Jakarta - Moamar Kadhafi meski ngotot tetap berkuasa, sejatinya tinggal menunggu waktu saja. Rakyat dan kelompok oposisi sudah menguasi kota-kota besar Libya seperti Benghazi, Al Bayda, Misurata, dan kota lainnya. Begitu Tripoli yang menjadi pusat pemerintahan direbut demonstran, Khadafi akan jatuh.
Khadafi sendiri saat ini sudah mulai kehilangan kredibilitas politiknya di mata rakyat. Seperti banyaknya perwira tinggi militernya yang membelot, menteri dan para diplomatnya di luar negeri yang mundur, serta beberapa tentara sudah mulai ada yang melucuti senjatanya.
"Jadi ini soal waktu saja kapan dia jatuh," kata Analisis Politik Timur Tengah dari Moderat Moeslem Society, Zuari Misrawi kepada detikcom.
Meski tinggal menunggu kejatuhan Khadafi, revolusi di Libya sangat kompleks. Revolusi negara terkaya di Afrika ini beda dengan kasus Tunisia dan Mesir. Khadafi diprediksi tidak akan pernah mau mengundurkan diri seperti yang dilakukan Ben Ali ataupun Hosni Mubarak.
Pria yang dijuliki sebagai 'Anjing Gila dari Timur Tengah' oleh Presiden AS Ronald Reagan itu telah sesumbar akan mempertahankan Libya hingga titik darah penghabisan. Khadafi percaya diri tetap bertahan karena ia merasa sudah memberikan banyak untuk rakyatnya. Ia memberikan subsidi dan tunjangan kepada rakyat kecil.
Sementara itu Khadafi mengklaim sikap hidupnya sederhana. Khadafi memang agak nyentrik dalam hidupnya. Ia memilih hidup di kemah dan didampingi pengawal-pengawal wanita. Ini untuk mengesankan sang pemimpin dekat dengan masyarakat.
"Tapi seperti di dunia yang saat ini semakin terbuka ini, saya kira kekuatan kelompok menengah dan oposisi yang tak puas ini akan terus berjalan, kalau ini dihadapi dengan kekerasan akan merugikan Khadafi sendiri," kata pengamat politik Timur Tengah dari LIPI Hamdan Basyar.
Kini Dewan Keamanan PBB telah memberikan sanksi pada Libya. Sanksi mulai dari membekukan aset di luar negeri sampai melarang bepergian bagi Khadafi dan keluarganya. Sejumlah negara mulai Amerika Serikat, Inggris dan Jerman juga membekukan aset Khadafi.
Dengan hilangnya kredibilitas di dalam dan luar negeri, sekali lagi cepat atau lambat, Khadafi akan jatuh. Lalu seperti apa Libya di masa transisi pasca revolusi ini? Sulit untuk memprediksikan Libya pasca revolusi, karena kasusnya agak berbeda dengan Tunisia dan Mesir.
Di masa transisi, Libya akan kesulitan mencari tokoh yang siap memerintah untuk menggantikan Khadafi sementara. Akibat lamanya rezim Khadafi berkuasa selama empat dekade ini, Libya mengalami kesulitan dalam pengkaderan kepemimpinan, kecuali dari kalangan keluarganya sendiri.
"Bisa-bisa kalangan militer yang masuk, dan kemudian mengambil alih kekuasaan, karena tokoh sipil tidak ada yang menonjol. Libya krisis tokoh, bayangkan untuk tentara sendiri tidak ada yang pangkatnya jenderal, Khadafi sendiri pangkatnya Kolonel. Kan tidak ada yang boleh lebih dari dia, jadi negera ini yang tidak punya jenderal, ya begitu kondisi di sana aneh seperti itu," kata Hamdan.
Libya miskin tokoh sipil karena tidak adanya partai politik atau oposisi. Selama ini Khadafi hampir 100 persen menjadi pemimpin absolute. Berbeda dengan Tunisia dan Mesir yang memiliki partai politik, oposisi dan militer yang mendukung rakyat.
"Ini yang sampai sekarang belum muncul dalam konteks Libya ini. Karena memang negara ini benar-benar represif selama 40 tahun, tidak ada media atau tokoh oposisi. Sosoknya negara ini agak unik, tidak seperti di Mesir ada El Baradei, Aiman Nur, Amru Mossa, Umar Sulaeman. Di Libya ini tokoh alternatif itu hanya anaknya Khadafi sendiri, yaitu Saif Islam atau Saif Arab," jelas pengamat Timur Tengah Zuairi Misrawi.
Sejumlah analis politik Timur Tengah mengatakan apa yang sebenarnya terjadi di Libya saat ini juga merupakan pertarungan di internal keluarga Khadafi sendiri. Khadafi memiliki 7 anak, dan semuanya menguasai politik dan bisnis. Di dalamnya ada pertarungan di dalam antara Saif Al Islam dan Saif Al Arab.
"Nah, bungsu yang selalu bersama dengan Khadafi adalah Saif Al Islam. Jadi Saif Arab adalah kompetitor dari Syaif Al Islam. Jadi ini ada pihak bahwa ini pertarungan internal rezim Khadafi. Tapi saya pastikan ini adalah rakyat prodemokrasi dan rezim Khadafi,” ujarnya.
Sementara pendapat agak berbeda diutarakan Sekretaris Kerjasama Timur Tengah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Dawam Sukardi, bahwa tokoh atau figur pengganti Khadafi pasti akan muncul pada waktunya yang tepat.
"Tokoh pasti akan muncul pada saat yang tepat. Kalau untuk sekaliber Khadafi memang tidak ada. Tapi dari sisi lain, tokoh yang demokratis banyak. Siapa, saya tidak bisa menyebut nama karena soal itu di sana tertutup sekali. Tapi kalau dikatakan tidak ada tokoh tidak benar, masih ada tokoh, yang demokratis juga banyak. Mereka baru akan nampak setelah Khadafi lengser," ungkapnya.
