Clock By Blog Tips

Tuesday, March 20, 2012

Jubir Presiden Korsel: Korut Berusaha kembangkan Rudal Nuklir


Korea Selatan melalui juru bicara Presiden Park Jeong-Ha, Senin, menuding Korea Utara berusaha untuk mengembangkan rudal bersenjata nuklir melalui peluncuran satelit bulan mendatang. Sikap Seoul ini setelah Pyongyang menolak seruan internasional untuk membatalkan latihan.

"Pemerintah kami mendefinisikan apa yang disebut peluncuran satelit Korea Utara sebagai rencana provokasi serius untuk mengembangkan pengiriman jarak jauh untuk senjata nuklir dengan menggunakan teknologi rudal balistik," katanya.

Korea Utara mengumumkan Jumat akan meluncurkan roket antara 12-16 April untuk menempatkan satelit ke dalam orbit guna tujuan damai.

Amerika Serikat dan negara-negara lain melihat peluncuran itu sebagai kedok untuk uji coba rudal jarak jauh, yang akan melanggar larangan kesepakatan denuklirisasi PBB dengan Washington.

Korea Utara diperkirakan memiliki cukup plutonium untuk sekitar enam sampai delapan senjata nuklir, tetapi tidak jelas apakah pihaknya dapat membangun satu hulu ledak nuklir untuk rudal.

Korea Selatan mengeluarkan kecaman terbaru setelah Presiden Lee Myung-Bak memimpin pertemuan para menteri luar negeri dan keamanan.

Dia mengatakan bahwa pihaknya akan bekerja sama dengan Amerika Serikat, Jepang, China, Rusia dan Uni Eropa untuk menangani masalah ini selama KTT keamanan nuklir pekan depan di Seoul.

Pada Minggu, Korea Utara menolak imbauan internasional untuk membatalkan peluncuran, yang dilakukan untuk menandai peringatan 100 tahun kelahiran pendiri/Presiden Korea Utara Kim Il-Sung.
Kantor berita resmi negara tersebut, KCNA, menyebut kritik-kritik itu "langkah dasar ... untuk mengganggu kedaulatan kita" dan menuduh Amerika Serikat dan Jepang "ruang spionase" untuk memantau negara-negara lain dengan satelit mereka sendiri.

Peluncuran oleh negara miskin tapi bersenjata nuklir itu tampaknya diduga untuk mematikan perjanjian 29 Februari dengan Washington, yang menimbulkan harapan bagi meredanya ketegangan di bawah pemimpin Pyongyang baru, Kim Jong-Un.

Korea Utara setuju untuk menghentikan program pengayaan uraniumnya, bersama dengan uji coba peluncuran rudal jarak jauh dan tes nuklir, dengan imbalan 240.000 ton pangan yang sangat dibutuhkan sebagai bantuan AS.

Pyongyang menyatakan bahwa peluncuran satelit bukan uji coba rudal.

Namun Departemen Luar Negeri AS menyebut rencana itu "sangat provokatif" dan menyuarakan keraguan atas penyediaan bantuan makanan jika peluncuran itu dilakukan.

Jepang, Rusia dan Sekjen PBB Ban Ki-moon telah menyerukan kepada Korea Utara untuk mengubah pikiran dan bahkan China, sekutu terdekat Korea Utara, menyatakan keprihatinan.

Pyongyang melakukan uji peluncuran roket jarak jauhnya pada 5 April 2009, juga konon untuk menempatkan satelit ke orbit, yang menimbulkan kecaman Dewan Keamanan PBB dan sanksi diperketat.
Korea Utara berhenti ikut ambil bagian dalam perundingan enam negara tentang perlucutan senjata nuklirnya sebagai protes atas kecaman yang dilakukan terhadap uji tembak kedua senjata atomnya pada Mei tahun itu.

Beberapa analis melihat skenario yang sama berkembang saat ini.

"Dilihat dari kasus-kasus sebelumnya, Korea Utara memiliki pola melakukan tes nuklir setelah uji coba rudal," kata Yun Duk-Min dari Institute Urusan Luar Negeri dan Keamanan Nasional kepada surat kabar Korea JoongAng Daily.

Uji coba nuklir pertama Korea Utara dilakukan pada Oktober 2006 terjadi tiga bulan setelah roket jarak jauh diluncurkan. 



Sumber : theglobal-review

Baca juga

0 komentar:

Post a Comment