Clock By Blog Tips

Monday, October 4, 2010

Akademi Angkatan Laut (AAL)

Sejarah
Pada tahun 1951, Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI) membuka Institut Angkatan Laut (IAL) berdasarkan Surat Keputusan Mentri Pertahanan Nomor: D/MP/279/1951 tanggal 29 Juni 1951. Kemudian disusul dengan S.K. Nomor  :  D/MP/313/51 tanggal 28 Juli 1951 yang memuat program pendidikan ALRI yang dilaksanakan secara mandiri.
Pada Angkatan I, IAL membuka 3 jurusan atau korps yaitu korps Navigasi, korps Teknik Mesin, dan korps Administrasi. Lama pendidikan ditentukan tiga tahun yang terbagi atas dua tahun teori dan satu tahun praktek. Pada pelajaran teori, sebagian besar diberikan oleh anggota Misi Militer Belanda (MMB) dan banyak menggunakan bahasa Belanda. Sedangkan untuk penggemblengan watak dan fisik diberikan oleh pihak ALRI sendiri. Satu tahun kemudian yaitu pada penerimaan Angkatan II, ditambah dua korps yaitu korps Komando (KKO) dan korps Elektronika.
Pada tanggal 13 Desember 1956, IAL berubah menjadi Akademi Angkatan Laut (AAL) dengan sistem pendidikan tetap tiga tahun. Selanjutnya pada tahun 1961, karena sistem pendidikan tiga tahun dianggap terlalu singkat, maka diubah menjadi sistem pendidikan empat tahun. Prosentase pelajaran yang diberikan menjadi 73% pelajaran praktek/latihan serta teori kemiliteran/keangkatan lautan (profesi), dan 27% pengetahuan akademik (Iptek). Sedangkan sistem lima korps yang ada dilebur menjadi hanya tiga korps, yaitu korps Pelaut ( gabungan dari Pelaut, Teknik dan Elektro), Administrasi dan Komando/Marinir. Tiga korps ini disebut sebagai “sistem laut”.
Menjelang akhir dari periode ini sistem laut dengan tiga korps disempurnakan lagi menjadi sistem jurusan terbatas (Limited Line System) atau dinamakan “Sistem Cikar Kemudi”, yang hanya terdiri dari korps Pelaut dan Marinir. Sistem ini hanya menghasilkan sebagian angkatan ke XI, dan seluruh angkatan ke XII dan XIII. Pada angkatan XI V dan XV, kembali diubah menjadi empat korps (Pelaut, Teknik, Elektronika, dan Marinir).
Pada tanggal 16 Desember 1965, telah diputuskan oleh Presiden R.I selaku Panglima Tertinggi ABRI/Panglima Besar Komando Operasi Tertinggi, tentang peresmian berdirinya Lembaga Pendidikan AKADEMI BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA (AKABRI) berdasarkan Surat Keputusan No. 185/KOTI/1965. Dengan demikian, lembaga-lembaga pendidikan militer sebelumnya, AMN, AAL, AAU, dan AAK dihapuskan.
Pada tanggal 5 Oktober 1966, dibentuklah markas Komando AKABRI di Jakarta yang merupakan badan pelaksana pusat dalam Departemen HANKAM. Berdasarkan S.K. WAPERDAM BIDANG HANKAM No. KEP/E/61/66, diangkatlah Mayor Jenderal TNI achmad Tahir, Gubernur AMN di Magelang. sebagai Komandan Jenderal AKABRI yang pertama.
Pada tanggal 29 Januari 1967, diselenggarakan upacara pembukaan tahun akademi AKABRI Tingkat I atau AKABRI Bagian Umum yang bertempat di Magelang. Berada satu atap dengan AKABRI Bagian Darat (perubahan dari AMN sebelum integrasi). Selanjutnya, AAL menjelma menjadi AKABRI Bagian Laut, AAU menjelma menjadi AKABRI Bagian Udara, AAK menjelma menjadi AKABRI Kepolisian.
Dalam kaitannya dengan upaya integrasi, kegiatan-kegiatan pendidikan utama yang bersifat integrasi mendapatkan perhatian serius yang meliputi: Pendidikan Dasar Prajurit, Latihan Integrasi Kadet Weda, dan Kegiatan Pekan Olah Raga Bersama. Periode ini menghasilkan lulusan angkatan ke XVI s/d angkatan ke XXXI.
Berdasarkan Keputusan Pangab No. Kep/29/X/1984, tanggal 10 Nopember 1984, AKABRI Bagian Laut berubah menjadi Akademi TNI Angkatan Laut disingkat AAL.
Dalam perkembangan lebih lanjut, AAL menetapkan pola kurikulum 5 bulan + 3 tahun + 7 bulan. Beban studi dihitung dalam satuan kredit semester (SKS) yang dilaksanakan berdasarkan SKep. KASAL nomor: SKep/331/III/1999, tanggal 2 Maret 1999, tentang kurikulum pendidikan Mapwa TNI AL dan Dikpasis. Dan Sejak tahun 2003, Korps Administrasi diubah menjadi Korps Suplai. Mulai tahun 2008 AAL akan menyelenggarakan pendidikan dengan pola 1 tahun di Akmil dan 3 tahun di AAL.

