapat dihindari dan Tokyo menerima situasi ini. "Kami tahu alasan kenaikan harga ini karena Amerika Serikat memutuskan untuk menunda pengadaan 179 unit F-35 untuk dalam negeri dalam lima tahun ke depan karena anggaran AS yang minim," kata pejabat itu, yang berbicara tanpa menyebutkan nama. "Kami menerimanya dan hal itu dapat dimengerti. Akan sulit bagi mereka untuk menawarkan kepada kami harga yang lebih rendah, mengingat bahwa jet tempur tersebut dikembangkan secara bersama oleh sembilan negara," lanjutnya.

Kementerian pertahanan Jepang tahun lalu memilih jet dari perusahaan senjata Lockheed Martin AS untuk menggantikan armada F-4s yang sudah tua. Sebelumnya, F/A-18 Super Hornet buatan Boeing dan Eurofighter Typhoon juga menjadi opsi pilihan bagi Jepang. F-35, dikembangkan bersama dengan raksasa industri pertahanan Inggris yaitu BAE Systems, adalah yang paling mahal di antara tiga kandidat jet tempur tersebut. Pada bulan Februari lalu, menteri pertahanan Jepang Naoki Tanaka mengancam akan membatalkan seluruh kontrak senilai $ 4,7 miliar untuk 42 unit F-35 karena tidak jelasnya batas waktu pengiriman dan harga yang naik.



Alhasil, Tokyo tetap menandatangani Letter of Offer dan Acceptance untuk empat jet tempur F-35 pada harga $ 120 juta per unit, bersama dengan dua simulator dan aksesoris lainnya dengan total biaya 60 miliar yen. Rencana pembelian 38 jet tempur siluman F-35 lainnya belum secara resmi dikonfirmasi. F-35 adalah program senjata paling mahal dalam sejarah Pentagon dan dalam pembangunannya telah diusik oleh biaya yang semakin membengkak dan penundaan teknis lainnya.

Tahun lalu sebuah memo bocor dan mengungkapkan berbagai masalah terpapar dalam tes penerbangan F-35, termasuk diantaranya masalah dengan roda pendarat, kelebihan bobot pesawat dan getaran. Amerika Serikat berkata manis tentang F-35, F-35 adalah sebuah keajaiban teknologi yang tidak akan terdeteksi oleh radar musuh saat ini dan memungkinkan pasukan sekutu untuk tetap melakukan tugasnya di udara bersama dengan pesawat tempur AS.

Tapi biaya program F-35 ini telah meroket seiring dengan krisis global, dan rasanya sulit mendapatkan pembeli-pembeli lain, hampir semua negara di Eropa saat ini tengah "mengencangkan ikat pinggang". Italia pun telah mengurangi pembelian F-35 yang awalnya direncanakan 131 unit menjadi 90 unit dan anggota parlemen di Belanda memutuskan untuk membatasi pesanan kedua mereka, sementara rencana awal untuk 138 pesawat di Inggris masih belum jelas.

Sebenarnya ada 1 negara yang saat ini sedang "jor-joran" dalam membeli peralatan perang, yaitu India. Tapi India sepertinya tidak tertarik dengan F-35, kiblat India untuk pesawat tetap mengarah ke Rusia. Ya, Anda sudah tahu jet tempur siluman Sukhoi PAK FA T-50 lah yang bakal melengkapi Angkatan Bersenjata India.




Sumber : altileri

Cina dirikan garnisun di Laut Cina Selatan


Perairan di Laut Cina Selatan diklaim beberapa negara ASEAN dan Cina.

Komisi Militer Cina menyetujui pendirian garnisun militer di kawasan sengketa di Laut Cina Selatan.

Media pemerintah hari Minggu (22/07) menyebutkan garnisun ini akan didirikan di wilayah pemukiman Sansha, di salah pulau di Kepulauan Paracel, yang juga diklaim sebagai milik Taiwan dan Vietnam.

Cina telah mengerahkan militer di Laut Cina Selatan dan keputusan terbaru ini makin mengukuhkan upaya Cina mendapatkan kedaulatan.

Kantor berita resmi Xinhua memberitakan, garnisun di Sansha memiliki misi memobilisasi pertahanan negara, menjaga, dan mendukung layanan warga setempat di saat terjadi bencana.

