Clock By Blog Tips

Monday, November 22, 2010

Enam Negara Eropa Minta AS Sahkan Perjanjian START




Lisabon  - Enam sekutu Washington telah mendesak para anggota parlemen Amerika Serikat untuk mensahkan perjanjian senjata nuklir START dengan Rusia secara cepat, memperingatkan bahwa kegagalan untuk mensahkan perjanjian itu akan menimbulkan risiko keamanan pada Eropa.

Perjanjian itu -- yang telah ditandatangani oleh Presiden Rusia Dmitry Medvedev dan Presiden AS Barack Obama April lalu -- membatasi masing-masing negara menjadi maksimal 1.550 hulu ledak yang dikerahkan, pengurangan sekitar 30 persen dari pembatasan yang ditetapkan pada 2002.
Para menteri luar negeri Latvia, Lithuania, Norwegia, Hongaria, Denmark dan Bulgaria dengan tidak diduga-duga mengikuti penjelasan singkat Gedung Putih pada pertemuan puncak Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) di Lisabon untuk mendukung permintaan Presiden Barak Obama pada para senator agar mensahkan perjanjian itu.

"Benar-benar penting bagi kami untuk mendesakkan hal itu bagi kami, sungguh keamanan Eropa yang dipertaruhkan," kata Menlu Denmark Lene Espersen, Minggu (21/11).
"Jika perjanjian START tidak diratifikasi, akan ada kemunduran nyata bagi keamanan Eropa. Oleh karena itu, tentu saja, kami minta dan mengharapkan agar Kongres AS akan dapat mengesahkan perjanjian START secepat mungkin."

Satu prakarsa kebijakan luar negeri penting Obama, Perjanjian Pengurangan Senjata Strategis (START) itu akan menggantikan perjanjian sebelumnya yang telah habis masa berlakunya pada Desember 2009 dan juga meminta pengesahan oleh majelis rendah Rusia, Duma.

Sejumlah anggota parlemen dari partai Republik mengatakan mereka perlu yakin arsenal AS itu akan dimodernisasi dan bahwa perjanjian itu tidak akan menghambat upaya pertahanan rudal. Tapi beberapa dari mereka secara pribadi mengakui bahwa mereka tidak ingin memberi Obama kemenangan diplomatik sebelum pemilihan belum lama ini.

Tugas untuk mengesahkan perjanjian itu bahkan akan lebih keras pada Januari ketika Kongres baru, yang dipilih dalam pemilihan 2 November lalu ketika Republik mengalahkan Demokrat, berkuasa. (Ant/AFP)

analisa 

0 komentar:

Post a Comment