Latihan Matra 

Kartika Jala Krida


Latihan praktek pelayaran muhibah/Kartika Jala Krida erupakan latihan praktek bagi Kadet Tingkat II Akademi Angkatan Laut sebagai salah satu materi ajaran dari komponen profesi dasar korps pada pola pendidikan Kadet, yang mempunyai tujuan untuk memberikan pengetahuan dan kecakapan sebagai bekal pada penugasan awal menjadi Perwira sekaligus pembentukan karakter prajurit matra laut.
Disisi lain program latihan pelayaran muhibah ini mengemban fungsi diplomasi bagi bangsa Indonesia sebagai bangsa bahari berwawasan maritim. Sedangkan keberadaan Akademi Angkatan Laut selaku badan pelaksana pusat Mabes TNI Angkatan Laut yang berperan dan memberikan kontribusi dalam penyelenggaraan pendidikan calon Perwira TNI AL tingkat akademi di masa yang akan datang. Hal ini untuk membuktikan kepada dunia bahwa TNI AL terus berkembang dalam memupuk kemampuan dan kesiapannya khususnya dalam rangka membangun TNI AL yang besar, kuat dan profesional
Kartika Jala Krida merupakan salah satu kegiatan yang senantiasa dinantikan oleh para Kadet AAL, karena dengan mengikuti kegiatan ini para Kadet AAL memiliki kesempatan untuk memperluas cakrawala pengalaman melihat dunia. Hal ini sesuai dengan motto yang selalu membanggakan bagi setiap prajurit TNI AL yaitu "Join the Navy to see the world".
Dikko Marinir


Pendidikan Komando (Dikko) ini merupakan latihan khusus, karena didalamnya memuat materi yang beraneka ragam. Baik teori taktis maupun ketrampilan, dari ilmu ketrampilan perorangan sampai taktis satuan kecil. Yang kesemuanya itu merupakan ilmu dasar bagi prajurit komando. Latihan Pendidikan Komando ini dilaksanakan di daerah Situbondo dan Banyuwangi sekitarnya.
Dihadapkan dengan tantangan tugas ke depan yang semakin dinamis sebagai implikasi dari kecenderungan perkembangan strategis, dibutuhkan tingkat kesiapsiagaan yang tinggi dari segenap komponen kekuatan TNI AL. Dalam kaitannya dengan pelaksanaan latihan ini, khususnya Korps Marinir harus tetap dapat merealisasikan kemampuan asasinya sebagai prajurit laut pasukan pendarat termasuk melakukan peperangan di hutan sebagai bagian dari pelaksanaan perang gerilya, sekaligus dapat menampilkan kemampuannya dalam memberikan dukungan terhadap operasi keamanan dalam negeri apabila dibutuhkan.


Alumni AAL

aAkademi Angkatan Laut (AAL) sebagai bagian dari lembaga pendidikan di lingkungan TNI menganut falsafah “Dwi Warna Purna Cendikia Wusana”, dengan tujuan pendidikan mendidik Taruna dan Perwira Siswa menjadi seorang Perwira TNI Angkatan Laut yang berjiwa pejuang Pancasila dan Sapta Marga, yang memiliki kemampuan untuk menggunakan dan mengamalkan pengetahuan dan ketrampilan sesuai dengan tuntutan fungsi teknis yang diarahkan pada spektrum pekerjaan dalam penugasan awal di kapal atau di lapangan serta mampu mengembangkan pribadi sebagai kader pemimpin TNI khususnya TNI angkatan laut.

Secara umum, sasaran pendidikan yang ingin dicapai adalah membentuk Lulusan Akademi TNI AL sebagai perwira pejuang Sapta Marga yang memiliki kemampuan teknik dasar kematraan serta potensi ilmu pengetahuan dan teknologi.

0 komentar:

Post a Comment