Garnisun ini juga akan melakukan berbagai misi militer, kata Xinhua.
Sansha tidak memiliki banyak penduduk namun wilayah administratif Sansha meliputi kawasan perairan luas di Laut Cina Selatan yang diklaim Cina.

Cina mengambil alih Kepulauan Paracels secara penuh pada 1974 setelah terlibat sengketa laut dengan Vietnam.

Keputusan Cina meningkatkan status administratif Sansha diprotes oleh Vietnam.

Vietnam menyebut tindakan Cina melanggar hukum dan melanggar wilayah distrik yang masuk wilayah mereka.

Beberapa hari lalu ratusan orang di Hanoi menggelar aksi protes menentang langkah Cina mengembangkan wilayah Sansha.

Perairan dan pulau-pulau di Laut Cina Selatan diyakini memiliki cadangan minyak dan gas besar dan menjadi sengketa Cina, Vietnam, Filipina, Brunei, Malaysia, dan Taiwan.

Sengketa ini membuat pertemuan negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) pekan lalu gagal menelurkan komunike bersama untuk pertama kalinya dalam sejarah organisasi tersebut.


Sumber : Detik

Friday, July 20, 2012

Heli Sea Dragon US Navy Jatuh di Oman

Helikopter MH-53E Sea Dragon dari Skuadron Helikopter Penyapu Ranjau 15 "Blackhawks" sedang mendarat di geladak kapal serbu amfibi USS Essex milik US Navy, 10 Januari 2005.


Heli angkut berat MH-53E Sea Dragon milik Angkatan Laut AS (US Navy) dilaporkan jatuh di Oman, Kamis (19/7/2012). Kecelakaan diduga disebabkan masalah teknis, bukan serangan pihak lain.

Letnan Greg Raelson, juru bicara Armada Kelima US Navy menyatakan, heli tersebut jatuh saat melakukan operasi angkutan berat. Posisi jatuhnya heli berada sekitar 93 kilometer sebelah barat daya ibu kota Oman, Muscat.

Raelson mengatakan, nasib lima awak heli belum diketahui. Namun, seorang pejabat Oman mengatakan, tiga awak telah ditemukan dalam keadaan luka-luka dan saat ini dirawat di rumah sakit.

Heli yang jatuh berasal dari Skuadron Helikopter Penyapur Ranjau 15 yang berpangkalan di Norfolk, Virginia, AS. Heli bermesin tiga itu bisa beroperasi dari geladak kapal induk maupun kapal-kapal perang milik US Navy lainnya. Tugas utama heli tersebut adalah menjalankan misi penyapu ranjau jarak jauh.

AS telah menumpuk kekuatan militer di kawasan Teluk Persia, untuk menjaga kemungkinan Iran menutup Selat Hormuz. Salah satu strategi Iran untuk menutup selat yang vital bagi jalur pelayaran minyak bumi itu adalah dengan menebar ranjau di jalur pelayaran yang sempit tersebut.

Raelson tidak memberikan keterangan lebih rinci soal kecelakaan heli tersebut, dan hanya mengatakan jatuhnya heli bukan karena tindak permusuhan pihak-pihak lain.



Sumber : Kompas

Amerika Uji Rudal Anti Kapal Cepat Griffin B


Angkatan Laut Amerika Serikat membuktikan kemampuan rudal Griffin B dari perusahaan Raytheon menghancurkan kapal kecil yang bergerak cepat selama uji cobanya. 

"Demonstrasi ini menunjukkan efektivitas rudal Griffin untuk menarget objek jenis kecil, misalnya kapal yang bergerak cepat yang digunakan bajak laut atau penyusup," kata Harry Schulte, wakil presiden Raytheon Missile Systems bagian produk Air Warfare Sistem. 

"Griffin sangat ringan ringan, akurat, dan dapat dengan mudah diintegrasikan pada berbagai kapal dan sistem lainnya, menjadikannya sebagai senjata yang sangat baik untuk ancaman jangka pendek." Selama demonstrasi, yang dilakukan pada akhir kuartal pertama 2012, tiga rudal Griffin ditembakkan dari sebuah peluncur berbasis laut ke tiga kapal yang bergerak cepat dan terpisah dengan jarak lebih dari 1,2 mil (2km). 

Rudal-rudal tersebut dipandu oleh laser, dan langsung menghancurkan target, mencapai semua tujuan demonstrasi. Panjang rudal Griffin 43 inci, berat 33 pon dan membawa hulu ledak seberat 13 pon.



Sumber : Altileri