Clock By Blog Tips

Monday, December 19, 2011

Aliansi Australia, Jepang, Korsel dan AS di Asia Ingatkan Era Perang Dingin


Usaha Australia memperluas kerjasama militer dengan Jepang dan Korea Selatan dan penegasan Menteri Pertahanan Australia soal latihan perang bersama ketiga negara dengan Amerika membangkitkan kembali opini umum rakyat di kawasan soal peran Australia sebagai boneka militer Amerika.

Para pakar di Asia dan Pasifik tertarik untuk menindaklanjuti berita Kamis (15/12) terkait kesepakatan menteri pertahanan Korea Selatan dan Australia memperluas kerjasama militer kedua negara dan penandatanganan nota kesepahaman pelaksanaan latihan perang bersama tahun depan. Karena pada saat yang sama Australia juga tengah memperkuat kerjasama militernya dengan Jepang.

Menurut laporan Xinhua, Menteri Pertahanan Jepang, Yasuo Ichikawa hari Kamis saat bertemu Duta Besar Australia untuk Jepang di Tokyo menyepakati penguatan kerjasama militer antara kedua negara. Kedua pihak menyinggung pentingnya latihan bersama antara pasukan pertahanan Jepang dan unit-unit militer Australia dan menekankan perlunya latihan segi tiga dengan Amerika.

Berita ini dipublikasikan sementara pada hari Rabu (14/12) menteri pertahanan Korea Selatan dan Australia di Canbera menandatangani nota kesepahaman yang isinya meminta penguatan kerjasama militer antara dua negara. Menhan Korsel Kim Kwan-jin dan timpalannya dari Australia Stephen Smith juga menyepakati latihan militer bersama kedua negara akan dimulai tahun depan.

Upaya Australia memperluas kerjasama militer dengan Korea Selatan dan Jepang tidak dapat dipisahkan dari lawatan sebulan lalu Barack Obama, Presiden Amerika ke Canbera, Australia. Dalam lawatan itu Obama menyatakan akan meningkatkan kehadiran militernya di Australia dan untuk itu Amerika akan menempatkan 2500 pasukan marinirnya di Darwin. Pernyataan itu membuat berang para aktivis anti perang di Asutralia dan sejumlah kepala negara di Asia. Karena penguatan kerjasama Australia dengan Jepang dan Korea Selatan bersama Amerika kembali lagi mengingatkan aliansi era Perang Dingin bagi rakyat di kawasan. Kondisi seperti ini hanya akan berakibat pada instabilitas kawasan.

Benar, kali ini target Amerika dan sekutunya adalah Cina. Sekalipun Hillary Clinton, Menteri Luar Negeri Amerika dalam sidang Asia-Pasifik bulan lalu di Hawai berusaha menjustifikasi perluasan kerjasama Washington dengan sekutu-sekutu intinya di kawasan. Menurutnya, apa yang dilakukan Amerika itu untuk menciptakan sistem keamanan-ekonomi yang lebih kuat di Asia Timur.

Namun kenyataanya, kehadiran Amerika di kawasan untuk mencegah Cina memanfaatkan kepentingan ekonomi Asia. Menciptakan aliansi militer di kawasan dengan partisipasi Australia, Jepang dan Korea Selatan serta sebagian negara-negara tetangga Cina merupakan usaha untuk menggolkan cita-cita itu.

Oleh karenanya, upaya Australia memperkuat kerjasama militer dengan Korsel dan Jepang dengan Amerika sebagai intinya dilihat dengan pandangan negatif oleh para pemimpin negara-negara Asia. Karena bagaimanapun juga kebijakan ini bakal membuat Asia Timur kembali tidak stabil atau bahkan terlibat dalam perang. Sebelumnya, Cina dan sebagian negara-negara anggota ASEAN memrotes kebijakan militerisasi Amerika di selatan dan timur Asia dan menolak penempatan pasukan Amerika di Australia. Mereka juga mengecam kebijakan intervensif Washington di Asia. Karena pergerakan Amerika ini bertentangan dengan proses kerjasama untuk menciptakan masyarakat Asia yang satu. (IRIB Indonesia/SL/RA)

Sumber :Irib-Radio Iran



Baca Juga 

0 komentar:

Post a Comment