Clock By Blog Tips

Wednesday, November 10, 2010

Jenderal AS: Tidak ada Pelatih, Tidak ada Transisi

Letnan Jenderal AS William Caldwell mendesak tambahan 900 pelatih internasional di Afghanistan. Jenderal tersebut mengatakan bahwa tambahan pelatih tersebut sangat penting untuk masa transisi. Ia menegaskan bahwa tidak ada pelatih maka tidak akan ada transisi. (Foto: AP)
Letnan Jenderal AS William Caldwell mendesak tambahan 900 pelatih internasional di Afghanistan. Jenderal tersebut mengatakan bahwa tambahan pelatih tersebut sangat penting untuk masa transisi. Ia menegaskan bahwa tidak ada pelatih maka tidak akan ada transisi.

 
KABUL, AFGHANISTAN – Misi lama NATO untuk mendukung pasukan keamanan Afghanistan menghadapi sebuah krisis kekurangan 900 pelatih, tidak cukupnya para petugas, dan angka pengurangan yang tinggi dapat menghambat upaya untuk mempercepat penarikan pasukan internasional dari perang yang tak disukai tersebut, komando dari misi pelatihan koalisi mengatakan pada Senin (8/11) waktu setempat.
Presiden Afghanistan Hamid Karzai ingin kepolisian negaranya dan pasukan untuk memimpin dalam melindungi dan membela tanah air mereka pada tahun 2014 – sebuah tenggat waktu yang akan dijangkau hanya jika upaya pelatihan diambil berlanjut dengan dukungan dari modal-modal asing yang jemu akan perang.

Mencapai tujuan Karzai memindahkan pasukan Afghanistan ke dalam kepemimpinan memperbolehkan pasukan asing untuk pergi atau masuk ke dalam masa peralihan untuk mendukung peranan yang akan berarti untuk mengajarkan lebih banyak petugas keamanan, memerangi korupsi dalam jajaran pemerintah dan menemukan  penasihat dari negara-negara NATO untuk mengajarkan pasukan keamanan bagaimana mengatur rumah sakit, contohnya, atau menerbangkan dan memelihara pesawat MI-17.
"Jika Anda tidak memiliki pelatih, Anda akan memiliki sebuah tantangan waktu dalam masa peralihan," Letnan Jenderal AS William Caldwell mengatakan setelah sebuah upacara yang menandai hari jadi pertama dari misi pelatihan di Afghanistan.
900 tambahan pelatih internasional akan bergabung dengan 1.800 pelatih yang telah bekerja di Afghanistan, ia mengatakan. Posisi ini harus diisi antara bulan Desember dan Juli pada tahun 2011, tanggal ketika Presiden Barack Obama ingin memulai menarik pasukan AS jika kondisinya mengijinkan.

"Tidak ada para pelatih, tidak ada peralihan," Caldwell menulis dalam sebuah kartu laporan 31 halaman tentang misi transisi tersebut, yang dikeluarkan pada acara tersebut.
Dukungan internasional untuk perang tersebut berkurang, namun Caldwell mengatakan bahwa ia masih berharap bahwa negara-negara NATO akan menjanjikan lebih banyak pelatih, kemungkinan pada sebuah pertemuan aliansi pada beberapa bulan ini di Portugal.
"Negara-negara kemungkinan akan menunggu untuk membuat sebuah komitmen di sana," ia mengatakan. "Kami telah membicarakan cukup sering."

