PT Dirgantara Indonesia (Persero) sudah
mempercepat produksi pesawat transport militer menengah CN295 guna
memenuhi kebutuhan TNI-AU mengganti Fokker-27.
"Kami ini sudah masuk
gigi tiga untuk produksi N295 karena harus mengejar waktu penyelesaian
sembilan pesawat sampai akhir 2014," kata Sonny Saleh Ibrahim, Asisten
Dirut PTDI Bidang Sistem Manajemen Mutu Perusahaan merangkap Pembina
Komunikasi Perusahaan, yang dihubungi dari Jakarta, Sabtu.
Sonny
dimintai komentarnya sehubungan dengan pernyataan Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono di Rio de Janeiro, Brazil, Jumat waktu setempat atau
Sabtu WIB, setelah menyampaikan belasungkawa untuk korban gugur dalam
jatuhnya pesawat Fokker F27 TNI AU di Jakarta, Kamis lalu.
Menanggapi
pernyataan Presiden itu, Sonny mengatakan PTDI memang sebelumnya sudah
mempercepat produksi N295 bahkan sudah 60 personel PTDI dikirimkan
secara bertahap ke Airbus Military (dahulu Casa yang melebur ke Airbus
Military) di Spanyol.
Langkah percepatan PTDI
itu, menurut Sonny, tak hanya terkait pada kebutuhan di dalam negeri,
yakni untuk operasional TNI-AU, namun juga sudah ada ikatan bisnis
dengan Airbus Military untuk menjadikan PTDI sebagai pusat pengiriman
(delivery center) pesawat-pesawat C295 di kawasan Asia-Pasifik.
Sonny
menjelaskan, pesawat angkut sedang tersebut untuk penggunaan di
Indonesia akan disebut N295 sebagaimana yang diucapkan Presiden di
Brazil, namun untuk pemasaran Asia-Pasifik disebut CN295. Untuk
penjualan di kawasan lain, tetap sebagai C295.
Berdasarkan
kerjasama itu, PTDI mengerjakan komponen-komponen tertentu N295 yang
selanjutnya diintegrasikan di pabrik Airbus Military. Setelah empat atau
lima pesawat dikerjakan di Spanyol, selanjutnya keseluruhan produksi
dilaksanakan di Bandung.
Sonny menambahkan
untuk sembilan pesawat yang dibutuhkan TNI-AU, dalam tahun 2012 akan
diselesaikan dua pesawat, yang keseluruhan pembuatannya memang masih di
Spanyol. Namun target pengerjaan untuk sisa pesanan pertama itu di
Bandung sudah akan tercapai pada tahun 2012.
Cocok untuk Indonesia
Cocok untuk Indonesia
Sonny menjelaskan, tipe pesawat angkut sedang N295 sangat cocok untuk kondisi geografis Indonesia, khususnya dalam operasi-operasi penerjunan personil yang selama 35 tahun terakhir perannya dilakukan oleh Fokker F-27.
N295 berkapasitas angkut 45 personil, di
atas CN235 yang untuk 35 personil, namun jauh di bawah pesawat transport
berat C130 Hercules yang mampu membawa 90 personel. Pesawat ini multi
fungsi, operasi militer, logistik, kemanusiaan, maupun evakuasi medis
Tingkat
kecocokan dengan medan Indonesia itu karena penerjunan pasukan kerap
harus dilakukan pada ketinggian rendah mengingat wilayahnya
berpulau-pulau, atau wilayah-wilayah perkotaan padat penduduk. "Jika
pakai transport berat, maka penerjunnya bisa tercerai berai," katanya.
Pengadaan
sembilan N295 untuk TNI-AU ditandatangani Dirut PTDI dengan Kementerian
Pertahanan disaksikan Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro dan
Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono dan Dirut PTDI Budi Santoso saat
Pameran Dirgantara Singapura awal tahun ini.
PTDI
menandatangani pengadaan untuk Kementerian Pertahanan tersebut dengan
Airbus Military sebagai produsen utama C295. Meski dibuat oleh Airbus
Military, C295 merupakan turunan proyek bersama sebelumnya CN235, salah
satu jenis pesawat transport terpopuler di dunia.
C295
yang terbang perdana pada 1998 ini pengembangan pesawat CN-235, dengan
peningkatan muatan 50 persen dan mengalami peningkatan mesin,
menggunakan PW127G baru. Pesawat ini ini butuh landasan sepanjang 670
meter untuk tinggal landas, dan 320 meter untuk mendarat ini.
Pesawat
C-295 memiliki tiga varian, C-295M (versi transport militer, kapasitas
angkut 48 personel pasukan payung/para, atau 27 tandu, atau tiga
kendaraan ringan. Kedua, C-295MPA/Persuader (patroli maritim/anti-kapal
selam), ketiga versi C-295 AEW&C (tipe peringatan dini/airborne
early warning).
Awak dua orang, daya angkut
9.250 kg, berat lepas landas 23.200 kg, mesin 2 Pratt & Whitney
Canada PW127G Hamilton Standard 586-F, masing-masing 1,972 kW. Kecepatan
maksimum 576 km/jam (311 knots), kecepatan jelajah 480 km/jam (260
knots, 300 mph).
Sumber : Analisa
0 komentar:
Post a Comment