Khadafi sendiri saat ini sudah mulai kehilangan kredibilitas politiknya di mata rakyat. Seperti banyaknya perwira tinggi militernya yang membelot, menteri dan para diplomatnya di luar negeri yang mundur, serta beberapa tentara sudah mulai ada yang melucuti senjatanya.
"Jadi ini soal waktu saja kapan dia jatuh," kata Analisis Politik Timur Tengah dari Moderat Moeslem Society, Zuari Misrawi kepada detikcom.
Meski tinggal menunggu kejatuhan Khadafi, revolusi di Libya sangat kompleks. Revolusi negara terkaya di Afrika ini beda dengan kasus Tunisia dan Mesir. Khadafi diprediksi tidak akan pernah mau mengundurkan diri seperti yang dilakukan Ben Ali ataupun Hosni Mubarak.
Pria yang dijuliki sebagai 'Anjing Gila dari Timur Tengah' oleh Presiden AS Ronald Reagan itu telah sesumbar akan mempertahankan Libya hingga titik darah penghabisan. Khadafi percaya diri tetap bertahan karena ia merasa sudah memberikan banyak untuk rakyatnya. Ia memberikan subsidi dan tunjangan kepada rakyat kecil.
Sementara itu Khadafi mengklaim sikap hidupnya sederhana. Khadafi memang agak nyentrik dalam hidupnya. Ia memilih hidup di kemah dan didampingi pengawal-pengawal wanita. Ini untuk mengesankan sang pemimpin dekat dengan masyarakat.
"Tapi seperti di dunia yang saat ini semakin terbuka ini, saya kira kekuatan kelompok menengah dan oposisi yang tak puas ini akan terus berjalan, kalau ini dihadapi dengan kekerasan akan merugikan Khadafi sendiri," kata pengamat politik Timur Tengah dari LIPI Hamdan Basyar.
Kini Dewan Keamanan PBB telah memberikan sanksi pada Libya. Sanksi mulai dari membekukan aset di luar negeri sampai melarang bepergian bagi Khadafi dan keluarganya. Sejumlah negara mulai Amerika Serikat, Inggris dan Jerman juga membekukan aset Khadafi.
Dengan hilangnya kredibilitas di dalam dan luar negeri, sekali lagi cepat atau lambat, Khadafi akan jatuh. Lalu seperti apa Libya di masa transisi pasca revolusi ini? Sulit untuk memprediksikan Libya pasca revolusi, karena kasusnya agak berbeda dengan Tunisia dan Mesir.
Di masa transisi, Libya akan kesulitan mencari tokoh yang siap memerintah untuk menggantikan Khadafi sementara. Akibat lamanya rezim Khadafi berkuasa selama empat dekade ini, Libya mengalami kesulitan dalam pengkaderan kepemimpinan, kecuali dari kalangan keluarganya sendiri.
"Bisa-bisa kalangan militer yang masuk, dan kemudian mengambil alih kekuasaan, karena tokoh sipil tidak ada yang menonjol. Libya krisis tokoh, bayangkan untuk tentara sendiri tidak ada yang pangkatnya jenderal, Khadafi sendiri pangkatnya Kolonel. Kan tidak ada yang boleh lebih dari dia, jadi negera ini yang tidak punya jenderal, ya begitu kondisi di sana aneh seperti itu," kata Hamdan.
Libya miskin tokoh sipil karena tidak adanya partai politik atau oposisi. Selama ini Khadafi hampir 100 persen menjadi pemimpin absolute. Berbeda dengan Tunisia dan Mesir yang memiliki partai politik, oposisi dan militer yang mendukung rakyat.
"Ini yang sampai sekarang belum muncul dalam konteks Libya ini. Karena memang negara ini benar-benar represif selama 40 tahun, tidak ada media atau tokoh oposisi. Sosoknya negara ini agak unik, tidak seperti di Mesir ada El Baradei, Aiman Nur, Amru Mossa, Umar Sulaeman. Di Libya ini tokoh alternatif itu hanya anaknya Khadafi sendiri, yaitu Saif Islam atau Saif Arab," jelas pengamat Timur Tengah Zuairi Misrawi.
Sejumlah analis politik Timur Tengah mengatakan apa yang sebenarnya terjadi di Libya saat ini juga merupakan pertarungan di internal keluarga Khadafi sendiri. Khadafi memiliki 7 anak, dan semuanya menguasai politik dan bisnis. Di dalamnya ada pertarungan di dalam antara Saif Al Islam dan Saif Al Arab.
"Nah, bungsu yang selalu bersama dengan Khadafi adalah Saif Al Islam. Jadi Saif Arab adalah kompetitor dari Syaif Al Islam. Jadi ini ada pihak bahwa ini pertarungan internal rezim Khadafi. Tapi saya pastikan ini adalah rakyat prodemokrasi dan rezim Khadafi,” ujarnya.
Sementara pendapat agak berbeda diutarakan Sekretaris Kerjasama Timur Tengah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Dawam Sukardi, bahwa tokoh atau figur pengganti Khadafi pasti akan muncul pada waktunya yang tepat.
"Tokoh pasti akan muncul pada saat yang tepat. Kalau untuk sekaliber Khadafi memang tidak ada. Tapi dari sisi lain, tokoh yang demokratis banyak. Siapa, saya tidak bisa menyebut nama karena soal itu di sana tertutup sekali. Tapi kalau dikatakan tidak ada tokoh tidak benar, masih ada tokoh, yang demokratis juga banyak. Mereka baru akan nampak setelah Khadafi lengser," ungkapnya.
detik
0 komentar:
Post a Comment