Menteri Pertahanan Afghanistan, Jenderal Abdul Rahim Wardak, yang adalah pembicara kunci pada acara tersebut, menyerukan untuk bersabar dalam memperkuat jajaran angkatan darat dan kepolisian. Wardak, yang akan menghadiri pertemuan pada 19-21 November di Lisbon tersebut, mencatatkan bahwa komunitas internasional hanya memulai mempercepat pelatihan dalam beberapa tahun terakhir.
"Saya benar-benar berharap bahwa kami akan dapat menunjukkan perkembangan yang cukup untuk membuktikan kepada komunitas internasonal  dan para pemimpin mereka bahwa komitmen mereka dan perkembangan dari pasukan mereka tidak berakhir – bahwa kami mempersiapkan  dan berusaha sangat keras," ia mengatakan dalam antisipasi pertemuan tersebut. "Saya pikir kami akan memiliki cukup indikator perkembangan."
Melakukan perjalanan di Australia, Menteri Pertahanan AS, Robert Gates dan Pimpinan Gabungan Staf Laksamana Mike Mullen mengatakan NATO seharusnya mendukung tenggat waktu 2014 di Lisbon. "Sebagai sebuah target pada titik yang masuk akal, sehingga saya merasa nyaman dengan hal ini," Mullen mengatakan.

Dalam beberapa tahun terakhir, Angkatan Darat Nasional Afghanistan tumbuh 42 persen – dari 97.000 menjadi 138.164. Ukuran pasukan kepolisian meningkat dari sekitar 95.000 menjadi 120.504, atau 27 persen.
Mengembangkan para pemimpin di dalam pasukan keamanan Afghanistan dan mengurangi pengurangan dua dari pelatihan priorias teratas misi tersebut.
"Kekurangan kepemimpinan  masih berada di sepanjang spektrum tersebut – dari sebuah jumlah pejabat junior yang tidak mencukupi dan pejabat bintara sampai beberapa pejabat senior yang korup, tidak terlatih, dan tidak efisien," laporan tersebut mengatakan. "Ini masih menjadi ancaman terbesar untuk kesuksesan rekan-rekan Afghanistan kita, terutama sebagai kepemimpinan yang kurang yang berkontribusi pada pengurangan tersebut."
Angka pengurangan yang tinggi, terutama unit angkatan darat terlibat dalam pertempuran yang berkelanjutan dan elit Kepolisian Perintah Sipil Nasional Afghanistan (Afghan National Civil Order Police – ANCOP) yang disebar berlebihan, masih merupakan sebuah kekhawatiran jangka panjang, laporan tersebut menyebutkan.

Angka pengurangan telah menurun dalam beberapa bulan ini, namun jika tidak lebih jauh berkurang, ribuan dari personil baru akan dilatih hanya untuk menggantikan kerugian dari pengurangan dan pasukan tersebut tidak akan dapat tumbuh, laporan tersebut mengatakan.
Caldwell mengatakan bahwa angka pengurangan sangat bervariasi di dalam pasukan keamanan.
"Di antara keduanya baik angkatan darat dan kepolisian, jika Anda mengambil beberapa unit yang dilokasikan sangat tinggi, pengurangan tersebut berada pada standar yang dapat diterima," ia mengatakan, menambahkan bahwa tingkatan pengurangan tersebut lebih tinggi dari pada di selatan, fokus dari pertempuran yang paling berat.

Ia mengatakan bahwa pengurangan di dalam urutan kepolisian sipil, yang mencapai 85 persen pada bulan November 2009, menurun namun masih tidak dapat diterima.
Laporan tersebut mengatakan bahwa korupsi dan kebutaaksaraan juga mewabahi pasukan keamanan Afghanistan.
Korupsi telah dikurangi oleh meningkatnya gaji, mengeluakan cek gaji secara elektronik dan memberikan penghargaan promosi berdasarkan pada performa kerja, bukan berdasarkan persahabatan dan sikap pilih kasih.

Jumlah polisi dan tentara yang meningkat telah didaftarkan dalam kursus melek aksara, namun ketidakmampuan untuk membaca dan menulis akan menahan upaya untuk memprofesionalkan pasukan tersebut, laporan tersebut mengatakan. Sembilan puluh tiga persen petugas polisi dan angkatan darat melek huruf, namun hanya 35 persen bintara dan hanya 11 persen personil tamtama dapat membaca dan menulis

suaramedia.com

0 komentar:

Post a Comment