Clock By Blog Tips

Wednesday, March 2, 2011

Korsel Desak Korut Berunding Lagi

Presiden Korea Selatan Lee Myung-bak

SEOUL – Presiden Korea Selatan Lee Myung-bak, Selasa (1/3), mendesak Korea Utara untuk kembali ke meja perundingan. Tapi peluang-peluang itu tampaknya kecil sekali untuk tewujud karena ia tidak mau melepaskan tuntutannya agar Pyongyang bertanggung jawab atas serangan-serangan tahun lalu. Seruan itu muncul ketika ketegangan di Semenanjung Korea mulai meningkat lagi. Ketegangan serupa penah terjadi akhir tahun lalu, bahkan mendekati kondisi peperangan. Namun belakangan ini Korea Utara (Korut) menyatakan kemarahannya terkait latihan militer Korsel dengan Amerika Serikat, yang dimulai pekan ini, dan mengenai pengiriman selebaran di perbatasan kedua negara berisikan tentang pemberontakan rakyat di kawasan Timur Tengah.

“Kami siap berdialog dengan Korut setiap saat dan dengan pikiran terbuka,” kata Pesiden Korsel Lee Myung-bak dalam pidato memperingati peristiwa pemberontakan anti-Jepang tahun 1919. Ia mengulangi lagi janji sebelumnya yang pernah diungkapkan bahwa Korsel ingin membantu tetangganya yang kini dalam kondisi miskin. Ketegangan di antara dua negara itu mencapai titik tertingginya sejak Perang Korea 1950-1953, setelah Korsel menuduh Korut menenggelamkan sebuah kapal perangnya dan kemudian membombardir satu Pulau Yeonpyeong, Korsel. Namun Pyongyang membantah terlibat dalam peristiwa tenggelamnya kapal perang itu.

Justru Korut menuduh Seoul yang mendorong mereka hingga melancarkan serangan artileri ke pulau Yeonpyeong itu. Sementara sebuah usaha merajut kembali rekonsiliasi yang bulan lalu dilakukan kedua Korea, juga tidak berhasil. Dengan kata lain, perundingan di tingkat pejabat rendah militer kedua negara itu, gagal. Korut, yang dalam tahun-tahun belakangan ini tidak dapat memproduksi bahan pangan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, telah mencari bantuan internasional. Tetapi para pejabat di Korsel mengatakan mereka sekarang kini cenderung meningkatkan cadangan pangan dalam negeri, ketimbang memberikan bantuan pangan ke satu negara yang penduduknya kelaparan.

Secara internasional, Korut hanya menyandarkan diri pada China, satu-satunya negara besar yang menjadi sekutunya. Satu surat kabar Jepang, Sankei, melaporkan, pemimpin Korut mendatang, Kim Jong-un, bulan ini mungkin akan mejalankan kunjungan resmi pertamanya ke China. Putra bungsu pemimpin Kim Jong-Il kemungkinan akan mengunjungi Beijing setelah berakhirnya Kongres Nasional Rakyat China pada 14 Maret 2011 nanti.

Ia akan bertemu dengan Presiden Hu Jintao dan Wakil Presiden Xi Jinping, tulis surat kabar itu mengutip sumber yang dekat dengan kedua pihak. Selama di China, ia mungkin akan meminta bantuan ekonomi dalam skala besar, tulis Sankei. Seorang pejabat di Kementerian Unifi kasi Korsel mengatakan kunjungan Kim Jongun itu mungkin terkait sebagai “pemimpin baru” pada saat yang tepat. Tetapi Korsel tidak tahu apakah kunjungan itu akan segera dilakukan, kata pejabat tersebut. 





Koran Jakarta

0 komentar:

Post a Comment