Clock By Blog Tips

Thursday, December 1, 2011

Militer China: Kerjasama Militer AS-Australia Gambaran Mental Perang Dingin



Beijing -  Menteri Pertahanan China, Rabu (30/11), mengecam keras kerjasama militer baru AS dan Australia dengan memperingatkan bahwa langkah sedikian dapat merusak kepercayaan dan mencerminkan perang dingin baru.

"Persekutuan di bidang militer merupakan sebuah hasil sejarah, namun kami yakin akan adanya upaya memperkuat dan memperluas persekutuan militer sedemikian merupakan sebuah pernyataan mentalitas perang dingin," kata jurubicara Kemhan China, Geng Yangsheng, menjawab pertanyaan seputar pengumuman AS-Australia tentang kerjasama baru militer mereka.

"Hal ini tidak sesuai dengan gelombang era perdamaian, pembangunan dan kerjasama dan tidak membantu meningkatkan rasa saling percaya dan kerjasama antar negara dalam wilayah dan akhirnya dapat merugikan kepentingan umum bagi semua pihak," katanya.

"Kami berharap bahwa kelompok tersebut dapat memperhatikan dengan melakukan hal yang lebih bermanfaat untuk perdamaian dan stabilitas wilayah Asia Pasifik, dan bukan kebalikannya," Geng menambahkan.

Kementerian Pertahanan China merupakan jurubicara umum dari Tentara Pembebasan Rakyat (PLA)t.

Awal bulan ini, Obama mengatakan kepada para pemimpin Asia-Pasifik bahwa militer AS "akan menetap," dan mengumumkan rencana untuk membangun markas militer secara de facto di wilayah Utara Australia, dan menyindir penolakan China untuk pembahasan Laut China Selatan yang disengketakan pada forum regional.

Geng juga mengatakan bahwa gagasan pejabat AS dan Australia dalam meningkatkan "latihan tempur gabungan laut dan udara" sama saja memicu konfrontasi dan beresiko terhadap keamanan negara lain demi kepentingan keamanan satu negara itu sendiri dan militer China suatu saat akan mengambil pendirian atas kekhawatiran keamanan wilayah," katanya.

Awal pekan ini, Mayjen Luo Yuan, yang dikenal dengan ketajaman sudut pandangnya, memperingatkan tekanan regional yang dilakukan Obama menunjukkan bahwa keinginan AS mengepung China.



Sumber : Analisa


0 komentar:

Post a Comment