Clock By Blog Tips

Thursday, August 25, 2011

Senjata Biologi


Senjata biologi (bahasa Inggris: biological weapon) adalah senjata yang menggunakan patogen (bakteri, virus, atau organisme penghasil penyakit lainnya) sebagai alat untuk membunuh, melukai, atau melumpuhkan musuh. Dalam pengertian yang lebih luas, senjata biologi tidak hanya berupa organisme patogen, tetapi juga toksin berbahaya yang dihasilkan oleh organisme tertentu. Dalam kenyataanya, senjata biologi tidak hanya menyerang manusia, tetapi juga hewan dan tanaman.

Pembuatan dan penyimpanan senjata biologi telah dilarang oleh Konvensi Senjata Biologi 1972 yang ditandatangani oleh lebih dari 100 negara. Alasan pelarangan ini adalah untuk menghindari efek yang dihasilkan senjata biologi, yang dapat membunuh jutaan manusia, dan menghancurkan sektor ekonomi dan sosial. Namun, Konvensi Senjata Biologi hanya melarang pembuatan dan penyimpanan senjata biologi, tetapi tidak melarang pemakaiannya.
 
Sejarah
Sejarah penggunaan senjata biologi dimulai pada tahun 400 SM, ketika orang Iran Kuno (scythians) menggunakan panah yang dicelupkan ke dalam feses (kotoran) dan mayat makhluk hidup yang telah membusuk. Hal serupa juga dilakukan oleh bangsa Roma yang mencelupkan pedangnya ke dalam pupuk dan sisa hewan yang telah membusuk sebelum berperang dengan musuhnya.

Perkembangan senjata biologis mengalami beberapa fase seiring dengan berjalannya waktu. Sebelum abad 20, penggunaan bio weapon terbagi menjadi 3 kelompok besar yaitu meracuni makanan/minuman dengan material berbahaya, menggunakan microorganism untuk meracuni makhluk hidup, dan menyisipkan material biologis ke dalam bahan sandang. Pada abad ke-6 SM, bangsa Asyria pernah meracuni musuh dengan menyebar jamur beracun yg menyebabkan efek delusi (khayalan). Lalu bangsa Solon dari Athen, pada abad yg sama, menggunakan tumbuhan Veratrum untuk meracuni bangsa Phocaea selama masa penyerangan. Pada abad ke-4 SM bangsa Scythian melapisi panah dengan kotoran hewan dengan maksud menyebabkan infeksi pada luka korbannya.

Black Death adalah nama wabah yang paling mengerikan pada abad pertengahan. Tercatat nyawa sepertiga warga Eurasia hilang karena penyakit yang disebabkan oleh senjata biologis ini. Disinyalir bangsa Mongol yg menjelajahi berbagai belahan Eurasia untuk berdagang mempercepat penyebaran wabah ini. Saking hebatnya dampak kematian yg disebabkan, Black Death tercacat sebagai penyakit yg mengubah sejarah populasi dan perkembangan bangsa Asia dan Eropa!!! 

Cara yg paling populer untuk menyebarkan senjata biologis adalah dengan melemparkan mayat yg terinfeksi ke daerah musuh dengan ketapel raksasa/catapult. Contohnya adalah bangsa Tatar yang melempar mayat prajurit yang terinfeksi ke benteng Crimean of Kaffa (sekarang Theodosia). Aksi ini disinyalir sebagai penyebab awal menyebarnya wabah Black Death. Perbuatan ini juga dilakukan bangsa Hussite untuk menyerang istana Bohemia.

Pada era modern, senjata biologis yang digunakan mayoritas berupa virus dan bakteri penyakit mematikan. Contoh penyakit yang pernah digunakan untuk senjata biologis adalah :

* Anthrax
* Ebola
* Marburg Virus
* Bubonic Plague
* Cholera
* Brucellosis
* Q Fever
* Machupo
* Yellow Fever
* Cacar air

Sebelum penawar cacar air ditemukan, penyakit ini menjadi senjata bio andalan bagi beberapa negara. Cara penyebarannya adalah dengan menyisipkan pakaian penderita cacar ke wilayah musuh. Taktik ini pernah dilakukan oleh bangsa Amerika untuk melemahkan suku Indian.

Pengembangan senjata biologis disinyalir terjadi saat Perang Dingin berlangsung walaupun tak satupun dari negara yg terlibat mengakuinya. China dan Korut menuduh AS tengah mengembangkan senjata biologis khusus yg disebarkan dengan media serangga. Senjata tsb digunakan dalam perang Korea tahun 1950-1953.
Aksi tuduh menuduh yang makin memanas membuat Presiden AS Nixon mencetuskan UU penghentian produksi senjata biologis di bulan November 1969. Aksi ini didukung oleh banyak negara sehingga banyak pusat-pusat riset bio weapon ditutup atau dihancurkan.

Biological and Toxic Weapon Convention
Penciptaan dan penyimpanan senjata biologis dinyatakan melanggar hukum dlm UU khusus bernama Biological and Toxic Weapon Convention (BTWC) pada tahun 1972, yang ditandatangani oleh lebih dari 100 negara. BTWC ini melarang penciptaan dan penyimpanan senjata biologis, tetapi tidak melarang penggunaan senjata biologis:ha?:. Setelah melewati berbagai proses, akhirnya penggunaan senjata biologis diperbolehkan tetapi hanya untuk pertahanan negara dan pembasmian hama.

Keuntungan
Penggunaan senjata biologi memiliki beberapa keuntungan dan keunggulan dibandingkan jenis senjata militer lainnya. Beberapa keuntungan pemakaian senjata biologi adalah biaya produksi relatif murah dibandingkan senjata penghancur lainnya, alat dan bahan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan agen biologi cukup sederhana, dan waktu yang diperlukan dalam pembuatannya relatif lebih pendek.

