Clock By Blog Tips

Monday, January 16, 2012

Korut Tembakkan Rudal ke Laut Jepang


Tokyo - Korea Utara diidentifikasi telah tiga kali melakukan uji coba penembakan rudal jarak dekat ke laut Jepang dan Semenanjung Korea pekan ini.

    Laporan intelijen Jepang yang disampaikan kepada Perdana Menteri Jepang dan Menteri Pertahanan Yasuo Ichikawa kemarin mengungkapkan, dalam pekan ini Korut sudah menembakkan tiga rudal ke laut yang berada dalam wilayah Jepang (Laut Timur).

    Ichikawa mengaku sudah mendapatkan laporan lengkap tentang uji coba rudal tersebut dan saat ini telah menganalisis laporan intelijen serta menempatkan badan-badan pertahanan untuk menghadapi aksi provokatif rezim Korut.

    Di Seoul, Kementerian Pertahanan Korea Selatan dan Gabungan Kepala Staf Angkatan Bersenjata menolak mengonfirmasi laporan itu.

    Negara komunis itu sering melakukan uji coba rudal jarak dekat dalam tahun-tahun belakangan ini. Para pejabat Korsel mengatakan, peluncuran itu adalah bagian dari latihan-latihan rutin, tetapi uji coba itu kadang-kadang bertepatan dengan periode-periode yang tegang.

    Beberapa waktu lalu, Institute for Foreign Affairs and National Security (Ifans) mengungkapkan, dalam waktu dekat Korut akan melakukan lagi uji coba rudal (baik jarak dekat maupun jauh).

    Juga ada "kemungkinan besar" serangan-serangan terbatas terhadap Korsel oleh para komandan militer Korut yang berlomba untuk menunjukkan kesetiaan mereka kepada Kim Jong-Un, kata Ifans.

    Ifans, yang berafiliasi dengan Kementerian Luar Negeri Korsel, mengatakan, Jong-Un mungkin akan melakukan "aksi berbahaya" untuk memperkuat rezimnya dengan memperlihatkan prestasiya sendiri.

    "Khususnya, Kim Jong-Un mungkin berusaha melakukan uji coba bom uranium untuk memaksimalkan dampak internasional dan untuk menunjukkan keberhasilan-keberhasilannya sendiri," kata laporan itu.

    Korut pada November 2010 menutup fasilitas pengayaan uraniumnya yang diprediksi mampu untuk membuat bom nuklir dan senjata yang berasal dari plutonium.

    Perundingan enam negara mengenai perlucutan senjata nuklir Korut macet sejak Desember 2008. AS dan mitra-mitra lainnya mengatakan, Korut harus menutup fasilitas uranium itu sebelum perundingan dapat dimulai.

    Dalam kesempatan terpisah, para utusan khusus dari Korsel dan Jepang mengadakan pembicaraan di Seoul untuk membahas soal nuklir Korut.

    Utusan Korsel Lim Sung-nam dan rekannya, Shinsuke Sugiyama dari Jepang, melakukan pertemuan dua hari untuk membicarakan soal ini secara intens, khususnya sejak meninggalnya pemimpin Kim Jong-il dan agresivitas yang ditunjukkan oleh putra sekaligus penggantinya, Kim Jong-un.

    Rabu (11/01), Korut mengumumkan Amerika Serikat telah menawarkan untuk melanjutkan bantuan pangan jika pihaknya menghentikan pengayaan uranium program nuklir Korea Utara, dan mengecam Amerika untuk bantuan "politisasi" bantuan pangan itu.

    Korea Utara tampaknya tetap menjaga pintu terbuka bagi pembicaraan lebih lanjut dengan AS mengenai bantuan pangan, dan mengatakan bahwa Pyongyang akan "menunggu dan melihat" apakah Washington memiliki kemauan untuk membangun "kepercayaan".

    Sedangkan dari Washington dilaporkan, Amerika Serikat berencana menjadi tuan rumah pembicaraan tingkat tinggi dengan Jepang dan Korsel soal program nuklir Korut.

    Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS Victoria Nuland mengatakan bahwa asisten Menlu AS untuk Asia Timur dan Pasifik Kurt Campbell akan menjadi tuan rumah pembicaraan tersebut. "Akan tetapi, tanggal pertemuan itu belum dapat disampaikan ke media," kata Nuland.

    Nuland melanjutkan, para pejabat ketiga negara akan membahas tentang semua isu-isu regional, tetapi termasuk terbanyak dalam pendekatan kita terhadap DPRK atau Korea Utara.

    Pada awal bulan ini Campbell mengunjungi Beijing, Seoul, dan Tokyo untuk mendiskusikan ihwal Korea Utara dan hal-hal lain dengan para pejabat di negara-negara tersebut.

    Kematian Kim akibat serangan jantung pada 17 Desember memicu kekhawatiran stabilitas negara miskin tetapi bersenjata nuklir itu, di mana putra bungsunya, Kim Jong-un, yang belum teruji telah mengambil kendali kekuasaan.

Sumber : Suara Karya

0 komentar:

Post a Comment