Clock By Blog Tips

Monday, February 7, 2011

Senjata Buatan China Jatuh ke Tangan Militan


Washington -  Sejumlah kawat rahasia AS menyebutkan bahwa kegagalan China menerapkan pengendalian ekspor persenjataan ke Iran membuat senjata-senjata buatan China jatuh ke tangan para gerilyawan yang bertempur melawan pasukan koalisi di Irak dan Afghanistan. 

Dalam kawat rahasia yang dibocorkan WikiLeaks tersebut, para diplomat AS khawatir bahwa perusahaan-perusahaan China menjual materi kepada Iran yang dapat dipergunakan untuk membuat peluru kendali nuklir serta senjata pemusnah massal lain, demikian dilaporkan Daily Telegraph.

Senjata-senjata buatan China, termasuk peluncur roket dan peluru kendali darat ke udara yang berisi komponen-komponen buatan China, dipergunakan untuk melawan pasukan koalisi di Irak.

Menurut klaim AS, selain itu senjata-senjata lain juga jatuh ke tangan militan di Afghanistan. Demikian khawatirnya AS mengenai persenjataan dan komponen China yang dijual ke Iran, pada September 2008 Departemen Luar Negeri meluncurkan serangan diplomatik besar-besaran untuk menekan China.

AS lalu memutuskan untuk berbagi data intelijen dengan delapan "sekutu kunci", termasuk Spanyol dan Italia, untuk membujuk China lebih mengefektifkan peraturan pengendalian ekspor dan secara agresif menerapkan resolusi Dewan Keamanan PBB mengenai penjualan senjata dan materi persenjataan.

Menurut kawat-kawat itu, para duta besar diminta mendesak negara-negara asing untuk memberi tahu China bahwa penjualan senjata ke Iran pada akhirnya bisa merusak reputasi China dan hubungan bilateralnya dengan masing-masing negara tersebut.

Patricia McNerney dari Biro Keamanan Internasional dan Nonproliferasi menyusun daftar senjata buatan China yang disita dari para gerilyawan di Irak dalam kawat yang dikirimkan dari Washington kepada para diplomat AS di luar negeri.

Di antaranya, ada senjata kecil buatan china yang ditemukan bersama dengan perlengkapan militer Iran yang baru diproduksi, demikian juga dengan peluru kendali darat ke udara yang ditembakkan ke arah pesawat penumpang Boeing 747 yang terbang di atas Baghdad pada Agustus 2004 yang dibuat di Iran dengan menggunakan komponen gabungan Iran-China.

McNerney juga menyampaikan kekhawatiran mengenai dugaan program senjata nuklir Iran, ia menambahkan, "Sejumlah lembaga dan perusahaan swasta China terus mengekspor atau memindahkan benda-benda penting dan/atau teknologi yang memiliki daya guna ganda untuk mengembangkan senjata pemusnah massal dengan menggunakan alat peluncur mereka dan juga senjata konvensional untuk Iran."

Kepada para diplomat AS, ia mengatakan, "Membuat China secara agresif menerapkan resolusi-resolusi Dewan Keamanan PBB dan lebih memperketat kontrol ekspornya terkait pengiriman persenjataan ke Iran merupakan hal yang penting bagi keseluruhan strategi diplomatik kita untuk menghentikan upaya Iran mendapatkan senjata nuklir dan sistem peluncur untuk senjata pemusnah massal."

Pada 2008, AS juga mengecam China terkait pengiriman 208 ton potasium perchlorate, zat yang bisa dijadikan bahan bakar nuklir, ke Iran.
Menurut laporan itu, China bukan satu-satunya negara yang dituding gagal menerapkan kontrol persenjataan dan materi senjata ke Iran. Pada April 2009, duta besar AS untuk Uni Eropa menyampaikan kekhawatiran bahwa negara-negara anggota Uni Eropa yang lebih kecil tidak menganggap serius ancaman Iran.

Seorang pejabat Uni Eropa mengatakan kepada para diplomat AS bahwa dirinya harus "terus mengingatkan" negara-negara Eropa bahwa situasi yang berbahaya dan tidak dapat diredakan akan melahirkan perang nuklir di Timur Tengah.
 
 
 
 
 
Suara Media

0 komentar:

Post a Comment