Secara ekonomis, pembuatan senjata biologi juga menguntungkan karena dapat dibuat vaksin atau penawar dari senjata biologi yang telah diciptakan dengan alat yang sama namun vaksin dapat diperdagangkan kembali dengan harga tinggi. Penyerangan dengan senjata biologi disukai oleh banyak negara karena penyebarannya tidak terdeteksi dan musuh tidak menyadari adanya penyerangan dengan senjata biologi.

Selain itu, agen biologi yang hidup di dalam tubuh manusia dapat berkembang biak dan menyebar dari individu satu ke individu lain secara alami. Hal ini sangat mungkin terjadi karena agen biologi (terutama virus) yang disebar tidak terlihat oleh mata telanjang, tidak berbau, dan tidak berasa.Dibandingkan dengan senjata nuklir, senjata biologi lebih unggul karena penggunaannya tidak merusak infrastruktur atau fasilitas yang ada dalam daerah yang diserang, sehingga infrastruktur yang tertinggal dapat dimanfaatkan kembali.

Kerugian
Penggunaan senjata biologi juga memiliki kelemahan yang apabila tidak diperhitungkan secara cermat dapat merugikan. Di antaranya adalah perlunya perhitungan cuaca atau kondisi yang tepat untuk melakukan penyebaran senjata tersebut karena sedikit perubahan arah angin dapat mengakibatkan agen biologi berbalik menyerang diri sendiri.

Untuk agen biologi yang disebar melalui udara, waktu tinggal atau ketahanan mereka di udara merupakan hal yang penting untuk diketahui agar tidak terjadi infeksi sekunder pada pasukan penyerang ketika mereka memasuki daerah yang telah berhasil dilumpuhkan/diinfeksi.

 
Pasukan yang bertugas menyebarkan senjata biologi juga harus dilengkapi dengan berbagai alat pelindung karena risiko terinfeksi agen biologi yang digunakan sebagai senjata dapat dialami oleh mereka. Beberapa jenis senjata biologi juga diketahui rentan terhadap radiasi matahari maupun perubahan cuaca sehingga agen biologi dapat terinaktivasi dan tidak dapat berfungsi dengan baik.

Untuk beberapa jenis senjata biologi seperti itu, biasanya dilakukan penyebaran pada larut malam atau pagi subuh sehingga radiasi matahari tidak akan mengganggu dan agen biologi dapat menyebar pada ketinggian yang rendah dan menyelimuti daerah yang diserang. Kerugian lain dari penggunaan senjata biologi adalah adanya beberapa agen biologi yang dapat bertahan lama di lingkungan (seperti spora Bacillus anthracis) sehingga daerah yang telah diinfeksi tidak dapat dihuni/ditinggali dalam jangka waktu yang cukup lama.

Agen Biologi
Beberapa patogen yang pernah direncanakan atau sudah dijadikan sebagai senjata pemusnah massal adalah Bacillus anthracis (Antrax), Brucella sp. (Brucellosis), Chlamydia psittaci (Psittacosis), Coxiella burnetii (Demam Q), Escherichia coli, Shigella (Shigellosis), Francisella tularensis (Tularemia), Vibrio cholerae (Kolera), Virus Ebola, Virus Marburg , Virus demam kuning atau yellow fever virus, dll.



Salah satu agen biologi yang menjadi senjata pemusnah massal adalah anthrax. Anthrax adalah organisme berbentuk batang, non-motil dengan ukuran antara 1-5 mikrometer panjangnya. Sekali terpapar udara, akan terbentuk spora. Spora dapat dengan mudah menyebar melalui udara dan menginfeksi yang menghirupnya. Anthrax dapat menyebabkan penyakit ketika kontak dengan kulit yang terkelupas atau luka, inhalasi, atau konsumsi. Ketika brekembangbiak, anthrax melepaskan tiga faktor virulensi: lethal factor, oedem factor dan antiphagocytic factor

Klasifikasi
Klasifikasi atau pengelompokkan senjata biologi dapat dilakukan berdasarkan taksonomi, inang, sindrom yang ditimbulkan, efek yang dihasilkan, cara penyebarannya, dan respon praktis atau menurut sifat fungsionalnya. Salah salah klasifikasi yang sering digunakan klasifikasi fungsional yang dibuat oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Centers for Disease Control and Prevention atau CDC), meliputi:
  • Kategori A
    • penyebarannya dapat dilakukan dengan mudah dan ditularkan dari manusia yang satu ke yang lain;
    • penyebabkan tingkat kematian yang tinggi dan berpotensi memengaruhi kesehatan publik;
    • dapat menyebabkan kepanikan dan gangguan sosial;
    • memerlukan penanganan khusus untuk persiapan kesehatan masyarakat.
    • Contoh kategori A: cacar, antrax, botulisme, dll.
  • Kategori B
    • kemampuan penyebarannya bersifat moderat;
    • menimbulkan tingkat kesakitan yang moderat dan tingkat kematian yang rendah;
    • memerlukan peningkatan kapasitas diagnostik yang spesifik dan peningkatan pengawasan penyakit.
    • Contoh kategori B: brucellosis, demam Q, Glanders, dll.
  • Kategori C, meliputi patogen yang dapat dimodifikasi untuk disebarluaskan di masa depan, karena memiliki karakeristik:
    • ketersediaan memadai;
    • mudah diproduksi dan disebarkan;
    • berpotensi menyebabkan tingkat kematian dan kesakitan yang tinggi, serta mampu memengaruhi kesehatan publik.
    • Contoh kategori C: Virus Hanta, Virus Nipah, demam kuning, dll.


Sumber : wikipedia.co.id & www.kaskus.us







































0 komentar:

Post a Comment