Clock By Blog Tips

Friday, February 3, 2012

India Galang Kekuatan Hadapi Cina Melalui Latihan Militer Bersama 14 Negara


Amerika Serikat nampaknya semakin mencemaskan keadaan di kawasan Asia Pasifik dengan menggiring dukungan agar India semakin merapat ke negara Paman Sam ini. Modus Operasinya sudah bisa dibaca, yakni menakut-nakuti India terhadap adanya ancaman militer dari Cina.


Pejabat intelijen Amerika Serikat (AS) menilai, India tampak khawatir dengan peningkatan kekuatan militer China. India pun tampak memperkuat dirinya guna mewaspadai adanya konflik dengan China.

... "Kami menilai, India semakin khawatir dengan penguatan postur militer dan sikap agresif Cina di Samudera India serta wilayah Asia Pasifik," ujar pejabat intelijen AS James Clapper, seperti dikutip PTI, Rabu (1/2/2012).

"Pasukan India yakin, konflik China dan India bukanlah suatu hal yang akan terjadi dalam waktu dekat ini. Namun pasukan India kerap meningkatkan kemampuannya untuk menghadapi konfrontasi militer dengan Cina," imbuhnya.

Clapper menjelaskan, India pun berharap besar dengan adanya dukungan militer AS di wilayah Asia Timur. Meski demikian, Cina pun menegaskan, negaranya tidak akan membuat ketegangan hubungan di wilayah Asia.

China juga menginginkan hubungan yang baik dengan negara-negara tetangganya dan seluruh negara di dunia ini. Namun Cina tentunya akan mengambil tindakan bila kedaulatannya mulai terancam.

Menurut Clapper, tahun 2011 adalah tahun di mana China tampil sebagai sebuah negara yang agresif dalam mencetuskan kebijakan luar negerinya, dibandingkan beberapa tahun sebelumnya.

Hingga saat ini, militer Cina pun didukung untuk terus berkembang. Mereka menerima bantuan dana dan juga dukungan politik dari Pemerintah Cina agar melakukan modernisasi. China juga ingin militernya tampil dengan kekuatan yang besar di dunia.

Sekarang jelaslah sudah, mengapa Februari ini India memfasilitasi negaranya untuk jadi ajang latihan militer bersama 14 negara, yang melibatkan juga beberapa negara Persemakmuran eks koloni Inggris seperti Malaysia, Brunei Darusalam, Australia dan Singapore.

Meski juga melibatkan beberapa negara di luar persekutuan dengan Inggris dalam payung negara-negara Persemakmuran seperti Indonesia, Kamboja, Vietnam dan Thailand.

Sementara, Cina dan Rusia sepertinya semakin memperlihatkan sikap yang berbeda dan berseberangan terhadap Amerika dan NATO, dalam menanggapi berbagai isu internasional seperti dalam kasus ketegangan di Suriah dan Iran.

Dalam kasus Suriah misalnya, Cina dan Rusia menentang keras penggunaan kekerasan di Suriah guna menyelesaikan masalah dalam negeri Suriha. China menilai praktek untuk secara paksa mendorong "perubahan rejim" dan tindakan lain yang melanggar tujuan serta prinsip Piagam PBB dan norma dasar yang membimbing hubungan internasional.

Sikap keras China ini disampaikan Li Baodong, wakil tetap China untuk PBB. Dalam pernyataannya Li di pertemuan terbuka Dewan Keamanan PBB mengenai situasi saat ini di Suriah.

"Kami dengan tegas menentang penggunaan kekerasan guna menyelesaikan masalah Suriah, menentang keras praktek dorongan paksa bagi `perubahan rejim` yang melanggar tujuan serta prinsip Piagam PBB dan norma dasar yang mengatur hubungan internasional," kata Li. Sementara, Moskow juga memperingatkan agar kekuatan asing tak mencampuri urusan dalam negeri Suriah.

Rusia menyatakan, "Krisis Suriah hanya dapat diselesaikan melalui proses politik, yang dipimpin Suriah sendiri."

Jika Amerika, NATO dan negara-negara Arab satelitnya bersikeras untuk mendorong engesahan rancangan resolusi gabungan mereka di Dewan Keamanan PBB guna menuntut apa yang mereka sebut "peralihan politik di Suriah.

Kalau ini sampai terjadi, maka Cina dan Rusia akan semakin terseret dalam permainan papan catur di kawasan Timur Tengah dan Afrika tersebut. Namun ketika Selat Hormuz pada perkembangannya akan terancam ditutup oleh Iran dan akan membahayakan kelangsungan hidup ekonomi 14 negara termasuk Iran, maka kawasan Asia Tenggara atau Asia Pasifik pada umumnya, sepertinya akan dijadikan medan tempur baru untuk meledakkan Proxy War atau Perang Perpanjangan Tangan antara AS dan Cina.

Menyadari kemungkinan seperti itu, makan manuver India meningkatkan kesiagaan militernya maupun dalam keikutsertaannya dalam Latihan Militer Bersama 14 Negara, kiranya patut dicermati dengan penuh kewaspadaan. 



0 komentar:

Post a Comment