Roma – Angkatan Laut (AL) Amerika Serikat (AS) melumpuhkan kapal perang Libia di Pelabuhan Misrata, Senin malam waktu setempat (28/3). Satu kapal Libia dan dua kapal kecil pengawalnya diserbu AS karena kapal perang Libia itu melakukan penembakan membabi buta ke arah kapal-kapal dagang yang ada di Pelabuhan Misrata, 200 kilometer timur Tripoli. Pernyataan itu disampaikan Armada Laut Enam AS (US Sixth Fleet) dalam keterangan tertulis yang diterbitkan di markas mereka, di selatan Italia, Selasa (29/3). AS mengerahkan pesawat tempur A-10 Thunderbolt, pesawat patroli laut Navy P-3C, serta rudal-rudal yang ditembakkan dari kapal perang USS Barry.
Kapal Vittoria berhasil dikandaskan, satu kapal kecil berhasil dihancurkan, sementara satunya lagi ditinggalkan oleh awaknya yang lari ketakutan. Upaya pasukan oposisi merebut Kota Sirte masih mengalami kegagalan. Pasukan Khadafi terus menembaki mereka, dan pemberontak mundur ke Kota Bin Jawad, yang terletak 150 kilometer timur Sirte. Tak hanya itu, pasukan Khadafi juga berhasil merebut kembali Nawfaliyah, sebuah kota kecil yang berada di timur Sirte.
Sikap Indonesia Pemerintah Indonesia menyerukan agar Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menjalankan dua klausul utama dalam Resolusi Nomor 1973 yang justru diabaikan, yaitu mengupayakan genjatan senjata dan perdamaian. “Yang Indonesia lihat adalah ada dua elemen yang juga ada di dalam resolusi Dewan Keamanan PBB Nomor 1973. Yang kurang diangkat barangkali juga tidak banyak diketahui, yaitu perlunya segera dilakukan gencatan senjata,” kata Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam keterangan pers di Kantor Kepresidenan, di Jakarta, Selasa (29/3).
Selain gencatan senjata, lanjut Yudhoyono, elemen kedua yang sama pentingnya dalam resolusi itu adalah segera dicari satu solusi politik menuju perdamaian. “Itulah yang menjadi perhatian Indonesia sekarang ini, dan melalui mimbar ini, Indonesia menyerukan kepada PBB dan masyarakat dunia pada umumnya agar kedua elemen penting itu dapat bersama- sama kita wujudkan, genjatan senjata dan pencarian solusi damai,” papar Yudhoyono. Pemerintah Italia mengusulkan perjanjian politik untuk mengakhiri krisis Libia.
Perjanjian politik itu termasuk melakukan gencatan senjata sesegera mungkin, pengasingan bagi Moamar Khadafi , dan pembicaraan antara oposisi dan para pemimpin suku. “Tujuan dari perjanjian politik itu adalah penyelesaian konflik untuk menciptakan Libia yang baru dan demokratis. Itu harus menjadi penyelesaian bersama. Penyelesaian politik itu harus menyatukan, bukan memecah belah kita (masyarakat internasional),” tambah Menteri Luar Negeri Franco Frattini di Roma.
Frattini mengaku telah membicarakan usul itu dengan Jerman, Prancis, dan Swedia, serta membicarakan usulan itu dengan Turki, Senin malam, sebelum pertemuan internasional mengenai Libia di London, Selasa (29/3). Frattini mengatakan negara Afrika dapat memberikan suaka kepada Khadafi . Italia adalah sekutu terdekat Khadafi di Eropa sebelum pertempuran di bekas jajahannya itu meletus bulan lalu.
Italia enggan ikut operasi militer awal bulan ini, dan merasa telah dikesampingkan oleh Prancis dan Inggris. Di bagian lain, pergolakan di kawasan Timur Tengah masih berlanjut. Di Damaskus, Suriah, puluhan ribu warga pro pemerintah menggelar unjuk rasa tandingan, menyuarakan dukungan mereka pada Presiden Bashar al-Assad.
Koran Jakarta
0 komentar:
Post a Comment