Seoul – Korea Utara (Korut) diperkirakan akan melakukan uji coba tembak rudal jarak jauhnya tahun ini, untuk memperkuat otoritas dan meningkatkan pencitraan militer pemimpin baru mereka,Kim Jong-un.
Institute for Foreign Affairs and National Security (IFANS) dari Korea Selatan (Korsel) juga memperkirakan adanya kemungkinan besar serangan terbatas ke Korsel oleh komandan militer yang berkompetisi untuk mendemonstrasikan kesetiaan kepada Jong-un. “Korut bisa meningkatkan ketegangan dengan menguji tembak sebuah rudal dan menggelar uji coba nuklir ketiga, karena Jong-un harus mendemonstrasikan kepemimpinannya dan mengonsolidasikan kekuasaannya di rezim itu,” papar IFANS dalam laporannya yang dikutip Reuters kemarin.
Lembaga think tank Kementerian Luar Negeri Korut itu memperingatkan“petualangan militer” oleh Jong-un, dan memprediksikan uji coba itu bakal digelar pada semester kedua tahun ini atau awal 2013, sekitar digelarnya pemilu presiden Korsel. IFANS juga memaparkan, Jong-un tampaknya akan mengambil “tindakan berisiko” untuk memperkuat rezimnya dengan memperlihatkan pencapaiannya. “Secara khusus, Jong-un mungkin berusaha melakukan tes bom nuklir untuk memaksimalkan dampak internasional dan memamerkan pencapaiannya,” papar IFANS, dikutip AFP.
Laporan institut itu memaparkan, uji coba nuklir berikutnya bisa menggunakan material dari fasilitas pengayaan nuklir Korut, yang diungkapkan akhir 2010. Pyongyang menyebutkan program itu damai untuk menghasilkan listrik. Korut diduga memiliki cukup material dari program plutonium untuk menghasilkan puluhan senjata nuklir. Namun, mereka masih belum memiliki kemampuan teknis untuk mengecilkan dan memasang hulu ledak nuklir padapuncakrudal.Negaraterisolasi itu kali pertama menguji material nuklir pada 2006.
Selama bertahun-tahun,kekuatan regional telah berusaha menghentikan program senjata nuklir Pyongyang yang diklaim penting untuk menghadapi Amerika Serikat (AS) dan Korsel,yang tidak memiliki kesepakatan damai untuk mengakhiri perang Korea 1950–1953 secara formal. Analis memaparkan,Korut tampaknya tidak akan menyerahkan ambisi nuklirnya. Perundingan enam negara mengenai perlucutan nuklir Korut sudah terhenti sejak Desember 2008. AS dan mitra negosiasi lainnya memaparkan, Korut seharusnya menutup fasilitas pengayaan uranium sebelum negosiasi dimulai lagi.
Menurut IFANS,perundingan enam negara bisa dilanjutkan pada semester awal tahun ini, tapi diperkirakan kemajuan akan sulit dicapai. Hubunganantar-Koreamembeku sejak Seoul menuduh Pyongyang menorpedo sebuah kapal perang dan menewaskan 46 pelautnya pada Maret 2010. Korut membantah tuduhan itu, tapi malah menembaki sebuah pulau di perbatasan Korsel pada November 2010 dan menewaskanempatorang. Menurut laporan IFANS,serangan serupa bisa terjadi “kapan saja”.
Di bawah kepemimpinan baru, Korut terus meningkatkan kritik keras terhadap pemerintahan konservatif Korsel. Jong-un, yang diangkat sebagai “penerus hebat” setelah ayahnya, Kim Jong-il, meninggal bulan lalu telah memfokuskan diri untuk mempromosikan citra garis keras untuk memenangkan dukungan militer. Para analis menuturkan, Jong-un berusaha membuktikan bahwa dia akan meneruskan kebijakan songun ayahnya. Kebijakan itu memprioritaskan kesejahteraan militer di atas kepentingan warga sipil.
Institute for Foreign Affairs and National Security (IFANS) dari Korea Selatan (Korsel) juga memperkirakan adanya kemungkinan besar serangan terbatas ke Korsel oleh komandan militer yang berkompetisi untuk mendemonstrasikan kesetiaan kepada Jong-un. “Korut bisa meningkatkan ketegangan dengan menguji tembak sebuah rudal dan menggelar uji coba nuklir ketiga, karena Jong-un harus mendemonstrasikan kepemimpinannya dan mengonsolidasikan kekuasaannya di rezim itu,” papar IFANS dalam laporannya yang dikutip Reuters kemarin.
Lembaga think tank Kementerian Luar Negeri Korut itu memperingatkan“petualangan militer” oleh Jong-un, dan memprediksikan uji coba itu bakal digelar pada semester kedua tahun ini atau awal 2013, sekitar digelarnya pemilu presiden Korsel. IFANS juga memaparkan, Jong-un tampaknya akan mengambil “tindakan berisiko” untuk memperkuat rezimnya dengan memperlihatkan pencapaiannya. “Secara khusus, Jong-un mungkin berusaha melakukan tes bom nuklir untuk memaksimalkan dampak internasional dan memamerkan pencapaiannya,” papar IFANS, dikutip AFP.
Laporan institut itu memaparkan, uji coba nuklir berikutnya bisa menggunakan material dari fasilitas pengayaan nuklir Korut, yang diungkapkan akhir 2010. Pyongyang menyebutkan program itu damai untuk menghasilkan listrik. Korut diduga memiliki cukup material dari program plutonium untuk menghasilkan puluhan senjata nuklir. Namun, mereka masih belum memiliki kemampuan teknis untuk mengecilkan dan memasang hulu ledak nuklir padapuncakrudal.Negaraterisolasi itu kali pertama menguji material nuklir pada 2006.
Selama bertahun-tahun,kekuatan regional telah berusaha menghentikan program senjata nuklir Pyongyang yang diklaim penting untuk menghadapi Amerika Serikat (AS) dan Korsel,yang tidak memiliki kesepakatan damai untuk mengakhiri perang Korea 1950–1953 secara formal. Analis memaparkan,Korut tampaknya tidak akan menyerahkan ambisi nuklirnya. Perundingan enam negara mengenai perlucutan nuklir Korut sudah terhenti sejak Desember 2008. AS dan mitra negosiasi lainnya memaparkan, Korut seharusnya menutup fasilitas pengayaan uranium sebelum negosiasi dimulai lagi.
Menurut IFANS,perundingan enam negara bisa dilanjutkan pada semester awal tahun ini, tapi diperkirakan kemajuan akan sulit dicapai. Hubunganantar-Koreamembeku sejak Seoul menuduh Pyongyang menorpedo sebuah kapal perang dan menewaskan 46 pelautnya pada Maret 2010. Korut membantah tuduhan itu, tapi malah menembaki sebuah pulau di perbatasan Korsel pada November 2010 dan menewaskanempatorang. Menurut laporan IFANS,serangan serupa bisa terjadi “kapan saja”.
Di bawah kepemimpinan baru, Korut terus meningkatkan kritik keras terhadap pemerintahan konservatif Korsel. Jong-un, yang diangkat sebagai “penerus hebat” setelah ayahnya, Kim Jong-il, meninggal bulan lalu telah memfokuskan diri untuk mempromosikan citra garis keras untuk memenangkan dukungan militer. Para analis menuturkan, Jong-un berusaha membuktikan bahwa dia akan meneruskan kebijakan songun ayahnya. Kebijakan itu memprioritaskan kesejahteraan militer di atas kepentingan warga sipil.
Sumber : SINDO
0 komentar:
Post a Comment