MOSKOW - Dunia internasional mengecam aksi pengeboman yang dilakukan terhadap Bandar Udara (Bandara) Domodevo di Moskow, Rusia, yang menewaskan sedikitnya 38 orang dan melukai lebih dari 180 orang lainnya.
Sementara Presiden Dmitry Medvedev mengungkapkan, aksi peledakan ini merupakan langkah terorisme yang terencana dan matang. Perdana Menteri Kanada Stephen Harper mengutuk aksi bom bunuh diri di Bandara Domodevo di Moskow yang menewaskan 38 orang dan melukai puluhan warga lainnya. "Pemerintah Kanada mengutuk keras serangan bom itu," kata Perdana Menteri Stephen Harper dalam sebuah pernyataan. "Penggunaan kekerasan terhadap orang tidak berdosa tidak akan pernah bisa ditolerir dan kami mengutuk pihak yang bertanggung jawab atas aksi mengerikan itu," katanya seraya menyampaikan belasungkawa kepada keluarga korban dan seluruh warga Rusia. "Komunitas internasional masih menghadapi ancaman terorisme dan harus tetap waspada melalui kerja sama dengan negara-negara sahabat untuk mencegah terjadinya serangan berikutnya," katanya menambahkan. Dari Korsel, Presiden Lee Myung-bak bergabung dengan paduan kecaman internasional atas pengeboman teroris yang mematikan. Dalam telegram kepada Presiden Rusia Dmitry Medvedev, Lee menyatakan sikap tegas Korea Selatan bahwa tindakan terorisme tidak dapat dibenarkan dengan alasan apa pun. Presiden Korea Selatan menyampaikan pesan belasungkawa kepada korban dan keluarga yang ditinggalkan dan berharap untuk pemulihan cepat bagi korban luka. Dinas intelijen Rusia mengungkapkan, pelaku peledakan bom itu terdiri dari dua orang yang ikut tewas dalam proses ledakan tersebut. Keduanya tewas dalam ledakan yang merusak terminal kedatangan internasional pada siang hari, ketika para kerabat dan sopir taksi menunggu penumpang turun dari pesawat. "Ledakan tersebut terjadi ketika seorang tersangka teroris wanita membuka sebuah tas. Ia ditemani oleh seorang pria yang kepalanya terbelah akibat ledakan itu," kata sumber itu kepada kantor berita Rusia, RIA Novosti. "Para teroris itu kemungkinan akan meninggalkan bahan peledak di terminal, namun bom tersebut tampaknya meledak tanpa disengaja atau diledakkan melalui perangkat remote control," katanya. Presiden Dmitry Medvedev mengungkapkan, tindakan teroris di Bandara Internasional Domodedovo, Moskow itu, dilakukan dengan tujuan untuk membunuh warga sebanyak mungkin. "Dengan mempertimbangkan lokasi dan petunjuk lainnya, kejadian tersebut adalah tindakan teroris yang sudah direncanakan dengan baik untuk membunuh warga sebanyak mungkin," kata Medvedev kepada wartawan. Ia juga menambahkan: "Para petugas medis sedang mencoba untuk membantu mereka yang memerlukan bantuan, ada banyak orang yang terluka." Juru Bicara Komite Nasional Anti Terorisme Rusia (NAC) Nikolai Sintsov sebelumnya, pada Selasa (25/1) mengatakan, terbatasnya tindakan keamanan di Bandara Domodedovo, Moskow, patut disalahkan atas ledakan mematikan tersebut. "Tindakan keamanan di Bandara Domodedovo tidak mencukupi. Jika memadai, serangan teroris tersebut tidak akan terjadi," kata Nikolai Sintsov kepada stasiun televisi Rossiya 24 TV. "Ini merupakan aksi teroris, ini adalah kesedihan, ini adalah sebuah tragedi. "Saya berharap, badan penegak hukum dapat dengan cepat memberikan penjelasan sepenuhnya (mengenai aksi teroris tersebut) dan melakukan suatu investigasi," kata Presiden Medvedev. Medvedev menjanjikan bantuan bagi keluarga korban tewas dan terluka dalam serangan tersebut, dan mengumumkan, ia akan menunda kunjungannya ke Forum Ekonomi di Davos, Swiss tempat ia dijadwalkan memberikan sambutan pembuka. Sumber dari petugas penegak hukum kepada RIA Novosti mengatakan, pihak keamanan berada dalam keadaan waspada bahwa ada teroris yang merencanakan serangan atas bandara di Moskow, namun tidak dapat menentukan lokasinya dan menahan tiga tersangka yang sudah mereka cari sebelumnya. Komunitas internasional mengecam ledakan itu, dan Sekretaris Jenderal Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) Anders Fogh Rasmussen mengatakan, ia "sangat terganggu" oleh serangan itu. "Saya sangat mengecam tindakan terorisme yang menyakitkan hati warga Rusia tersebut," kata Presiden Amerika Serikat Barack Obama dalam suatu pernyataan. Perdana Menteri Inggris David Cameroon menawarkan kepada Pemerintah Rusia "bantuan penuh" dan "dengan tegas mengatakan: "Warga Inggris berada bersama-sama dengan warga Rusia untuk menghadapi kejadian ini," kata Juru Bicara Downing Street. Peristiwa ini bukanlah yang pertama bagi Bandara Domodedovo menjadi target serangan teroris. Dua pesawat yang tinggal landas dari bandara tersibuk di Moskow itu diledakkan oleh pengebom bunuh diri wanita dari Chechnya pada Agustus 2004 dan menewaskan 90 orang. Suara Karya
0 komentar:
Post a Comment