MiG-29 SMT (defenseindustrydaily.com) |
Rusia pernah dibuat malu oleh kualitas pesawat buatan mereka.
Setidaknya, Aljazair pernah mengembalikan 15 jet tempur yang dibeli dari
Rusia gara-gara berkualitas rendah.
Kasus itu bermula pada Maret 2006, sewaktu Vladimir Putin --saat itu menjabat sebagai Presiden Rusia-- berkunjung ke Aljazair. Perusahaan pengekspor peralatan militer Rusia, Rosoboronexport, menandatangani perjanjian penjualan sejumlah peralatan militer ke Aljazair.
Nilai kontraknya sekitar US$8 miliar. Dengan perjanjian itu, peralatan militer yang didapat Aljazair di antaranya 34 jet tempur MiG-29 --28 pesawat tempur MiG-29SMT berkursi satu dan 6 MiG-29UB berkursi dua-- serta 28 unit Su-30.
Singkat cerita, jet-jet tempur itu mulai dikirim, tahap demi tahap. Sebanyak 15 MiG-29 dikirim hingga mendekati pertengahan 2007. Namun di tengah jalan, Aljazair melakukan komplain. Pada Mei 2007, mereka menolak kiriman jet tempur MiG-29 dari Rusia itu lebih lanjut.
Perjanjian itu menjadi berantakan. Pada Oktober 2007, Aljazair membekukan segala pembayaran seperti yang diatur dalam kontrak yang telah ditandatangani. Mereka meminta Rusia mengambil lagi 15 jet tempur MiG-29 yang telah dikirim. Alasannya, kualitas jet tempur itu sangat rendah.
Pemerintah Rusia langsung bereaksi. Jet-jet tempur itu ditarik kembali disertai dengan kesepakatan baru. Sambil menarik kiriman, Rusia melakukan investigasi. Mereka mencari tahu mengapa pesawatnya ditolak. Terlebih dengan alasan kualitas yang jelek.
Usut punya usut, perusahaan yang ditunjuk menyuplai suku cadang jet tempur itu, Aviaremsnab, dituding bersalah. Dalam proses jual beli jet MiG ini, mereka mendapat kontrak sebesar US$14,3 juta.
Bos Aviaremsnab Company, Musail Ismailov; dan wakilnya, Alexander Kutumov; kemudian dipenjara. Mereka dituduh menggunakan sertifkat palsu menjual suku cadang bekas yang dijual sebagai suku cadang baru.
Uang muka sebesar US$1,7 juta telah diterima untuk penyaluran suku cadang produksi tahun 2005-2006. Namun, yang disalurkan justru buatan tahun 1982 hingga 1996. Itu pun dengan sertifikat palsu.
Suku cadang 'kadaluarsa' itu konon tak hanya dikirim ke Aljazair saja. Sebagian suku cadang tak layak pakai itu juga dikapalkan untuk Angkatan Udara Polandia. Kecurangan itu tak terungkap sebelum suku cadang itu dipasang di pesawat.
Atas peristiwa itu, Vladimir Putin pada Agustus 2009 --saat menjabat sebagai Perdana Menteri Rusia-- mengkritisi industri pesawat terbang Rusia. Putin meminta kualitas pesawat Rusia ditingkatkan, khususnya untuk tujuan ekspor.
Kasus itu bermula pada Maret 2006, sewaktu Vladimir Putin --saat itu menjabat sebagai Presiden Rusia-- berkunjung ke Aljazair. Perusahaan pengekspor peralatan militer Rusia, Rosoboronexport, menandatangani perjanjian penjualan sejumlah peralatan militer ke Aljazair.
Nilai kontraknya sekitar US$8 miliar. Dengan perjanjian itu, peralatan militer yang didapat Aljazair di antaranya 34 jet tempur MiG-29 --28 pesawat tempur MiG-29SMT berkursi satu dan 6 MiG-29UB berkursi dua-- serta 28 unit Su-30.
Singkat cerita, jet-jet tempur itu mulai dikirim, tahap demi tahap. Sebanyak 15 MiG-29 dikirim hingga mendekati pertengahan 2007. Namun di tengah jalan, Aljazair melakukan komplain. Pada Mei 2007, mereka menolak kiriman jet tempur MiG-29 dari Rusia itu lebih lanjut.
Perjanjian itu menjadi berantakan. Pada Oktober 2007, Aljazair membekukan segala pembayaran seperti yang diatur dalam kontrak yang telah ditandatangani. Mereka meminta Rusia mengambil lagi 15 jet tempur MiG-29 yang telah dikirim. Alasannya, kualitas jet tempur itu sangat rendah.
Pemerintah Rusia langsung bereaksi. Jet-jet tempur itu ditarik kembali disertai dengan kesepakatan baru. Sambil menarik kiriman, Rusia melakukan investigasi. Mereka mencari tahu mengapa pesawatnya ditolak. Terlebih dengan alasan kualitas yang jelek.
Usut punya usut, perusahaan yang ditunjuk menyuplai suku cadang jet tempur itu, Aviaremsnab, dituding bersalah. Dalam proses jual beli jet MiG ini, mereka mendapat kontrak sebesar US$14,3 juta.
Bos Aviaremsnab Company, Musail Ismailov; dan wakilnya, Alexander Kutumov; kemudian dipenjara. Mereka dituduh menggunakan sertifkat palsu menjual suku cadang bekas yang dijual sebagai suku cadang baru.
Uang muka sebesar US$1,7 juta telah diterima untuk penyaluran suku cadang produksi tahun 2005-2006. Namun, yang disalurkan justru buatan tahun 1982 hingga 1996. Itu pun dengan sertifikat palsu.
Suku cadang 'kadaluarsa' itu konon tak hanya dikirim ke Aljazair saja. Sebagian suku cadang tak layak pakai itu juga dikapalkan untuk Angkatan Udara Polandia. Kecurangan itu tak terungkap sebelum suku cadang itu dipasang di pesawat.
Atas peristiwa itu, Vladimir Putin pada Agustus 2009 --saat menjabat sebagai Perdana Menteri Rusia-- mengkritisi industri pesawat terbang Rusia. Putin meminta kualitas pesawat Rusia ditingkatkan, khususnya untuk tujuan ekspor.
Sumber : VivaNews
0 komentar:
Post a Comment