Washington - Kementerian Pertahanan Amerika Serikat (AS) alias Pentagon mengklaim tidak mendeteksi pergerakan 'mencurigakan' dari militer Korea Utara (Korut) sepeninggal Kim Jong-il. Menurut Pentagon, kondisi Semenanjung Korea hingga saat ini masih relatif 'tenang'.
"Kami tidak melihat pergerakan tidak biasa dari militer Korut. Tampaknya transisi kekuasaan di semenanjung berjalan lancar dan kami berharap akan terus seperti itu," ujar juru bicara Pentagon, George Little, dalam keterangan pers kepada wartawan sebagaimana dilansir kantor berita AFP, Rabu (22/12/2011).
Tentara AS sejumlah 28.500 personel yang ditempatkan di wilayah Korea Selatan (Korsel) masih disiagakan menghadapi situasi yang tak menentu. Belum ada tanda-tanda ketegangan di wilayah perbatasan antara Korut dengan Korsel sejak kematian Kim Jong-il.
"Sekarang, semua masih terlihat tenang di wilayah demiliterisasi dan kondisi seperti itu yang ingin kita lihat," timpal Kapten John Kirby yang juga hadir dalam keterangan pers di Pentagon.
Para pejabat tinggi militer AS, termasuk komandan pasukan AS di Korsel, Jenderal Jamer Thurman, saat ini terus berkomunikasi intens dengan militer Korsel.
Hingga Rabu (22/12) ini, media nasional Korut melaporkan bahwa jutaan warga Korut masih berkabung atas meninggalnya pemimpin mereka. Namun, dunia internasional sempat cemas karena tak memiliki banyak informasi soal pengganti Kim Jong-il, yakni Kim Jong Un.
Berbagai spekulasi soal karakter kepemimpinan Kim Jong Un pun mencuat ke publik. Mulai dari Kim Jong Un yang dianggap terlalu muda dan minim pengalaman, hingga anggapan bahwa Kim Jong Un disokong oleh kekuatan militer Korut yang kuat. Selain itu juga muncul kekhawatiran akan terjadinya konflik ataupun perebutan kekuasaan di Semenanjung Korut pasca meninggalnya Kim Jong-il.
AS sendiri telah merapatkan barisan dengan sekutunya, Korsel dan Jepan, dan juga selalu memantau dengan seksama soal perkembangan yang terjadi di dalam negara tertutup tersebut. Menlu AS Hillary Clinton bahkan telah mengeluarkan pernyataan yang mengajak Kim Jong Un untuk mengembangkan pemerintahan yang mengutamakan perdamaian di Korut.
"Kami tidak melihat pergerakan tidak biasa dari militer Korut. Tampaknya transisi kekuasaan di semenanjung berjalan lancar dan kami berharap akan terus seperti itu," ujar juru bicara Pentagon, George Little, dalam keterangan pers kepada wartawan sebagaimana dilansir kantor berita AFP, Rabu (22/12/2011).
Tentara AS sejumlah 28.500 personel yang ditempatkan di wilayah Korea Selatan (Korsel) masih disiagakan menghadapi situasi yang tak menentu. Belum ada tanda-tanda ketegangan di wilayah perbatasan antara Korut dengan Korsel sejak kematian Kim Jong-il.
"Sekarang, semua masih terlihat tenang di wilayah demiliterisasi dan kondisi seperti itu yang ingin kita lihat," timpal Kapten John Kirby yang juga hadir dalam keterangan pers di Pentagon.
Para pejabat tinggi militer AS, termasuk komandan pasukan AS di Korsel, Jenderal Jamer Thurman, saat ini terus berkomunikasi intens dengan militer Korsel.
Hingga Rabu (22/12) ini, media nasional Korut melaporkan bahwa jutaan warga Korut masih berkabung atas meninggalnya pemimpin mereka. Namun, dunia internasional sempat cemas karena tak memiliki banyak informasi soal pengganti Kim Jong-il, yakni Kim Jong Un.
Berbagai spekulasi soal karakter kepemimpinan Kim Jong Un pun mencuat ke publik. Mulai dari Kim Jong Un yang dianggap terlalu muda dan minim pengalaman, hingga anggapan bahwa Kim Jong Un disokong oleh kekuatan militer Korut yang kuat. Selain itu juga muncul kekhawatiran akan terjadinya konflik ataupun perebutan kekuasaan di Semenanjung Korut pasca meninggalnya Kim Jong-il.
AS sendiri telah merapatkan barisan dengan sekutunya, Korsel dan Jepan, dan juga selalu memantau dengan seksama soal perkembangan yang terjadi di dalam negara tertutup tersebut. Menlu AS Hillary Clinton bahkan telah mengeluarkan pernyataan yang mengajak Kim Jong Un untuk mengembangkan pemerintahan yang mengutamakan perdamaian di Korut.
Sumber : Detik
0 komentar:
Post a Comment