Jakarta - Operasi gabungan antara Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI-AD dan pasukan khusus Australia, Spesial Operations Command (SOCOMD) berhasil membekuk dan melumpuhkan kelompok teroris yang menyandera wartawan dari Bogor dan Australia.
Hal itu terungkap ketika operasi gabungan dengan sandi "Dawn Komodo XI/2011" melakukan latihan bersama di Pulau Kotok Kecil, di Kawasan Kepulauan Seribu, Jakarta Utara, Kamis pagi.
Dalam skenario latihan itu, operasi gabungan berhasil menyusup dan melumpuhkan kelompok teroris di markasnya dalam waktu semalam guna membebaskan dua orang sandera yang ditahan.
Para teroris menculik wartawan sebagai aksi balasan pascatewasnya aktor intelektual teroris di Pakistan. Tak hanya itu, mereka juga meminta tebusan agar kawan mereka yang tertangkap, Ali bin Bahar, dibebaskan.
Bertindak sebagai komandan "Operasi Dawn Komodo" adalah Letkol (Inf) Tri Budi Utomo. Gabungan pasukan ini tak lain untuk mengamankan kedua negara dari serangan teroris.
Dalam aksi penyergapan ini, operasi membagi dua unit, yakni tim intelijen dan tim penanggulangan terorisme (Gultor). Tim intelijen yang dipercayakan pada Pasukan Sandha yang merupakan pasukan intelijen dari Kopassus dan juga melibatkan pasukan dari pasukan khusus Australia.
Tugas intelijen, yakni mengumpulkan data awal untuk menemukan lokasi musuh menyandera wartawan. Mereka juga melakukan penyadapan teknik, foto intelijen, pengintaian terhadap musuh, dan mencari jejak melalui sistem GPS.
Intelijen juga melakukan infiltrasi (penyusupan) mulai dari Bogor, ke Serang, Cilegon, Merak, dan memantau pulau yang diduga sebagai tempat teroris menyembunyikan sandera.
Setelah data lengkap, informasi itu kemudian diberikan pada pasukan Gultor atau pasukan inti yang terdiri atas 48 orang, dengan rincian 30 pasukan Kopassus dan 18 pasukan pasukan khusus Australia. Namun, yang benar-benar merangsek ke tempat penyanderaan adalah 20 pasukan.
Mereka menggunakan taktik penyerbuan di laut dan bangunan. Ada pun untuk bisa mencapai lokasi tanpa diketahui musuh, mereka menggunakan empat unit kapal LCR. Begitu mendekati target, mereka mencapai lokasi dengan berenang, baik di atas maupun di bawah air.
"Penyergapan berjalan lancar, semua teroris bisa dilumpuhkan dan kami bisa menyelamatkan semua sandera," kata Komandan Satuan 81 Kopassus, Kolonel (Inf) I Nyoman Cantiasa sebagai penanggung jawab latihan penanggulangan teroris di Kepulauan Seribu, Kamis.
Penyerbuan teroris itu memang hanya latihan, namun Tri menyatakan, selain mempererat hubungan bilateral , latihan ini juga sebagai ajang latihan bersama antara Kopassus dan pasukan khusus Australia.
"Operasi Dawn Komodo kali ini adalah yang ke-11 kali bersama Australia. Dengam fokus latihan kami kali ini adalah menangkal terorisme di wilayah maritim," katanya seraya mengatakan pada latihan sebelumnya, operasi dikhususkan pada pengamanan di bandara.
Menurut Kolonel Cantiasa, latihan ini dilakukan untuk menguji teknik dan taktik militer di jajaran intelijen dan gultor pada pasukan khusus kedua negara.
"Latihan melibatkan sebanyak 74 prajurit yang terdiri atas 40 prajurit pasukan Indonesia dan 34 prajurit Australia. Total waktu latihan adalah 11 hari dari 6 hingga 15 September 2011," ujarnya.
