India menyetujui kesepakatan pembelian 145 senjata jenis howitzer
senilai 30 miliar ruppe atau 560 juta dolar AS (sekitar Rp 5,04 triliun)
dari perusahaan Amerika Serikat, BAE Systems, Sabtu (12/5). Pembelian
tersebut adalah bagian dari upaya memperbarui perangkat militer India
yang menelan biaya puluhan miliar dolar.
"Kontrak dilakukan Jumat lalu," ujar salah satu pejabat Kementerian Pertahanan yang tidak mau disebut namanya kepada AFP.
Pemerintah India menganggarkan sekitar Rp 5,04 triliun untuk membeli senjata di lapangan. Howitzer memiliki jangkauan maksimum 30 kilometer (17 mil). Senjata ini akan digunakan tentara yang bertugas di gunung divisi artileri yang bertugas di sepanjang perbatasan dataran tinggi India.
Sejauh ini, India telah tiga kali berperang dengan rivalnya, Pakistan sejak kemerdekaan pada 1947 silam. Namun, Cina tampaknya menjadi saingan utama India sehingga modernisasi militer gencar dilakukan.
Militer India memperoleh peralatan baru, mulai dari pesawat tempur hingga kapal selam Maret lalu. Negara tersebut mengumumkan anggaran belanja militer tahun ini mencapai 1,93 triliun rupee atau 40 miliar dolar AS (sekitar Rp 360 triliun). Pengumuman pembelian howitzer tersebut merupakan yang pertama yang dilakukan India dalam lebih dari seperempat abad.
Terakhir kali India membeli senjata militer pada 1986. Saat itu, India membeli 410 howitzer dari perusahaan senjata militer Swedia, AB Bofors. Setahun kemudian, media Swedia menduga adanya praktik suap yang dilakukan politisi India dan pejabat militer terkait pembelian tersebut.
Tuduhan korupsi itu melibatkan Perdana Menteri India, Rajiv Gandhi yang menjabat pada 1989. Namanya kemudian dibersihkan pengadilan India pada 2004 atau 13 tahun setelah ia tewas akibat bom bunuh diri Tamil.
Tapi, skandal tersebut terus membayangi. Para pengamat mengatakan dugaan korupsi telah membuat India kesulitan mendapatkan kontrak. Para birokrat takut dituduh melakukan penyimpangan pengadaan senjata. Finalisasi kesepakatan howitzer bisa memakan waktu hingga setidaknya satu tahun.
"Kontrak dilakukan Jumat lalu," ujar salah satu pejabat Kementerian Pertahanan yang tidak mau disebut namanya kepada AFP.
Pemerintah India menganggarkan sekitar Rp 5,04 triliun untuk membeli senjata di lapangan. Howitzer memiliki jangkauan maksimum 30 kilometer (17 mil). Senjata ini akan digunakan tentara yang bertugas di gunung divisi artileri yang bertugas di sepanjang perbatasan dataran tinggi India.
Sejauh ini, India telah tiga kali berperang dengan rivalnya, Pakistan sejak kemerdekaan pada 1947 silam. Namun, Cina tampaknya menjadi saingan utama India sehingga modernisasi militer gencar dilakukan.
Militer India memperoleh peralatan baru, mulai dari pesawat tempur hingga kapal selam Maret lalu. Negara tersebut mengumumkan anggaran belanja militer tahun ini mencapai 1,93 triliun rupee atau 40 miliar dolar AS (sekitar Rp 360 triliun). Pengumuman pembelian howitzer tersebut merupakan yang pertama yang dilakukan India dalam lebih dari seperempat abad.
Terakhir kali India membeli senjata militer pada 1986. Saat itu, India membeli 410 howitzer dari perusahaan senjata militer Swedia, AB Bofors. Setahun kemudian, media Swedia menduga adanya praktik suap yang dilakukan politisi India dan pejabat militer terkait pembelian tersebut.
Tuduhan korupsi itu melibatkan Perdana Menteri India, Rajiv Gandhi yang menjabat pada 1989. Namanya kemudian dibersihkan pengadilan India pada 2004 atau 13 tahun setelah ia tewas akibat bom bunuh diri Tamil.
Tapi, skandal tersebut terus membayangi. Para pengamat mengatakan dugaan korupsi telah membuat India kesulitan mendapatkan kontrak. Para birokrat takut dituduh melakukan penyimpangan pengadaan senjata. Finalisasi kesepakatan howitzer bisa memakan waktu hingga setidaknya satu tahun.
Sumber : Republika
0 komentar:
Post a Comment