Clock By Blog Tips

Tuesday, March 27, 2012

Sistem Persenjataan Rusia Menandingi NATO

Sistem pertahanan antiserangan udara S-400 buatan Rusia.

Militer Rusia harus tetap bersiap menandingi program perisai rudal AS-NATO di Eropa, meski perundingan terkait keberatan Rusia atas program itu masih terus berjalan. Pada tahun 2017-2018, Rusia harus sudah siap dengan sistem persenjataannya, untuk menandingi rencana NATO itu.

Demikian ditegaskan Presiden Rusia, Dmitry Medvedev, dalam pertemuan dengan para pemimpin Angkatan Bersenjata Rusia di Moskwa, Selasa (20/3/2012). "Pada 2017-2018, kita harus sudah siap dan bersenjata lengkap," tandas Medvedev dalam pidato yang disiarkan televisi setempat.

AS berulang kali menegaskan, sistem pertahanan antirudal yang akan digelar di Eropa bertujuan menangkis serangan dari Iran. Namun, Rusia khawatir dalam beberapa tahun mendatang, sistem pertahanan itu akan berkembang begitu kuat sehingga akan meniadakan daya gentar strategis arsenal nuklir Rusia.

NATO telah menawarkan agar Rusia ikut bekerja sama mengembangkan sistem perisai rudal itu, tetapi menolak usulan Rusia agar sistem tersebut dioperasikan bersama. Setelah usulannya ditolak, Rusia kemudian berusaha meminta jaminan dari AS bahwa sistem tersebut tidak ditujukan ke Rusia, dan mengancam akan membalas apabila permintaannya ini diabaikan.

"Meskipun perundingan masih terus berjalan, kita harus bersiap untuk mempersenjatai angkatan bersenjata kita secara serius, jadi kita memiliki postur kekuatan yang setanding dan mampu merespons perisai rudal di Eropa," papar Medvedev.

Presiden terpilih Rusia, Vladimir Putin, hingga saat ini belum memutuskan apakah akan menghadiri KTT NATO di Chicago, AS, 20 Mei mendatang. Para pemimpin negara-negara NATO diduga akan merevisi kembali rencana perisai rudal Eropa pada KTT itu, yang kemungkinan besar akan makin membuat Rusia kesal.
 
Rudal jelajah jarak jauh tipe baru
Menteri Pertahanan Rusia, Anatoly Serdyukov, mengumumkan di Moskwa, Selasa (20/3/2012) bahwa Angkatan Udara Rusia telah mulai mengoperasikan rudal jelajah jarak jauh tipe baru. Detail dan spesifikasi rudal baru ini masih misterius.
 
Pesawat pengebom jarak jauh Rusia, Tu-95 Bear.
Serdyukov tidak memaparkan, nama atau tipe rudal baru ini dan detail lainnya. Ia hanya mengatakan, rudal baru ini ditembakkan dari pesawat udara dan merupakan rudal jarak jauh.

Panglima Angkatan Udara (AU) Rusia, Kolonel Jenderal Alexander Zelin, sebelumnya pernah mengatakan, rudal baru ini dikembangkan oleh perusahaan pertahanan Taktitcheskoye Raketnoye Vooruzhenie (Rudal Taktis).

Menurut Zelin, spesifikasi rudal baru ini masih dirahasiakan. Ia hanya mengatakan, rudal itu juga akan dipasang pada pesawat-pesawat tempur generasi kelima Rusia.

Douglas Barrie, analis persenjataan udara dari International Institute of Strategic Studies (IISS) di London, mengatakan ada dua kemungkinan rudal jelajah yang dimaksud Serdyukov, yakni Kh-555 atau Kh-101/102.
Kh-555 adalah modifikasi dari rudal jelajah berhulu ledak nuklir Kh-55 yang dioperasikan sejak 1984, dan ditembakkan dari pesawat pengebom berat Tu-95 Bear dan Tu-160 Blackjack. Kh-555 dikabarkan memiliki hulu ledak konvensional, dan berdaya jelajah hingga 3.000 kilometer.

Sementara Kh-101/102 adalah rudal berkemampuan stealth (mengelak deteksi radar), yang sempat dikabarkan sedang dikembangkan oleh biro desain Raduga.

Pengoperasian rudal jelajah baru ini seiring dengan rencana Rusia memodernisasi armada pesawat-pesawat pengebom jarak jauhnya, termasuk Tu-95 dan Tu-160. 


Sumber : Kompas

0 komentar:

Post a Comment