Clock By Blog Tips

Thursday, October 27, 2011

Tata Kembali Keberadaan TNI di Papua


Jakarta - Salah satu kunci menyelesaikan masalah Papua adalah menata kembali keberadaan dan penyebaran TNI di Papua. Jumlah TNI di Papua yang mencapai 16.000 personel dinilai justru cenderung menimbulkan terjadinya eskalasi kekerasan lebih lanjut.

"Menata kembali deployment (penyebaran) TNI yang eksesif di Papua. Sudah ada sekitar 16.000 personel TNI di Papua. Ini sudah eksesif dan sulit dikontrol perilakunya. Penataan ini untuk mencegah eskalasi lebih lanjut dan tindakan kekerasan yang tak terkontrol," kata Ketua Tim Kajian Papua Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Muridan Widjojo kepada Kompas saat dihubungi dari Jakarta, Rabu (26/10/2011).

Menurut Muridan, penataan kembali personel TNI yang ditempatkan di Papua bisa mencegah terjadinya eskalasi kekerasan lebih lanjut. Dia mengaku, eskalasi kekerasan yang terjadi di Papua beberapa hari terakhir sudah sampai pada tingkat yang mengkhawatirkan.

Muridan mengatakan, selain penataan kembali penyebaran personel TNI Papua, intelijen yang beroperasi di sana juga harus ikut ditata. Menurut Muridan, intelijen di Papua sangat semrawut. "Tidak ada koordinasi, segala jenis instansi keamanan punya intelijen sendiri dan bergerak sendiri," katanya. 
 
Perlawanan Senjata Separatis Papua Harus Dilawan
Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal Pramono Edhie Wibowo, di Jakarta, Rabu (26/10/2011), menegaskan, perlawanan senjata separatis Papua harus dilawan dengan senjata.
 
KSAD menegaskan itu seusai pertemuan KSAD se-ASEAN. Ia menyatakan, situasi di Papua tidak akan ditoleransi dengan langkah lunak.

"Kita komitmen menjaga keutuhan Republik Indonesia. Tentu konyol kalau tentara menghadapi perlawanan bersenjata tanpa menggunakan senjata. Kita siap menghadapi dengan senjata," kata Pramono Edhie.

Ia menambahkan, kekerasan meningkat di Papua karena kelompok separatis bereaksi atas sikap masyarakat yang mulai dekat, dan menyukai pendekatan teritorial berupa pembangunan fisik dan layanan bagi warga Papua yang dilakukan TNI. 

Para Penembak Di Papua Lakukan Gerilya
Pihak kepolisian saat ini masih melakukan penelusuran terhadap kelompok sipil bersenjata yang melakukan penyerangan terhadap kepolisian dan sejumlah warga pendatang di Papua.
 
Menurut Kepala Divisi Humas Polri Inspektur Jenderal Anton Bachrul Alam, indikasi sementara menunjukkan bahwa para pelaku tergabung dalam beberapa kelompok dengan jumlah lebih kurang 30 orang.

Kepolisian, kata Anton, tidak mudah menelusurinya karena mereka bergerak secara gerilya. Kelompok-kelompok ini diidentifikasi sering mengacaukan keamanan di wilayah Papua.

"Mereka setelah melakukan penembakan langsung melarikan diri, ada juga yang langsung merampas senjata anggota. Melakukan gerilya. Mereka lari ke hutan-hutan dan itu kan daerahnya bukit-bukit. Pasukan kita sedang mengejar saat ini," ujar Anton di Balai Media Mabes Polri, Rabu (26/10/2011).

Saat ini, menurut Anton, petugas juga masih terus mencari penembak mobil patroli di wilayah Freeport yang terjadi pada 00.15 WIT di Mile 35 Jalan Tembagapura. Diduga, pelaku saat itu berjumlah tiga orang.

Indikasi menunjukkan penyerangan dilakukan menggunakan senjata laras panjang. "Setelah melakukan penembakan malam tadi, mereka langsung melarikan diri. Tidak ada korban jiwa. Ada lima orang di dalam mobil, tetapi yang kena adalah kaca mobil bagian belakang," urainya.

Akibat gerakan gerilya yang dilakukan para pelaku, kata Anton, situasi di tempat kejadian dan wilayah Puncak Jaya masih dalam taraf waspada. Ia meminta para pengendara berhati-hati karena pelaku penyerang bisa datang tiba-tiba dari arah mana saja. Ia berharap, tambahan pasukan Polri, yaitu sebanyak 170 personel Brimob dari Mako Kelapa Dua, Depok, dan pasukan dari Kalimantan Timur sebanyak 110 orang ke Papua, akan membantu pengamanan dan pencarian para pelaku.

"Masih kami kejar pelakunya. Semoga dengan tambahan pasukan anggota Brimob, kita bisa segera tanggulangi situasi di sana," ucapnya.


 
Sumber : Kompas

0 komentar:

Post a Comment