Latihan ini juga dipantau Wakil Danjen Kopassus Brigjen TNI Doni Monardo dan Komandan Pasukan Khusus Australia Mayor Jenderal P.W (Gus) Gilmore.
Hal itu terungkap ketika operasi gabungan dengan sandi "Dawn Komodo XI/2011" melakukan latihan bersama di Pulau Kotok Kecil, di Kawasan Kepulauan Seribu, Jakarta Utara, Kamis pagi.
Dalam skenario latihan itu, operasi gabungan berhasil menyusup dan melumpuhkan kelompok teroris di markasnya dalam waktu semalam guna membebaskan dua orang sandera yang ditahan.
Para teroris menculik wartawan sebagai aksi balasan pascatewasnya aktor intelektual teroris di Pakistan. Tak hanya itu, mereka juga meminta tebusan agar kawan mereka yang tertangkap, Ali bin Bahar, dibebaskan.
Bertindak sebagai komandan "Operasi Dawn Komodo" adalah Letkol (Inf) Tri Budi Utomo. Gabungan pasukan ini tak lain untuk mengamankan kedua negara dari serangan teroris.
Dalam aksi penyergapan ini, operasi membagi dua unit, yakni tim intelijen dan tim penanggulangan terorisme (Gultor). Tim intelijen yang dipercayakan pada Pasukan Sandha yang merupakan pasukan intelijen dari Kopassus dan juga melibatkan pasukan dari pasukan khusus Australia.
Tugas intelijen, yakni mengumpulkan data awal untuk menemukan lokasi musuh menyandera wartawan. Mereka juga melakukan penyadapan teknik, foto intelijen, pengintaian terhadap musuh, dan mencari jejak melalui sistem GPS.
Intelijen juga melakukan infiltrasi (penyusupan) mulai dari Bogor, ke Serang, Cilegon, Merak, dan memantau pulau yang diduga sebagai tempat teroris menyembunyikan sandera.
Setelah data lengkap, informasi itu kemudian diberikan pada pasukan Gultor atau pasukan inti yang terdiri atas 48 orang, dengan rincian 30 pasukan Kopassus dan 18 pasukan pasukan khusus Australia. Namun, yang benar-benar merangsek ke tempat penyanderaan adalah 20 pasukan.
Mereka menggunakan taktik penyerbuan di laut dan bangunan. Ada pun untuk bisa mencapai lokasi tanpa diketahui musuh, mereka menggunakan empat unit kapal LCR. Begitu mendekati target, mereka mencapai lokasi dengan berenang, baik di atas maupun di bawah air.
"Penyergapan berjalan lancar, semua teroris bisa dilumpuhkan dan kami bisa menyelamatkan semua sandera," kata Komandan Satuan 81 Kopassus, Kolonel (Inf) I Nyoman Cantiasa sebagai penanggung jawab latihan penanggulangan teroris di Kepulauan Seribu, Kamis.
Penyerbuan teroris itu memang hanya latihan, namun Tri menyatakan, selain mempererat hubungan bilateral , latihan ini juga sebagai ajang latihan bersama antara Kopassus dan pasukan khusus Australia.
"Operasi Dawn Komodo kali ini adalah yang ke-11 kali bersama Australia. Dengam fokus latihan kami kali ini adalah menangkal terorisme di wilayah maritim," katanya seraya mengatakan pada latihan sebelumnya, operasi dikhususkan pada pengamanan di bandara.
Menurut Kolonel Cantiasa, latihan ini dilakukan untuk menguji teknik dan taktik militer di jajaran intelijen dan gultor pada pasukan khusus kedua negara.
"Latihan melibatkan sebanyak 74 prajurit yang terdiri atas 40 prajurit pasukan Indonesia dan 34 prajurit Australia. Total waktu latihan adalah 11 hari dari 6 hingga 15 September 2011," ujarnya.
Latihan ini juga dipantau Wakil Danjen Kopassus Brigjen TNI Doni Monardo dan Komandan Pasukan Khusus Australia Mayor Jenderal P.W (Gus) Gilmore.
0 komentar:
Post a Comment