Clock By Blog Tips

Friday, October 22, 2010

China Bantah Jual Senjata ke Darfur


CHINA diduga kuat menjual senjata ke Darfur. Hal itu mengemuka dalam laporan evaluasi embargo senjata atas Darfur yang digelar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Pemerintah China sendiri sudah membantah tuduhan itu.
PBB menemukan selongsong peluru buatan China dalam kasus penyerangan terhadap relawan perdamaian di Darfur beberapa waktu lalu. Berdasarkan aturan embargo yang berlaku sejak 2005, penjualan senjata ke Sudan diperbolehkan asal pemerintah Khartoum menjamin senjata tersebut tidak didistribusikan ke Darfur.
Seorang diplomat menyatakan selongsong peluru yang digunakan untuk menyerang relawan PBB itu di antaranya berasal dari China, Sudan, dan Israel. Namun, memang tidak dijelaskan apakah peluru langsung didatangkan dari China atau diperoleh melalui pasar senjata di Afrika.
Sejumlah panel ahli PBB mengungkapkan, pemerintah Sudan dan kelompok pemberontak di Darfur kerap mencederai perjanjian embargo serta menolak melakukan gencatan senjata. Panel ahli juga menemukan data bahwa puluhan tipe amunisi buatan China kerap digunakan pasukan keamanan Sudan untuk memerangi pemberontak di Darfur selama dua tahun terakhir.
Melalui perwakilannya di PBB, pemerintah China membantah tuduhan itu. "Kesimpulan laporan tersebut dipenuhi oleh fakta-fakta yang tidak bisa dipertanggungjawabkan," tukas Zhao Baogang, seperti dikutip Al Jazeera. "Di mana mereka memperoleh informasi itu? Tidak ada bukti yang mereka berikan. Bagaimana mungkin kami menerima kesimpulan itu. Kami meminta PBB untuk bekerja dengan metodologi yang jelas," tambahnya.
Di sisi lain, China memiliki hubungan politik yang kuat dengan pemerintah Sudan. China juga berperan penting dalam pengembangan sektor minyak mentah di Sudan.
Konflik Darfur bermula sejak Februari 2003 saat pemberontak dari etnik Afrika mengambil alih pemerintahan yang didominasi oleh tokoh-tokoh politik dari etnik Arab. Hingga saat ini, PBB mencatat sedikitnya 300 ribu orang tewas dan 2,7 juta orang kehilangan tempat tinggal setelah kudeta yang dilakukan kelompok bersenjata pada 2003 silam.



mediaindonesia.com

0 komentar:

Post a Comment