Amerika Serikat (AS) menolak melakukan intervensi di Suriah, meskipun
kendatipun pada Selasa (29/5/2012) kemarin telah mengusir seorang
diplomat penting Damaskus setelah pembunuhan lebih dari 100 orang di
satu kota negara itu.
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Victoria Nulland, mengatakan
Perwakilan Pemerintah Suriah di AS, Zuheir Jabbour, diberikan waktu 72
jam untuk meningalkan negeri Paman Sam. Ini merupakan bagian dari
gelombang pengusiran para diplomat Suriah oleh negara-negara Barat.
Kendatipun tindakan-tindakan penting itu secara simbolis bertujuan untuk
meningkat pengucilan terhadap Presiden Bashaa al-Assad, tetapi
pemerintah Presiden Barck Obama tetap menolak intervensi militer AS di
Suriah.
Pembunuhan di desa Houla, yang menurut ketua misi perdamian PBB di Suriah dilakukan milisi pro-Bashar, telah meningkatkan desakan pada pemerintah Barat untuk menghentikan pertumpahan darah lebih dari setahun di Suriah.
Sebelumnya, Australia, Kanada, Prancis, Jerman, Spanyol, Italia dan Inggris melakukan tindakan-tindakan yang sama terhadap para diplomat Suriah di negara-negara itu melalui satu tindakan yang terkoordinasi. "Kami melakukan tindakan ini untuk menanggapi pembunuhan di desa Houla --yang sama sekali tidak dapat diterima, buruk, tercela karena membunuh wanita dan anak-anak, yang dilakukan Shabiha," kata Nuland.
Dalam pernyataan terpisah, Nuland menyebut serangan Jumat di Houla itu sebagai serangan ganas yang melibatkan tank-tank dan artileri. "Senjata-senjata itu yang hanya dimiliki pemerintah," tegasnya. Karena itu, pihaknya menuding pemerintah Suriah harus bertanggung jawab atas pembunuhan para warga yang tidak bersalah tersebut. Meskipun para pejabat Suriah membantah militer berperan dalam pembunuhan yang merupakan salah satu dari insiden-insiden yang paling banyak menimbulkan korban jiwa dalam konflik internal di negara tersebut.
Gedung Putih mengatakan bahwa pihaknya tidak yakin bahwa saat ini adalah momentum yang tepat bagi intervensi militer di Suriah. Pemerintah Obama pun menolak imbauan kandidat presiden dari partai Republik, Mitt Romney, untuk melakukan intervensi militer guna mengakhiri pemerintah Bashar.
"Kami tidak yakin bahwa saat ini adalah jalan yang tepat bagi aksi militer. Kami yakin hal seperti itu akan memnimbulkan kekacauan yang lebih luas, dan lebih meningkatkan pembunuhan," kata juru bicara Gedung Putih, Jay Carney.
Sebelumnya, Romney mengeluarkan pernyataan yang mengecam kebijakan AS untuk melumpuhkan pemerintah Suriah. "Kita harus mendesak Rusia untuk menghentikan penjualan senjata kepada pemerintah Suriah dan menghentikan hambatannya di PBB. Dan kita harus bekerja sama dengan mitra-mitra untuk mempersenjatai oposisi agar mereka dapat mmpertahankan diri mereka sendiri," katanya, Selasa (29/5/2012) kemarin.
Pembunuhan di desa Houla, yang menurut ketua misi perdamian PBB di Suriah dilakukan milisi pro-Bashar, telah meningkatkan desakan pada pemerintah Barat untuk menghentikan pertumpahan darah lebih dari setahun di Suriah.
Sebelumnya, Australia, Kanada, Prancis, Jerman, Spanyol, Italia dan Inggris melakukan tindakan-tindakan yang sama terhadap para diplomat Suriah di negara-negara itu melalui satu tindakan yang terkoordinasi. "Kami melakukan tindakan ini untuk menanggapi pembunuhan di desa Houla --yang sama sekali tidak dapat diterima, buruk, tercela karena membunuh wanita dan anak-anak, yang dilakukan Shabiha," kata Nuland.
Dalam pernyataan terpisah, Nuland menyebut serangan Jumat di Houla itu sebagai serangan ganas yang melibatkan tank-tank dan artileri. "Senjata-senjata itu yang hanya dimiliki pemerintah," tegasnya. Karena itu, pihaknya menuding pemerintah Suriah harus bertanggung jawab atas pembunuhan para warga yang tidak bersalah tersebut. Meskipun para pejabat Suriah membantah militer berperan dalam pembunuhan yang merupakan salah satu dari insiden-insiden yang paling banyak menimbulkan korban jiwa dalam konflik internal di negara tersebut.
Gedung Putih mengatakan bahwa pihaknya tidak yakin bahwa saat ini adalah momentum yang tepat bagi intervensi militer di Suriah. Pemerintah Obama pun menolak imbauan kandidat presiden dari partai Republik, Mitt Romney, untuk melakukan intervensi militer guna mengakhiri pemerintah Bashar.
"Kami tidak yakin bahwa saat ini adalah jalan yang tepat bagi aksi militer. Kami yakin hal seperti itu akan memnimbulkan kekacauan yang lebih luas, dan lebih meningkatkan pembunuhan," kata juru bicara Gedung Putih, Jay Carney.
Sebelumnya, Romney mengeluarkan pernyataan yang mengecam kebijakan AS untuk melumpuhkan pemerintah Suriah. "Kita harus mendesak Rusia untuk menghentikan penjualan senjata kepada pemerintah Suriah dan menghentikan hambatannya di PBB. Dan kita harus bekerja sama dengan mitra-mitra untuk mempersenjatai oposisi agar mereka dapat mmpertahankan diri mereka sendiri," katanya, Selasa (29/5/2012) kemarin.
Sumber : Gatra
0 komentar:
Post a Comment