Clock By Blog Tips

Friday, February 4, 2011

Kairo Jadi Medan Pertempuran


Pasukan militer Mesir menahan kemarahan para pendukung Presiden Hosni Mubarak yang hendak menyerang pengunjuk rasa anti-pemerintah di Lapangan Tahrir, Kairo, kemarin. Bentrok antara kelompok pendukung dan penentang pemerintah Mesir menyebabkan lima orang tewas, dan 800 lainnya luka-luka.


Kairo – Ketegangan di Kairo belum menunjukkan tanda-tanda penurunan. Hingga kemarin,bentrokan antara massa pendukung dan anti-Presiden Hosni Mubarak terus berlanjut. Suara tembakan terdengar dan massa masih terkonsentrasi di sekitar depan Museum Nasional di Lapangan Tahrir, Kairo. Belum jelas dari mana sumber tembakan tersebut. Namun,militeryangmenjaga kawasan itu memilih menyingkir.



Massa antipemerintah menolak seruan untuk menghentikan demonstrasi dan bertekad tetap bertahan di tempat itu sampai Presiden Hosni Mubarak turun. Mereka menyerang dengan batu untuk mengusir massa propemerintah dari Lapangan Tahrir. Kemarin pagi, sekitar 50 tentara diterjunkan ke Lapangan Tahrir untuk membentuk zona penengah. Tapi, kubu propemerintah lantas merusak pembatas dan melemparkan batu ke arah rival mereka. Akibatnya, kubu antipemerintah pun melakukan balasan.


Dalam 24 jam terakhir,bentrokan antardua kubu itu telah menewaskan sedikitnya lima orang dan melukai 800 orang lainnya. Bentrokan bermula ketika massa propemerintah dengan menunggangi kuda dan unta berusaha menguasai Lapangan Tahrir yang selama sembilan hari terakhir menjadi konsentrasi massa yang bertujuan menggulingkan pemerintahan Mubarak. Ulah massa propemerintah itu memicu amarah massa rivalnya. Bentrokan terjadi tanpa ada campur tangan militer yang berjaga di sekitar kawasan itu untuk melerainya.


Sementara tadi malam, paramedis melaporkan, seorang warga asing tewas dipukuli di Lapangan Tahrir. Belum diketahui identitas warga itu dan kelompok mana yang memukulinya. Setelah insiden tersebut, Perdana Menteri (PM) Mesir Ahmed Shafiq telah menyatakan permintaan maafnya. “Hati rakyat Mesir berdarah,”ujarnya. Dia menandaskan akan ada penyelidikan atas insiden tersebut dan mengaku tidak tahu apakah serangan itu sudah diorganisasi sebelumnya.“ Saya tidak tahu apakah itu terorganisasi atau spontan,” ujarnya.

“Ada bentrokan.Dan bentrokan antarpemuda selalu saja lebih keras.Tampaknya mereka semua membawa senjata.” PM itu juga menyatakan siap turun ke Lapangan Tahrir dan bicara kepada para pengunjuk rasa.Namun, tawaran Shafiq itu langsung ditolak koalisi aktivis antipemerintah. “Kami tidak akan menerima dialog dengan rezim itu sampai permintaan kami dipenuhi dan Presiden Hosni Mubarak turun,” ujar Amr Salah, salah satu wakil koalisi itu.



“Keputusan kami sudah jelas: tidak ada negosiasi sampai Mubarak turun. Setelah itu kami siap berunding dengan (Wakil Presiden Omar) Suleiman.” Koalisi itu terdiri atas tokoh oposisi sekaligus peraih Hadiah Nobel Perdamaian 2005 Mohamed ElBaradei, anggota kelompok oposisi Ikhwanul Muslimin, gerakan Kefaya (Perubahan),dan beberapa partai politik lain.

Tak gentar dengan apa yang selalu mereka sebut sebagai kampanye intimidasi pemerintah, kelompok ini akan tetap melanjutkan rencana mereka untuk menggelar demonstrasi besar-besaran hari ini, yang mereka rancang sebagai Hari Perginya Mubarak. Tadi malam, Suleiman meminta aparat keamanan untuk membebaskan para pemuda yang tidak terlibat tindakan kriminal. Belum ada jumlah resmi orang yang ditangkap yang diumumkan sejak demonstrasi pecah pada 25 Januari lalu.


Kematian WNI Belum Terkonfirmasi

Di bagian lain, Menteri Luar Negeri (Menlu) Marty Natalegawa belum bisa mengonfirmasi kebenaran berita kematian perempuan yang dikabarkan warga negara Indonesia (WNI), Imanda Amalia. Perempuan yang kabarnya bertugas sebagai staf Badan Kerja dan Bantuan Perserikatan Bangsa- Bangsa (PBB) atau UNRWA itu kemarin diberitakan meninggal dalam bentrokan di Kairo,Mesir.

