Clock By Blog Tips

Friday, October 22, 2010

Mahmoud Abbas, "Agen Ganda" Pengkhianat Palestina












JALUR GAZA – Pengkhianatan ganda pemimpin Fatah, Mahmoud Abbas menjadikannya sebagai musuh, bukan sekutu, bagi rakyatnya. Sebuah artikel tentang dirinya mengutip Jeffrey Blankfort menyebut Abbas sebagai "agen ganda yang bekerja untuk Israel dan AS di depan mata." Pada bulan Juni 2003, Edward Said menyebutnya sebagai "sheriff Israel," mengatakan bahwa dia "tidak berwarna, cukup korup, dan tanpa ide yang jelas miliknya sendiri, kecuali bahwa dia ingin menyenangkan orang-orang kulit putih," Washington dan semua atasannya. Setiap harinya di Gaza, Tepi Barat, dan Yerusalem Timur, warga Palestina menghadapi teror Israel, Pusat HAM Palestina (PCHR) mendokumentasikannya, kejahatan terhadap kemanusiaan yang terjadi selama puluhan tahun.
Dalam laporannya tanggal 7-13 Oktober, PCHR memberi judul "Serangan Sistematis Terus-menerus Pasukan Pendudukan Israel (IOF)  terhadap Warga Sipil dan Properti Palestina di Wilayah Pendudukan Palestina (OPT)," dan mengatakan bahwa:
-     Dua aktivis perlawanan Palestina Tepi Bart tewas, sembilan lainnya terluka.
-     Dua aktivis Palestina terbunuh dalam operasi militer skala luas di Hebron, termasuk mengebom rumah-rumah Palestina dengan ilegal. Selain itu, puluhan warga Palestina diganggu, tiga apartemen dihancurkan, empat rumah rusak, sebuah toko hancur, dua lainnya rusak, satu mobil hancur, dan 12 warga Palestina ditahan.
-     Seorang anak Palestina dari desa Silwan terluka saat IOF menembak ke arah anak-anak yang berunjuk rasa dengan damai menentang penahanan empat dari mereka.
-     Beberapa demonstrasi non-kekerasan di Tepi Barat menentang pemukiman dan pembangunan tembok pemisah menjadi target, melukai satu anak dan mempengaruhi puluhan warga sipil dan aktivis HAM dengan asap gas air mata atau memar-memar, tiga warga Palestina dan empat pekerja HAM ditahan.
-     Empat warga Gaza, termasuk dua anak-anak, terluka dalam sebuah upaya pembunuhan yang gagal.
-     Kapal perang Israel menembaki nelayan Palestina dalam dua insiden terpisah.
Selain itu, selama 40 bulan lebih Israel menolak hak kunjungan keluarga dari 700 tahanan Gaza, mempersulit penahanan mereka bagi diri mereka sendiri dan bagi orang-orang tercinta mereka.
Di Tepi Barat, pasukan Otoritas Palestina (PA) membantu pelanggaran hukum Israel, bertindak sebagai penegak pendudukan. Selama berminggu-minggu, pasukan keamanan PA menekan penentangan publik, membubarkan protes damai, dan menahan ratusan pendukung Hamas dan Jihad Islam, termasuk figur-figur publik, membuat mereka menjadi target penyiksaan dan penganiayaan lainnya, perlakuan buruk, dan penghinaan. Yang lainnya dipukuli di depan umum, termasuk para pemimpin sipil, akademisi, dokter, profesional lain, dan warga biasa yang berjuang untuk hak-hak mereka.
PCHR mengecam apa yang disebutnya sebagai kampanye penahanan sewenang-wenang PA itu, yang melanggar hukum Palestina dan internasional.
Informasi yang diperoleh dari anggota-anggota Dewan Legislatif Palestina (PLC) yang berafiliasi dengan Hamas menunjukkan bahwa setidaknya 230 warga Hebron ditahan, 130 oleh Pasukan Keamanan Preventif (PSS), sisanya oleh Agen Intelijen Umum (GIS).
Di Bethlehem, PSS menahan 25 warga Palestina, GIS 15. Di Nablus, 77 orang ditahan di Penjara Jnaid. Di Ramallah dan al Bireh 45 orang ditahan.
Keluarga tahanan mengatakan penahanan dan penggeledahan rumah dilakukan secara provokatif, setidaknya dalam satu kasus dengan tidak ada orang di rumah, tapi ketika kembali, seorang ayah dan empat anak laki-lakinya ditahan. Anggota lain dalam keluarga mereka juga ditahan.
Puluhan anggota dan pendukung Jihad Islam juga dipanggil, dipaksa untuk memberikan informasi detail, kemudian menandatangani sebuah sumpah "untuk tidak melanggar hukum Palestina, untuk tidak menentang kebijakan publik PNA, dan tidak terlibat dalam kegiatan apapun dari Jihad Islam."
Tanggal 6 Oktober, Hamas menanggapi, mengatakan akan membalas jika penahanan dan penganiayaan berlanjut. Dalam sebuah konferensi pers di Gaza, juru bicara Abu Ubaida mengatakan:
"Kita lihat hari ini bahwa kediaman kita tidak akan bertahan lama. Jika pasukan keamanan PA melanjutkan agresi mereka, kita akan mengakhiri kediaman kita dan merespon."
Hamas marah bahwa salah satu anggotanya, Alaa Abu Dhiyab, dihukum 20 tahun penjara, dan bahwa pasukan PA menahan ratusan pendukungnya, dan terus menahan lebih banyak lagi. Para pemimpin gerakan ini juga menentang perundingan damai secara langsung, mengatakan bahwa penyelenggaraannya akan mengabaikan hak-hak nasional rakyat Palestina karena Israel menuntut kapitulasi tanpa syarat, bukan keadilan, ekuitas, perdamaian yang nyata, dan sebuah negara Palestina. Selain itu, mereka menuduh Abbas berkhianat, melayani Israel, bukan rakyatnya sendiri.

suaramedia.com

0 komentar:

Post a Comment