Letnan Jenderal Marciano Norman |
Letnan Jenderal Marciano Norman menjadi salah satu muka baru dalam kabinet Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Pria kelahiran Banjarmasin 20 Oktober 1954 itu ditunjuk sebagai Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) menggantikan Jenderal Polisi (Purn) Sutanto.
Marciano dan beberapa calon menteri lainnya telah dipanggil menghadap SBY di kantor presiden, Senin 17 Oktober 2011. Mulanya, Marciano malu-malu saat akan memberikan keterangan di hadapan wartawan. Namun, saat berbicara usai menghadap SBY, suaranya terdengar tegas.
Marciano merupakan lulusan Akademi Militer 1978. Dia merupakan anggota Kesatuan Kavaleri Angkatan Darat. Marciano mengawali karirnya sebagai Komandan Peleton Yonkav 7 Kodam Jaya dan kemudian menjadi Komandan Kompi Serbu 73 Yonkav 7 Kodam Jaya.
Selanjutnya, dia diangkat menjadi Komandan Kavaleri Batalyon 7 Kodam Jaya. Dia kemudian dipercaya sebagai Komandan Kodim 1633/Nainaro, Wakil Asisten Operasi Kaskargartap I/Jakarta, Wakil Asisten Operasi Kasdam Jaya, Asisten Operasi Kasgartap I Jakarta.
Saat berpangkat kolonel, dia ditunjuk menjadi Asisten Operasi Kasdam Jaya, kemudian menjadi Damrem 121/ABW Kodam Tanjungpura. Sementara itu, saat berpangkat Brigadir Jenderal, dia diangkat menjadi Direktur Analisa Lingkungan Strategi Ditjen Strategi Pertahanan Kementerian Pertahanan.
Karir Marciano terus menanjak. Dia mendapatkan pangkat mayor jenderal. Pada 2008, Marciano ditunjuk mejnadi Komandan Pasukan Pengaman Presiden. Sang ayah, Mayjen TNI (Purn) Norman Sasono, juga mantan Danpaswalpres (sekarang Danpaspampres).
Marciano merupakan lulusan Akademi Militer 1978. Dia merupakan anggota Kesatuan Kavaleri Angkatan Darat. Marciano mengawali karirnya sebagai Komandan Peleton Yonkav 7 Kodam Jaya dan kemudian menjadi Komandan Kompi Serbu 73 Yonkav 7 Kodam Jaya.
Selanjutnya, dia diangkat menjadi Komandan Kavaleri Batalyon 7 Kodam Jaya. Dia kemudian dipercaya sebagai Komandan Kodim 1633/Nainaro, Wakil Asisten Operasi Kaskargartap I/Jakarta, Wakil Asisten Operasi Kasdam Jaya, Asisten Operasi Kasgartap I Jakarta.
Saat berpangkat kolonel, dia ditunjuk menjadi Asisten Operasi Kasdam Jaya, kemudian menjadi Damrem 121/ABW Kodam Tanjungpura. Sementara itu, saat berpangkat Brigadir Jenderal, dia diangkat menjadi Direktur Analisa Lingkungan Strategi Ditjen Strategi Pertahanan Kementerian Pertahanan.
Karir Marciano terus menanjak. Dia mendapatkan pangkat mayor jenderal. Pada 2008, Marciano ditunjuk mejnadi Komandan Pasukan Pengaman Presiden. Sang ayah, Mayjen TNI (Purn) Norman Sasono, juga mantan Danpaswalpres (sekarang Danpaspampres).
Dua tahun kemudian, Mei 2010, Marciano dilantik menjadi Panglima Daerah Militer Jaya (Pangkodam Jaya). Pada 26 April 2011, dia dilantik menjadi Komandan Komando Pembina Doktrin, Pendidikan, dan Latihan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat.
Pada Februari 2011, Marciano memimpin organisasi di luar tubuh TNI. Dia menjabat sebagai pucuk pimpinan Pengurus Besar Taekwondo Indonesia (PB TI) masa bakti 2011-2015 setelah terpilih secara aklamasi pada Musyawarah Nasional Taekwondo VII di Jakarta.
Berbagai pengalaman Marciano di TNI AD itu diharapkan mampu menjadikan BIN lebih solid. Pengalaman ini dinilai menjadi bekal yang cukup bagi Marciano untuk memimpin intelijen negara.
Pada Februari 2011, Marciano memimpin organisasi di luar tubuh TNI. Dia menjabat sebagai pucuk pimpinan Pengurus Besar Taekwondo Indonesia (PB TI) masa bakti 2011-2015 setelah terpilih secara aklamasi pada Musyawarah Nasional Taekwondo VII di Jakarta.
Berbagai pengalaman Marciano di TNI AD itu diharapkan mampu menjadikan BIN lebih solid. Pengalaman ini dinilai menjadi bekal yang cukup bagi Marciano untuk memimpin intelijen negara.
Tak hanya bermodal karir, dari sisi kekayaan, Marciano juga mumpini. Pada 2009, kekayaan Marciano mencapai Rp8,946 miliar. Harta itu terdiri dari harta tidak bergerak senilai Rp6,444 miliar, kendaraan Rp84 juta, dan logam mulia senilai Rp2,415 miliar. Pada tahun 2010, harta Marciano bertambah menjadi Rp9,021 miliar.
Sumber : VivaNews
0 komentar:
Post a Comment