Clock By Blog Tips

Wednesday, November 30, 2011

Militer China Kawan atau Lawan


Anggaran militer ini sebagian besar digunakan untuk belanja perlengkapan militer baru.

"Kapal induk ialah alat imperialisme. Mereka seperti bebek yang tengah menunggu dibedil. China tidak akan pernah membangun satu pun kapal induk."

Ucapan itu terlontar dari seorang pejabat senior China di hadapan tamu-tamu asing pada 1971. Kala itu, China masih miskin, terisolasi hingga mendapat julukan 'Negeri Tirai Bambu' dan diperintah oleh sang ketua Mao (Ze Dong) dengan doktrin-doktrin militernya.

Militer masih belum menjadi titik perhatian para pemimpin negeri itu. Bahkan dalam program empat modernisasi yang diluncurkan pada 1970, modernisasi pertahanan berada di urutan terakhir. Industri, pertanian, serta ilmu pengetahuan dan teknologi lebih dipentingkan.

Namun kini, seiring dengan perkembangan kawasan dan kekuatan ekonomi mereka, pemimpin China tidak lagi memandang militer sebelah mata. China telah merombak habis-habisan konsep militer mereka sesuai dengan tuntutan zaman. Bahkan bisa dibilang konsep militer China saat ini telah memicu kecemasan negara-negara sekitar, terutama negara-negara yang selama ini berseberangan dengannya. Kapal induk yang dulu diharamkan kini telah mereka miliki. Belum lama ini, China meluncurkan kapal induk eks Rusia yang kemampuannya telah mereka tingkatkan. Kapal sepanjang 300 meter itu mampu membawa 17 pesawat tempur sekelas Sukhoi Su-33 dan Su-25 serta 24 helikopter sekelas Kamov Ka-27. China juga telah membangun industri pesawat tempur.

Adalah Perang Teluk pada 1990-1991 yang telah mengubah pandangan para pemimpin 'Negeri Tirai Bambu'. Lewat siaran langsung di televisi, mereka menyaksikan jet tempur, rudal, dan bom pintar Amerika Serikat menghancurleburkan pertahanan Irak yang dipimpin Saddam Husein.

Pascaperang tersebut, China jorjoran belanja militer untuk meningkatkan kemampuan kekuatan angkatan udara dan kekuatan angkatan laut. Peralatan perang canggih menjadi buruan negeri itu. Anggaran pertahanan negeri yang kini telah menjadi raksasa ekonomi Asia juga terus meroket.

Tahun ini saja, pemerintah China mengumumkan meningkatkan anggaran pertahanan sekitar 12,7% menjadi 601,1 miliar yuan (US$91,5 miliar). Namun, banyak analis yakin jumlah sesungguhnya jauh lebih besar lagi. Itu menjadikan China negeri dengan anggaran pertahanan terbesar kedua di dunia setelah Amerika Serikat.

Yang membuat banyak negara, terutama AS yang kerap punya kepentingan tumpang-tindih dengannya, terhenyak ialah anggaran militer sebagian besar digunakan untuk belanja perlengkapan militer baru. Misalnya, tank, pesawat, kapal induk, kapal selam, dan rudal.

Para pemimpin China juga mengucurkan uang secara besar-besaran untuk membangun strategi perang, termasuk perang siber.

Para pemimpin China mengatakan hal tersebut sebagai hal yang lumrah. "Anggaran militer China relatif rendah jika dibandingkan dengan standar dunia," ungkap mantan menteri luar negeri Li Zhaoxing seperti dikutip CNN. Dia menambahkan, anggaran militer China masih jauh lebih kecil daripada AS, yang mencapai US$725 miliar pada 2011.

Namun, yang menjadi pertanyaan negara-negara tetangga dan AS ialah ketiadaan transparansi mengenai arah, cakupan, dan kecepatan peningkatan militer China.

Ketegangan

Satu hal yang tidak dimungkiri ialah peningkatan belanja militer tersebut terjadi berbarengan dengan peningkatan ketegangan di Laut Cina Selatan dan Laut Cina Timur. Terutama terkait perebutan wilayah di kawasan tersebut yang diduga menyimpan sumber daya alam berlimpah.

Peningkatan itu juga terjadi berbarengan dengan perluasan kehadiran militer AS di kawasan Asia Pasifik. Seperti diketahui, AS telah memiliki dua pangkalan militer di Asia, yakni di Jepang dan Korea Selatan.

Peneliti di Institute for National Strategic Studies (INSS) di National Defense University, Amerika Serikat, Chris Yung, membenarkan peningkatan itu sebagai bagian dari respons pemerintah China atas perkembangan situasi terakhir. Terutama dengan penambahan kapal-kapal perang 'sang Naga'--julukan China.

"(Kapal perang) itu membantu China dalam pertikaian teritorial di perairan Laut Cina Selatan dan Laut Cina Timur," ungkap Yung kepada CNN. "Dengan mengembangkan senjata-senjata canggih, China ingin bermaksud membalas ketidakpedulian mereka (pada militer) ketika mereka fokus pada pembangunan ekonomi."

Khusus untuk kapal perang China, Yung meragukan kapal perang itu memiliki kapabilitas untuk menyerang. Menurut dia, yang patut dipertanyakan ialah bagaimana dan di mana China akan mengoperasikan kapal tersebut.

"Kapal perang sangat rumit dan memiliki peralatan bergerak yang sangat banyak." tuturnya.

"Masih butuh waktu lama untuk mengoperasikan sayap udara, menyediakan pertahanan udara, permukaan, dan subpermukaan untuk kapal tempur, menyuplai kapal induk, serta melatih personel untuk mengoperasikannya. Itu masih butuh bertahun-tahun," tegasnya.

Pergerakan AS

Di sisi lain, China merasa peningkatan militer mereka sah-sah saja mengingat pergerakan militer AS di Asia Pasifik. Apalagi setelah baru-baru ini Washington mengumumkan bakal menempatkan 2.500 personel militernya di Darwin, Australia.

Para pejabat militer China telah menyuarakan kemarahan. Mereka menilai AS ingin mengepung China.

"AS telah kembali ke Asia dan menempatkan kekuatannya di sekitar China. Tujuannya sudah jelas. Ini ditujukan untuk mengepung China," tulis Mayor Jenderal Luo Yuan, salah satu jenderal garis keras di tubuh Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) di www.people.com.cn, situs harian People's Daily, salah satu surat kabar terkemuka milik Partai Komunis, kemarin.



0 komentar:

Post a Comment