Tripoli – Menteri Luar Negeri Italia Franco Frattini mendesak NATO segera menghentikan serangan udara di Libya,agar bantuan kemanusiaan bisa masuk negara itu.
Frattini juga mendesak NATO segera menyediakan data tentang kampanye serangan udara dan korban warga sipil Libya akibat serangan aliansi Barat. Saat berbicara di depan parlemen Italia,Frattini menyerukan penghentian permusuhan demi kemanusiaan. “Dengan hormat kepada NATO, sangat adil untuk meminta informasi yang terperinci tentang hasil kampanye serangan udara dan kesalahan serangan yang menewaskan warga sipil,” terangnya, seperti dikutip BBC.
Senin lalu (20/6), Frattini mengungkapkan, akibat serangan NATO yang menewaskan warga sipil Libya, kredibilitas NATO berisiko. Sementara itu,Ketua Liga Arab Amr Moussa juga mendesak gencatan senjata segera dilakukan di Libya. Dia juga menyatakan keberatan terhadap kampanye NATO.
Moussa meragukan keberhasilan NATO di Libya, dalam sebuah wawancara untuk surat kabar The Guardian. “Ketika saya melihat anak-anak dibunuh, saya harus waswas. Itulah mengapa saya memperingatkan tentang risiko korban sipil,” katanya kepada surat kabar Inggris, seraya menambahkan bahwa kampanye militer tidak akan berhasil mengatasi krisis Libya.
“Anda tidak bisa memiliki akhir yang pasti. Sekarang adalah waktu untuk melakukan apa pun yang kita bisa untuk mencapai solusi politik,”tegasnya. Moussa menjelaskan, gencatan senjata perlu dilakukan dan diawasi komunitas internasional, diikuti masa transisi untuk menyusun masa depan Libya.
Menanggapi desakan itu, juru bicara militer misi NATO Komodor Mike Bracken menegaskan, bukan kredibilitas NATO yang dipertanyakan, melainkan rezim Khadafi yang menggunakan warga sipil sebagai tameng dan serangan rudal dari masjid. Seperti dilaporkan AFP, Bracken menjelaskan bahwa misi NATO untuk menegakkan zona larangan terbang di Libya dilakukan untuk melindungi warga sipil.
Intervensi yang dimandatkan resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa itu awalnya dilaksanakan Prancis, Inggris, dan Amerika Serikat (AS) hingga akhir Maret, dan diambil alih NATO. “Jika Anda melihat rekam jejak yang ada, kami telah mengambil langkah yang sangat hati-hati untuk menghindari korban sipil dan kami akan terus melakukannya, ”kata juru bicara NATO lainnya, Oana Lungescu.
Sementara di Beijing,Menteri Luar Negeri China Yang Jiechi menggambarkan oposisi Dewan Transisi Nasional, sebagai mitra dialog dan kekuatan politik yang penting di Libya. Sejak berdiri, menurut Yang Jiechi, kinerja Dewan Transisi Nasional yang mewakili pemberontak Libya itu terus meningkat setiap hari dan secara bertahap menjadi kekuatan politik yang penting di dalam negeri.
“China menganggap mereka sebagai mitra dialog penting,” tambah Yang Jiechi, setelah pembicaraan dengan pemimpin senior pemberontak Libya Mahmud Jibril. Pada Minggu (19/6), rudal NATO menghantam rumah penduduk Libya dan menewaskan warga sipil di dalamnya.
Pemerintah Libya mengatakan sembilan orang, termasuk dua anak-anak tewas akibat serangan brutal itu. NATO pun mengakui kesalahannya.
Frattini juga mendesak NATO segera menyediakan data tentang kampanye serangan udara dan korban warga sipil Libya akibat serangan aliansi Barat. Saat berbicara di depan parlemen Italia,Frattini menyerukan penghentian permusuhan demi kemanusiaan. “Dengan hormat kepada NATO, sangat adil untuk meminta informasi yang terperinci tentang hasil kampanye serangan udara dan kesalahan serangan yang menewaskan warga sipil,” terangnya, seperti dikutip BBC.
Senin lalu (20/6), Frattini mengungkapkan, akibat serangan NATO yang menewaskan warga sipil Libya, kredibilitas NATO berisiko. Sementara itu,Ketua Liga Arab Amr Moussa juga mendesak gencatan senjata segera dilakukan di Libya. Dia juga menyatakan keberatan terhadap kampanye NATO.
Moussa meragukan keberhasilan NATO di Libya, dalam sebuah wawancara untuk surat kabar The Guardian. “Ketika saya melihat anak-anak dibunuh, saya harus waswas. Itulah mengapa saya memperingatkan tentang risiko korban sipil,” katanya kepada surat kabar Inggris, seraya menambahkan bahwa kampanye militer tidak akan berhasil mengatasi krisis Libya.
“Anda tidak bisa memiliki akhir yang pasti. Sekarang adalah waktu untuk melakukan apa pun yang kita bisa untuk mencapai solusi politik,”tegasnya. Moussa menjelaskan, gencatan senjata perlu dilakukan dan diawasi komunitas internasional, diikuti masa transisi untuk menyusun masa depan Libya.
Menanggapi desakan itu, juru bicara militer misi NATO Komodor Mike Bracken menegaskan, bukan kredibilitas NATO yang dipertanyakan, melainkan rezim Khadafi yang menggunakan warga sipil sebagai tameng dan serangan rudal dari masjid. Seperti dilaporkan AFP, Bracken menjelaskan bahwa misi NATO untuk menegakkan zona larangan terbang di Libya dilakukan untuk melindungi warga sipil.
Intervensi yang dimandatkan resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa itu awalnya dilaksanakan Prancis, Inggris, dan Amerika Serikat (AS) hingga akhir Maret, dan diambil alih NATO. “Jika Anda melihat rekam jejak yang ada, kami telah mengambil langkah yang sangat hati-hati untuk menghindari korban sipil dan kami akan terus melakukannya, ”kata juru bicara NATO lainnya, Oana Lungescu.
Sementara di Beijing,Menteri Luar Negeri China Yang Jiechi menggambarkan oposisi Dewan Transisi Nasional, sebagai mitra dialog dan kekuatan politik yang penting di Libya. Sejak berdiri, menurut Yang Jiechi, kinerja Dewan Transisi Nasional yang mewakili pemberontak Libya itu terus meningkat setiap hari dan secara bertahap menjadi kekuatan politik yang penting di dalam negeri.
“China menganggap mereka sebagai mitra dialog penting,” tambah Yang Jiechi, setelah pembicaraan dengan pemimpin senior pemberontak Libya Mahmud Jibril. Pada Minggu (19/6), rudal NATO menghantam rumah penduduk Libya dan menewaskan warga sipil di dalamnya.
Pemerintah Libya mengatakan sembilan orang, termasuk dua anak-anak tewas akibat serangan brutal itu. NATO pun mengakui kesalahannya.
Sindo
0 komentar:
Post a Comment