Pemerintah mengalokasikan anggaran sebesar Rp 150 triliun yang akan digunakan untuk pengadaan serta pemeliharaan dan perawatan alat utama sistem persenjataan untuk periode 2010-2014.
Menteri PertahananPurnomo Yusgiantoro mengatakan dari alokasi anggaran pemerintah sebesar Rp 150 triliun tersebut, di antaranya dalam bentuk dolar dengan total sebanyak US$ 6,5 miliar atau Rp 60 triliun dengan kurs satu dolar US Rp 9.000.
“Rp 150 trilun itu dalam waktu 5 tahun, itu yang akan kita belanjakan untuk belanja modal dan belanja barang atau dalam istilah kita untuk pengadan alutsista dan untuk pemeliharaan dan perawatan alutsista,” kata Purnomo kepada pers, usai sidang kabinet terbatas tentang alutsista yang dipimpin Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Kantor Presiden hari ini.
Dalam pembelian alutsista tersebut, ujarnya, dibagi dalam tiga prioritas. Khusus untuk prioritas pertama, adalah untuk katagori alutsista yang bisa terealisasi kehadirannya di Indonesia sebelum Kabinet Indonesia Bersatu II berakhir masa baktinya, yaitu pada akhir tahun 2014.
Menteri PertahananPurnomo Yusgiantoro mengatakan dari alokasi anggaran pemerintah sebesar Rp 150 triliun tersebut, di antaranya dalam bentuk dolar dengan total sebanyak US$ 6,5 miliar atau Rp 60 triliun dengan kurs satu dolar US Rp 9.000.
“Rp 150 trilun itu dalam waktu 5 tahun, itu yang akan kita belanjakan untuk belanja modal dan belanja barang atau dalam istilah kita untuk pengadan alutsista dan untuk pemeliharaan dan perawatan alutsista,” kata Purnomo kepada pers, usai sidang kabinet terbatas tentang alutsista yang dipimpin Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Kantor Presiden hari ini.
Dalam pembelian alutsista tersebut, ujarnya, dibagi dalam tiga prioritas. Khusus untuk prioritas pertama, adalah untuk katagori alutsista yang bisa terealisasi kehadirannya di Indonesia sebelum Kabinet Indonesia Bersatu II berakhir masa baktinya, yaitu pada akhir tahun 2014.
Program pembangunan kekuatan berupa pembelian alutsista sendiri direncanakan dalam tiga rencana strategis (renstra) dari tahun 2010 hingga 2024, dan secara khusus diperlukan dalam 5 tahun pertama (2010-2014) jumlah belanja modal dan belanja barang alutsista sebesar Rp 150 triliun.
Menhan mengatakan di sidang kabinet terbatas yang digelar hari ini, secara khusus membahas rincian barang alutsista yang akan dibeli dengan membelanjakan komponen dolar yang sebanyak US$ 6,5 miliar dari total anggaran Rp 150 triliun untuk belanja persenjataan periode 2010-2014
Dalam melakukan pembelian alutsista tersebut, ujarnya, diprioritaskan membelinya dari industri dalam negeri, melakukan kerja sama produksi, melakukan perjanjian dengan suatu negara untuk saling membeli (barter) alutsista. Misal Indonesia membeli pewasat temput T-50 dari Korea Selatan, dan Korsel membeli CN 235 dari Indonesia.
Menhan mengatakan alokasi anggaran alutsista disesuaikan dengan kemampuan ekonomi di dalam negeri, dan diharapkan APBN terus mengalami peningkatan jumlahnya.
“Tentu diharapkan mampu memberi dukungan pada pembelian alutsista,” kata Purnomo.
Pembangunan kekuatan dengan pembelian alutsista tersebut dibutuhkan untuk untuk menjaga kedaulatan dan mengamankan Indonesia dari ancaman, dan menjaga wilayah perbatasan.
RI Hindari Pengadaan Alutsista Dari Pinjaman
Pemerintah akan meminimalkan pengadaan alat utama sistem persenjataan dari pinjaman, dan mengutamakan pembelian alutsista untuk menjaga kedaulatan negara dari anggaran yang telah tersedia.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan pemerintah memang telah menetapkan alokasi anggaran pembelian alutsista yang lebih besar dibandingkan masa pemerintahan SBY di lima tahun pertama.
“Kurangi sejauh mungkin pengadaan alutsista yang menggunakan sumber pembiayaan dari pinjaman, apalagi pinjaman luar negeri. Mari kita memulai untuk lebih mengggunakan anggaran yang tersedia di dalam negeri," kata Presiden Yudhoyono di sidang kabinet terbatas bidang polhukam di Kantor Presiden hari ini.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan pemerintah memang telah menetapkan alokasi anggaran pembelian alutsista yang lebih besar dibandingkan masa pemerintahan SBY di lima tahun pertama.
“Kurangi sejauh mungkin pengadaan alutsista yang menggunakan sumber pembiayaan dari pinjaman, apalagi pinjaman luar negeri. Mari kita memulai untuk lebih mengggunakan anggaran yang tersedia di dalam negeri," kata Presiden Yudhoyono di sidang kabinet terbatas bidang polhukam di Kantor Presiden hari ini.
Dengan menempuh upaya tersebut, ujarnya, maka Indonesia bisa terus mengurangi besaran pinjaman terhadap penerimaan nasional, dan terus mengurangi komponen pinjaman luar negeri secara signifikan. Sehingga kemandirian sebagai bangsa terus dapat kita tingkatan.
Dalam pengadaan alutsista tersebut, Presiden Yudhoyono mengatakan ada tiga kebijakan yang akan dilakukan pemerintah. Pertama, agar jajaran TNI dan dan kepolisian membeli alutista dari Indonesia, untuk peralatan dan perlengkapan yang sudah bisa dibuat industri dalam negeri.
“Jangan karena rekanan. Jangan karena pertimbangan yang lain, kita justru tidak membeli atau mengadakan yang nyata-nyata sudah bisa kita bikin sendiri. Agar industri kita juga berkembang, ada lapangan pekerjaan, ada penerimaan,” kata SBY.
Kedua, Kalau memang ada alustsista yang belum sepenuhnya bisa dibuat industri dalam negeri maka diupayakan pengadaannya melalui suatu kerja sama, misal dalam bentuk produksi bersama atau investasi bersama dengan industri serupa dari negara sahabat.
Ketiga, jika memang sama sekali belum bisa dibuat industri dalam negeri, diupayakan pengadaannya dalam rangka kerja sama jangka panajang, misal pembelian kapal selam, pesawat tempur F-16 atau Sukhoi.
“Tiga hal ini [agar] dijalankan dengan benar. Saya tidak ingin dengar ada yang missed di manapun, apalagi ada penyimpangan, ada korupsi dalam proses ini. Karena ini biayanya besar, tapi rakyat rela, karena untuk menjaga kedaulatan negara, keutuhan wilayah auntuk kepentingan nasional,” kata SBY.
Yudhoyono mengatakan mengingat ada kalanya dibutuhkan dan mencapai ratusan miliar hingga triliunan rupiah untuk pengadaan alutsista, seperti pembelian kapal selam dan pesawat tempur.
Sumber : www.bisnis.com
0 komentar:
Post a Comment