Filipina disinyalir tengah berunding dengan AS terkait dengan rencana Washington untuk menempatkan kembali militernya di negara Asia Tenggara itu. Namun, pemerintah Filipina tidak mau membenarkan spekulasi yang sudah beredar di media massa itu.
Menurut harian The Washington Post edisi Kamis, seperti yang dikutip Reuters, sudah ada perundingan tahap awal antara AS dan Filipina menyangkut kerjasama militer yang lebih luas. Perundingan ini kemungkinan membicarakan rencana kehadiran kembali pangkalan AS di Filipina.
Harian Amerika itu menyebutkan bahwa akan ada lagi perundingan bilateral pada 26-27 Januari 2012 di Washington DC. Setelah itu akan digelar pertemuan dengan melibatkan pejabat yang lebih tinggi dari kedua negara pada Maret mendatang.
"Kita bisa libatkan negara-negara lain: Australia, Jepang, Singapura," tulis koran itu dengan mengutip seorang pejabat senior Filipina, yang tidak disebutkan namanya. "Kami bukan satu-satunya pihak yang menerapkan langkah ini, dan untuk tujuan yang baik. Kami hanya ingin kawasan yang damai dan stabil. Tidak ada yang ingin berhadapan dengan China atau berkonfrontasi dengan China," lanjut pejabat itu.
Dalam beberapa bulan terakhir, AS sudah menyatakan keinginan untuk memperkuat militernya di Asia Pasifik. Sejumlah rencana pun telah digulirkan, yaitu mengirim 2.500 pasukan Marinir secara bertahap ke Australia bagian utara dan menempatkan kapal-kapal perang di Singapura.
Kendati tidak dinyatakan secara resmi, langkah AS ini diyakini untuk membendung manuver China, yang memperkuat kemampuan militernya dalam beberapa dekade terakhir. Apalagi, China belakangan ini berseteru dengan sejumlah negara menyangkut klaim teritorial di Laut China Selatan, yang menjadi salah satu perairan strategis bagi perdagangan dunia.
Menurut harian The Washington Post edisi Kamis, seperti yang dikutip Reuters, sudah ada perundingan tahap awal antara AS dan Filipina menyangkut kerjasama militer yang lebih luas. Perundingan ini kemungkinan membicarakan rencana kehadiran kembali pangkalan AS di Filipina.
Harian Amerika itu menyebutkan bahwa akan ada lagi perundingan bilateral pada 26-27 Januari 2012 di Washington DC. Setelah itu akan digelar pertemuan dengan melibatkan pejabat yang lebih tinggi dari kedua negara pada Maret mendatang.
"Kita bisa libatkan negara-negara lain: Australia, Jepang, Singapura," tulis koran itu dengan mengutip seorang pejabat senior Filipina, yang tidak disebutkan namanya. "Kami bukan satu-satunya pihak yang menerapkan langkah ini, dan untuk tujuan yang baik. Kami hanya ingin kawasan yang damai dan stabil. Tidak ada yang ingin berhadapan dengan China atau berkonfrontasi dengan China," lanjut pejabat itu.
Dalam beberapa bulan terakhir, AS sudah menyatakan keinginan untuk memperkuat militernya di Asia Pasifik. Sejumlah rencana pun telah digulirkan, yaitu mengirim 2.500 pasukan Marinir secara bertahap ke Australia bagian utara dan menempatkan kapal-kapal perang di Singapura.
Kendati tidak dinyatakan secara resmi, langkah AS ini diyakini untuk membendung manuver China, yang memperkuat kemampuan militernya dalam beberapa dekade terakhir. Apalagi, China belakangan ini berseteru dengan sejumlah negara menyangkut klaim teritorial di Laut China Selatan, yang menjadi salah satu perairan strategis bagi perdagangan dunia.
Bantahan Filipina
Sementara itu, juru bicara Departemen Pertahanan Filipina, Peter Paul Galvez, menepis spekulasi mengenai kehadiran kembali pangkalan militer AS di negaranya. Galvez menyatakan bahwa perundingan kedua negara saat ini tidak lebih dari memperkuat kerjasama latihan militer, yang terselenggara setiap tahun.
"Perundingan itu membicarakan soal peningkatkan frekuensi latihan. Jadi pokoknya adalah frekuensi. Latihan ini akan menguntungkan pasukan kami untuk menambah pengetahuan, teknik-teknik baru memerangi terorisme, anti perompakan, dan bagaimana mempelajari peralatan baru," kata Galvez kepada Reuters.
Selama sekitar 40 tahun sejak berakhirnya Perang Dunia Kedua, AS memiliki dua pangkalan militer di Filipina, yaitu Clark dan Subic. Namun pada awal 1990-an AS mengosongkan pangkalan itu.
Seorang panglima militer yang menjaga keamanan di kawasan barat Filipina pernah menyatakan bahwa kian besarnya kehadiran militer AS di Laut China Selatan akan meningkatkan keamanan. Filipina pun berseteru dengan China soal klaim batas maritim di perairan itu.
"Perundingan itu membicarakan soal peningkatkan frekuensi latihan. Jadi pokoknya adalah frekuensi. Latihan ini akan menguntungkan pasukan kami untuk menambah pengetahuan, teknik-teknik baru memerangi terorisme, anti perompakan, dan bagaimana mempelajari peralatan baru," kata Galvez kepada Reuters.
Selama sekitar 40 tahun sejak berakhirnya Perang Dunia Kedua, AS memiliki dua pangkalan militer di Filipina, yaitu Clark dan Subic. Namun pada awal 1990-an AS mengosongkan pangkalan itu.
Seorang panglima militer yang menjaga keamanan di kawasan barat Filipina pernah menyatakan bahwa kian besarnya kehadiran militer AS di Laut China Selatan akan meningkatkan keamanan. Filipina pun berseteru dengan China soal klaim batas maritim di perairan itu.
Sumber : VivaNews
0 komentar:
Post a Comment