Dua pilot pesawat F-22 Raptor dari Angkatan Udara AS (USAF),
memutuskan menolak menerbangkan lagi pesawat tempur tercanggih di dunia
tersebut, karena kekhawatiran terhadap sistem pasokan oksigen di pesawat
itu.
Mereka mengaku tak nyaman menerbangkan F-22, sampai masalah sistem oksigen itu dituntaskan.
Pengakuan
dua pilot bernama Mayor Jeremy Gordon dan Kapten Josh Wilson tersebut,
disampaikan dalam acara "60 Minutes" di stasiun televisi CBS. A
cara
itu sendiri baru akan disiarkan hari Minggu (6/5/2012), tetapi sebagian
kutipan dari acara itu sudah ditayangkan sejak Jumat (4/5/2012).
Saat
ditanya apakah dia yakin pesawat tempur generasi kelima tersebut aman
diterbangkan, Gordon menjawab, "Saya tak enak menjawab pertanyaan itu.
(Yang jelas) saya merasa tak nyaman menerbangkan F-22 sekarang". Gordon
dan Wilson berhenti menerbangkan F-22 sejak Januari 2012.
Mei
tahun lalu, USAF melarang terbang seluruh armada F-22, setelah ditemukan
masalah pada pasokan oksigen untuk pilot. Berbagai insiden terkait
pesawat itu mengindikasikan gejala pilot terkena hipoksia (kekurangan
oksigen), seperti pada satu insiden salah satu pesawat menyerempet
pepohonan sebelum mendarat dan pilotnya mengaku sama sekali tak tahu
atau tak ingat kejadian itu.
"Serangan hipoksia itu tersembunyi
dan sangat membahayakan. Beberapa pilot bisa menjalankan seluruh misi,
kemudian mendarat, dan tak tahu sama sekali bahwa mereka sempat
mengalami insiden," papar Gordon.
Armada F-22 kemudian diizinkan
terbang kembali sejak September 2011, tetapi para ahli masih terus
mencari penyebab masalah tersebut. Selama dilarang terbang, para ilmuwan
juga bingung, karena tak berhasil melacak penyebab masalah kurangnya
pasokan oksigen itu.
Kini Gordon dan Wilson, yang sempat bertugas
di Perang Irak dan kini menjadi anggota Garda Nasional Udara, sedang
mencari perlindungan hukum sebagai "pembocor rahasia" kepada anggota
Kongres Adam Kinzinger, wakil rakyat dari Partai Republik asal Illinois.
Pihak
USAF menolak berkomentar soal isi acara 60 Minutes tersebut, tetapi
menegaskan bahwa unsur keselamatan penerbangan menjadi prioritas utama
mereka.
"Meski program F-22 telah menghadapi berbagai macam
tantangan, Angkatan Udara tetap berkomitmen tidak hanya untuk mencari
penyelesaian masalah tersebut tetapi juga perhatian penuh terhadap
masalah keselamatan," ungkap juru bicara USAF Letnan Kolonel John
Dorrian.
F-22 Raptor saat ini adalah satu-satunya pesawat jet
tempur generasi kelima yang telah dioperasikan oleh sebuah negara di
dunia. Begitu banyaknya teknologi canggih dan sensitif yang dimasukkan
ke pesawat itu, termasuk teknologi mengelak radar, sehingga Kongres AS
mengeluarkan peraturan yang melarang pesawat itu dijual ke negara lain.
Pesawat yang dirancang untuk menjalankan misi pertempuran udara (dog fight)
itu sejauh ini menjadi pesawat termahal yang sudah dibeli oleh
Pentagon. Militer AS telah memiliki lebih dari 160 unit pesawat
tersebut, dan berencana akan mengembangkan jumlahnya menjadi 187 unit.
"Adik"
F-22, yakni F-35 Lightning II, hingga saat ini masih berada pada tahap
pengembangan dan juga menemui berbagai masalah teknis dan penundaan
produksi skala penuh.
Sumber : Kompas
Baca Lagi
0 komentar:
Post a Comment