Clock By Blog Tips

Wednesday, May 11, 2011

NATO Bombardir Kompleks Khadafy


Pasukan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) kembali menggempur kompleks kediaman Moamar Khadafy dan sejumlah wilayah lain di Tripoli. Ledakan terdengar bertubi-tubi saat rudal NATO menghantam sejumlah bangunan, Senin malam hingga Selasa pagi.

Pejabat Libia menyebutkan 4 anak cedera, 2 di antaranya luka parah terkena pecahan kaca jendela sebuah rumah sakit akibat ledakan rudal NATO. Sebuah menara telekomunikasi hancur dan sebuah gedung pemerintah rata dengan tanah. Belum diperoleh informasi lainnya, tetapi ledakan-ledakan di Tripoli itu terjadi saat kebuntuan dalam perang saudara untuk menggulingkan Khadafy.
 
Pada Senin, pasukan NATO membom depot-depot senjata pemerintah sekitar 30 km tenggara Zintan, satu kota di Pegunungan Barat di mana konflik meningkat.
 
"Lokasi itu memiliki 72 hanggar bawah tanah. Kami tidak tahu berapa jumlah hanggar yang hancur. Tetapi setiap kali serangan pesawat itu kami mendengar banyak ledakan susulan," kata seorang oposisi yang menyebut namanya Abdulrahman per telepon.
 
Seorang juru bicara oposisi lainnya mengatakan pesawat-pesawat NATO juga menyerang sekitar Tamina dan Chantine, timur Misrata, di mana oposisi terkepung di kota terakhir di wilayah barat yang semula mereka kuasai.
 
Pasukan Khadafy melancarkan serangan besar-besaran ke Misrata dan ratusan orang tewas dalam beberapa minggu pertempuran.
 
Seorang juru bicara militer oposisi mengatakan pasukannya menewaskan 57 tentara dan menghancurkan 17 kendaraan militer dalam satu pertempuran seru di barat kota Ajdabiya yang dikuasai pemberontak, Senin. Komandan itu, yang pernyataannya tidak dapat segera diverifikasi, juga mengemukakan kepada stasiun televisi Al Jazeera, 2 pemberontak tewas dalam pertempuran di lokasi antara Ajbaiya dan pelabuhan minyak Brega itu di mana pasukan Khadafy bertahan.
 
Sebuah kapal yang dicarter Komite Palang Merah Internasional tiba di Misrata mengangkut pasokan obat-obatan, suku-suku cadang untuk memperbaiki sistem air dan listrik dan makanan bayi.
 
Perang itu telah menewaskan ribuan orang dan menyebabkan penderitaan yang luas paling tidak puluhan ribu migran ekonomi dari negara Afrika sub Sahara terpaksa meninggalkan negara itu dengan menumpang kapal-kapal. 
 
 
 
 
 
Suara Karya

0 komentar:

Post a Comment