Clock By Blog Tips

Wednesday, July 20, 2011

AS Andalkan "Siluman"


Dalam banyak hal, pesawat tanpa awak atau siluman adalah senjata yang sempurna bagi negara yang suka perang, tetapi terkendala akibatnya kurangnya dana negara. Pesawat yang dikendalikan dari jarak jauh ini menjadi andalan AS untuk menghadapi para teroris.

Pesawat-pesawat dengan ukuran yang tidak lebih besar dari badan orang dewasa itu kini berperan lebih besar, terutama untuk menyerang sarang para teroris.

Saat Presiden AS Barack Obama mengurangi peran tentara AS di Iran dan Afganistan, saat itu pula dia makin fokus pada pemberangusan jaringan teroris di Somalia dan Yaman.

CIA kini mengoperasikan Predator dan Reaper, dua nama dari sekian banyak nama pesawat tanpa awak yang dikendalikan dari jarak jauh. Pesawat tanpa awak ini juga dipersenjatai dengan rudal-rudal Hellfire.

CIA telah menggunakan pesawat-pesawat itu di setidaknya lima negara, yakni Afganistan, Pakistan, Somalia, Yaman, dan Libya.

CIA tidak mengumumkan secara resmi program penggunaan pesawat-pesawat itu. Namun, amat jelas bahwa AS telah sejak lama menggunakan pesawat-pesawat itu di Irak dan di banyak negara lain.

Bahkan, ada kemungkinan AS akan memperluas wilayah untuk penggunaan pesawat-pesawat itu dengan tujuan menyerang para kelompok militan yang sangat anti-AS sebagaimana diutarakan pada pejabat AS kepada kantor berita Reuters.

”Peran CIA akan jelas semakin berkembang dalam beberapa tahun mendatang untuk menghadapi berbagai ancaman yang menghadang,” kata seorang pejabat AS, yang meminta namanya dirahasiakan.

Tewaskan ratusan orang
Dalam kejadian sepekan ini saja, pesawat-pesawat itu telah berhasil menewaskan 48 orang militan di Pakistan dan Afganistan. Jumlah korban tewas itu telah membuat jumlah korban tewas akibat serangan menjadi 260 orang sejak tahun 2004 sebagaimana disampaikan New America Foundation, lembaga think tank AS.

Sikap militer dan intelijen Pakistan yang mulai tidak bersahabat sejak penyerangan terhadap Osama bin Laden pada 2 Mei lalu semakin memperkuat niat AS untuk menggunakan pesawat-pesawat tanpa awak.

Sikap tak acuh Pakistan tidak memudarkan niat AS untuk memburu para militan. Para analis dan mantan pejabat intelijen AS juga sepakat bahwa penggunaan pesawat itu semakin diperlukan. Pesawat itu tidak saja berguna sebagai penyerang, tetapi juga berperan sebagai pelacak informasi dengan kamera yang ada di badan pesawat itu.

”Sekarang kami semakin bergantung pada penggunaan pesawat itu,” kata John Nagl, pensiunan militer AS dan kini menjabat sebagai Presiden Center for a New American Security. ”Penggunaan teknologi ini akan semakin luas,” katanya.

Penggunaan pesawat itu amat penting dan sudah dimulai sejak serangan 11 September 2001. Hal itu terjadi karena industri persenjataan memikirkan teknologi persenjataan untuk memburu para militan yang memilih tinggal di lokasi-lokasi terpencil dan sulit dijangkau.

Namun, banyak juga kritik soal penggunaan pesawat tersebut. Sering terjadi sasaran serangan bukanlah para militan, tetapi warga sipil yang tak bersalah. Hal ini termasuk salah satu yang membuat Pakistan berang terhadap AS. 
 
 
 
 
 
 
Sumber : Kompas

0 komentar:

Post a Comment