Israel dituduh memata-matai komunikasi pilot pesawat tempur Turki.
Akibatnya, Ankara dilaporkan telah memulai sebuah program rahasia untuk
mengenkripsi komunikasi antara peserta pelatihan pilot tempurnya dengan
pusat komando di darat.
Sebelumnya terungkap, percakapan antara pilot tempur dan komando Turki di darat dimata-matai, bahkan dihentikan intelijen Israel. Tuduhan itu disiarkan awal pekan ini oleh surat kabar Habertürk Turki.
Surat kabar yang berbasis di Ankara mengklaim bahwa Israel telah secara khusus menarjetkan Pangkalan Utama Jet Komando Grup 3 di Konya, Anatolia, Turki, sebagai sasaran utama penyadapanya. Konya adalah salah satu basis angkatan laut paling aktif di negara itu, di mana ratusan pilot menjalani pelatihan awal jet tempur F-16 jet tempur.
Setelah menyelesaikan pelatihan, para pilot itu diminta menjalani pelatihan tempur secara, sebelum kemudian masuk jajaran Angkatan Udara Turki (AUT) sebagai pilot pesawat tempur penuh.
Habertürk menyebutkan pula, tujuan Israel memata-matai informasi itu adalah untuk mengungkap rincian program pelatihan AUT dan strategi pertempurannya. Adanya intersepsi Israel ini, telah membuat insinyur berfikir keras guna merancang perangkat lunak khusus, untuk menyandikan komunikasi para pilot itu.
Pengamat Timur Tengah menyatakan bahwa sebelumnya, militer dan intelijen kedua negara memiliki hubungan dekat. Bukan itu saja, hubungan kedekatan itu juga diikat dengan banyak perjanjian kerjasama bilateral yang sangat baik.
Tapi semua ini berakhir tiba-tiba pada musim panas 2010, ketika pasukan komando Israel menyerang MV Mavi Marmara, sebuah kapal Turki yang membawa aktivis internasional dan mengangkut bantuan internasional ke Jalur Gaza.
Serangan yang terjadi di perairan internasional itu, telah menewaskan sembilan warga sipil, delapan di antaranya adalah warga Turki. Sengketa diplomatik berikutnya, yang mengakibatkan penghentian hubungan ekonomis, politik, dan militer antara Ankara dengan Tel Aviv hingga hari ini, yakni karena Israel selalu menolak keinginan Turki untuk secara resmi meminta maaf atas insiden berdarah tersebut.
Sebelumnya terungkap, percakapan antara pilot tempur dan komando Turki di darat dimata-matai, bahkan dihentikan intelijen Israel. Tuduhan itu disiarkan awal pekan ini oleh surat kabar Habertürk Turki.
Surat kabar yang berbasis di Ankara mengklaim bahwa Israel telah secara khusus menarjetkan Pangkalan Utama Jet Komando Grup 3 di Konya, Anatolia, Turki, sebagai sasaran utama penyadapanya. Konya adalah salah satu basis angkatan laut paling aktif di negara itu, di mana ratusan pilot menjalani pelatihan awal jet tempur F-16 jet tempur.
Setelah menyelesaikan pelatihan, para pilot itu diminta menjalani pelatihan tempur secara, sebelum kemudian masuk jajaran Angkatan Udara Turki (AUT) sebagai pilot pesawat tempur penuh.
Habertürk menyebutkan pula, tujuan Israel memata-matai informasi itu adalah untuk mengungkap rincian program pelatihan AUT dan strategi pertempurannya. Adanya intersepsi Israel ini, telah membuat insinyur berfikir keras guna merancang perangkat lunak khusus, untuk menyandikan komunikasi para pilot itu.
Pengamat Timur Tengah menyatakan bahwa sebelumnya, militer dan intelijen kedua negara memiliki hubungan dekat. Bukan itu saja, hubungan kedekatan itu juga diikat dengan banyak perjanjian kerjasama bilateral yang sangat baik.
Tapi semua ini berakhir tiba-tiba pada musim panas 2010, ketika pasukan komando Israel menyerang MV Mavi Marmara, sebuah kapal Turki yang membawa aktivis internasional dan mengangkut bantuan internasional ke Jalur Gaza.
Serangan yang terjadi di perairan internasional itu, telah menewaskan sembilan warga sipil, delapan di antaranya adalah warga Turki. Sengketa diplomatik berikutnya, yang mengakibatkan penghentian hubungan ekonomis, politik, dan militer antara Ankara dengan Tel Aviv hingga hari ini, yakni karena Israel selalu menolak keinginan Turki untuk secara resmi meminta maaf atas insiden berdarah tersebut.
Sumber : Intelijen
0 komentar:
Post a Comment