“Kemandirian bangsa dalam memproduksi alat utama sistem persenjataan atau alutsista merupakan agenda nasional yang perlu mendapat dukungan dari berbagai bidang teknologi. Termasuk juga didalamnya perencanaan dan tahapan pencapaian yang sistematis dan terpadu,” ungkap Kepala BPPT, Marzan A Iskandar dalam sambutan pembuka acara Focus Group Discussion Membangun Strategi dan Peta Jalan Bidang Teknologi Material Guna Mendukung Industri Pertahanan dan Keamanan Nasional di Bandung (5/10).
Namun, sambungnya, ancaman terhadap sistem pertahanan Indonesia masih tinggi seperti adanya beberapa gangguan kedaulatan di wilayah perbatasan dan udara nasional berupa pelayaran dan penerbangan gelap oleh pihak asing. “Dari segi pengembangan alutsista TNI, sasaran pembentukan kemampuan pertahanan pada skala kekuatan pokok minimum baru mencapai kesiapan alutsista rata-rata 45% dari kebutuhan,” tambahnya.
“Untuk mengatasi keadaan tersebut, telah diupayakan peningkatkan kemampuan pertahanan melalui pembangunan dan penguatan sistem, personil, materil, dan fasilitas dengan melibatkan tiga industri yaitu PT DI, PT Pindad dan PT PAL. Sebagai lembaga litbang, BPPT harus melakukan upaya kolaborasi sehingga terjalin harmonisasi dengan tiga industri ini,” jelas Marzan lebih lanjut.
Menurutnya, sebagai permulaan harus dilihat kebutuhan sistem pertahanan keamanan. “Saat ini, untuk memenuhi berbagai kebutuhan alutsista, BPPT dapat mendukung penyiapan produk bahan baku dan produk material yang masih sangat bergantung dari luar negeri seperti bahan-bahan untuk pembuatan tank, pesawat dan kapal tempur, kapal selam, dan banyak lagi alat pertahanan lainnya”.
Marzan mengatakan pada umumnya kegagalan terjadi karena kualitas pada material. Desain sudah baik tetapi ketika membuat prototipe ternyata bermasalah di kualitas material, namun untuk membangun industri material memang dibutuhkan investasi yang tinggi. “Oleh karena itu, dengan potensi serta sumber daya manusia dan sarana/prasarana yang dimiliki BPPT diharapkan dapat dielaborasikan dengan para pemangku kepentingan khususnya Kementerian Pertahanan untuk mendukung terwujudnya strategi dan peta jalan penguasaan teknologi material lokal baik melalui alih teknologi, forward maupun reverse engineering,” ucapnya.
Senada dengan Kepala BPPT, ,Koordinator Bidang Teknologi Material PTM BPPT, Asep Riswoko mengatakan untuk penggunaan material lokal dalam alutsista, ada beberapa langkah strategis yang dapat dilakukan. “Alih Teknologi dilakukan melalui lisensi atau pelatihan yang berkaitan dengan pengadaan alutsista dan peralatan kepolisian dari luar negeri”.
Kemudian, sambungnya, Forward Engineering yaitu meningkatkan kemampuan dan ketersediaan SDM dalam memahami berbagai bidang ilmu dasar dan ilmu terapan bagi penguasaan teknologi melalui tahapan Idea – Design – Manufacturing – Testing dan Reverse engineering juga perlu dilakukan. Misalnya dengan membongkar sistem senjata (produk) yang dimiliki untuk dipelajari dan dikembangkan menjadi produk baru sesuai kebutuhan,” tambahnya.
Hasil pencapaian saat ini di PTM yaitu pembuatan prototipe keramik armor untuk pelindung kendaraan tempur dimana sudah didapatkan data potensi kebutuhan material keramik armor untuk pelindung kendaraan tempur dan aplikasi hankam lainnya.
Identifikasi fasilitas pendukung untuk preparasi dan fabrikasi material keramik armor, hasil kajian bahan baku penyusun material keramik armor, hasil kajian teknik manufaktur material keramik armor, desain Komposisi Material Keramik Armor dan standar uji mekanis dan balistik material keramik armor juga sudah dihasilkan.
“Diharapkan prototipe keramik armor ini dapat dimanfaatkan untuk pelindung kendaraan tempur panser produk PT Pindad. Serta sasaran akhir yang diharapkan yaitu Kementerian Pertahanan dan Polri dapat suplai kebutuhan peralatan hankam dari dalam negeri”, ungkap Asep.
Sumber : BPPT
0 komentar:
Post a Comment