“Sepanjang hari ini (kemarin), baik Kementerian Luar Negeri maupun Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) terus melakukan verifikasi. Kami juga menghubungi kantor-kantor UNRWA di Timur Tengah serta kantor perwakilan PBB di Jakarta,” ucap Marty di Jakarta kemarin. Kini Kementerian Luar Negeri telah mengumpulkan beberapa hasil verifikasi,termasuk dari Kepala UNRWA di Kairo, Mesir, Dr Abeer Al-Khraisha. “Dr Al-Khraisha menyatakan tidak ada staf UNRWA Kairo atas nama Imanda Amalia.

Dia juga menginformasikan bahwa pihaknya belum mendapatkan kabar tentang ada staf UNRWA pusat maupun cabang lain yang menjadi korban pada unjuk rasa di Mesir,”papar Menlu. Pernyataan yang sama juga terlontar dari Kepala Kantor Koordinasi Urusan kemanusiaan PBB (UN-OCHA) Jakarta.Menurut keterangan Marty,UN-OCHA menyatakan tidak ada staf WNI di Kantor UNRWA Mesir. Beberapa media sempat menyebut Imanda berkewarganegaraan Australia, namun memiliki darah Indonesia.

Menurut kabar pula, jenazah Imanda akan dimakamkan di Perth,Australia.“Kami sudah menghubungi Konsulat Jenderal (Konjen) di Perth.Tidak ada yang bernama Imanda Amalia,” sahut Marty menanggapi berita pemakaman Imanda yang simpang siur. Sementara itu, demi mengangkut WNI keluar dari Mesir, pemerintah mengirim sebuah pesawat Garuda Boeing 747-400. “Evakuasi gelombang dua dilaksanakan hari ini (kemarin).

Pesawat diperkirakan tiba di Kairo sekitar pukul 18.00 waktu setempat (pukul 23.00 WIB),”ungkapnya. Garuda Boeing 747-400 rencananya membawa bahan logistik ke Kairo serta mengangkut 430 WNI keluar dari Mesir.“Diharapkan mereka (430 WNI) sampai di bandara Kairo sebelum pemberlakuan jam malam (pukul 15.00 waktu Kairo),” ujar Marty.Kalau tidak ada halangan, pesawat siap diberangkatkan kembali pukul 21.30 waktu Kairo.

Minta Evakuasi Secepatnya

Sementara itu,sejumlah mahasiswa asal Indonesia yang menempuh pendidikan di Mesir minta dievakuasi secepatnya. Saat dihubungi harian Seputar Indonesia (SINDO) kemarin, para mahasiswa menuturkan, kondisi mereka sebenarnya aman jika tidak keluar rumah.Namun, kelangsungan hidup mereka terancam dengan semakin menipisnya pasokan makanan dan kebutuhan sehari-hari. “Yang kami maksud aman di sini adalah berdiam diri di rumah.

Sejak 25 Januari lalu sampai kemarin semua informasi terputus. Sejak itu kami juga tidak berani keluar rumah,” kata Jamalullail, mahasiswa asal Patimpeng, Bone, Sulawesi Selatan, yang saat ini mengambil program S-2 di UniversitasAl- Azhar,Kairo.“Sekarang kondisi logistik sudah mulai kekurangan. Harga bahan makanan mulai melambung.Toko kebanyakan tutup. Tapi masih ada sedikit beras untuk makanan sehari-hari,” kata alumnus Pondok Pesantren Darul Huffadh,Bone,ini.

Dia menuturkan, saat ini sebagian besar Mahasiswa Indonesia di Mesir (MASISIR) sudah berada di luar asrama dekat Universitas Al-Azhar.Mereka menyewa flat sekitar 30 kilometer dari pusat konsentrasi massa di Tahrir. Sampai saat ini mahasiswa masih berdiam diri di flat masing-masing. Hanya yang mau dievakuasi yang menuju posko registrasi untuk didata dan diterbangkan ke Indonesia.

Sebagaimana mahasiswa lain, Jamal juga menunggu konfirmasi lanjutan untuk segera dievakuasi. Dia memilih untuk dievakuasi agar bisa tenang dan keluar dari areal konflik tersebut. Jamal bersama lima rekannya dari Sulsel kini tinggal di flat di Kattameya,30 kilometer dari Tahrir. Irwan Said,mahasiswa program S-2 Universitas Al-Azhar juga mengakui hal sama.Dia mengakui kondisi Mesir kemungkinan tidak bisa pulih dalam waktu dekat.

Saat ini stok makanan terus berkurang karena transportasi sudah tidak lancar lantaran jalur protokol diblokade. Akibatnya, pasokan bahan makanan terputus.Padahal sebelumnya dapat dipasok dari segala arah. “Mal-mal sudah hancur. Pos-pos polisi juga banyak yang dibakar,termasuk sebagian kantor pusatnya,”katanya. Dia melanjutkan, ada tiga titik sentral yang lumpuh yakni Kairo, Alexandria, dan Suez. Saat ini aksi unjuk rasa sudah mulai menyebar ke Mansurah, Damanhur, Manufiah, Almenia,Mahallah,dan beberapa tempat di Kota Kairo. 



SINDO

0 komentar:

Post a Comment