Clock By Blog Tips

Tuesday, November 16, 2010

Suu Kyi Ingin Revolusi Damai

Aung San Suu Kyi
Yangon -Ikon demokrasi Burma yang baru bebas, Aung San Suu Kyi kemarin kembali bekerja untuk pertama kalinya dalam bertahun-tahun, bersamaan dengan tugas untuk membangun kembali partainya, yang dilemahkan.

Senyum Suu Kyi mengembang setibanya di markas partainya, Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD), di Yangon, Ahad lalu, ketika pidato politik pertamanya dalam tujuh tahun terakhir di depan ribuan pendukungnya yang bersuka. Saat itu dia menyerukan persatuan di seluruh negeri.

Dua hari setelah bebas dari tahanan rumah, Suu Kyi mengatakan bahwa tujuannya adalah untuk sebuah revolusi damai di Burma. Berbicara kepada BBC di markas LND di Yangon, dia yakin demokrasi akan datang ke Burma suatu saat, meskipun dia tak tahu berapa lama waktu yang dibutuhkan. Perempuan 65 tahun itu menyatakan akan mengambil setiap kesempatan untuk berbicara dengan para jenderal penguasa.
Pembebasannya datang enam hari setelah Burma menggelar pemilu pertama dalam 20 tahun terakhir. Partai NLD sebelumnya menang mutlak dalam pemilu, tapi tak pernah dibiarkan oleh junta militer yang berkuasa. Tahun ini pemilu dimenangi oleh partai terbesar yang didukung militer, Union Solidarity and Development Party (USDP), tapi dikecam oleh Barat sebagai pemilu tidak bebas dan tidak adil.

Editor BBC World Affairs, John Simpson, menyebutkan, sejumlah petugas keamanan menyaksikan wawancara dari seberang jalan di markas NLD tapi tidak berupaya campur tangan.
Aung San Suu Kyi juga menegaskan, “Saya tidak tunduk pada pembatasan kebebasan apa pun.” Tapi dia sepenuhnya siap untuk mengambil konsekuensi jika pemerintah militer memutuskan untuk mengunci lagi atas apa yang dia katakan atau dia lakukan. Pemenang Hadiah Nobel Perdamaian itu menghabiskan 15 dari 21 tahun selama ini dalam tahanan rumah. 

Ahad lalu, ribuan pendukung berkumpul mendengarkan pidatonya, yang mendesak rakyat Burma agar bersatu. “Kita harus bekerja bersama,” serunya. “Kita orang Burma cenderung percaya pada nasib. Tapi jika kita menginginkan perubahan, kita harus melakukannya dari diri kita sendiri.” Dia juga berjanji melanjutkan pekerjaannya “bersama seluruh kekuatan demokratik” menuju rekonsiliasi nasional. 

Lalu, ketika kemarin ditanyakan apakah pihak oposisi akan mengirim sepucuk surat kepada Than Shwe untuk bertemu, Nyan Win, seorang juru bicara partai NLD, mengatakan, “Belum tahu.”
Diplomat paling senior Amerika Serikat di Burma, Kuasa Usaha Larry Dinger, mengungkapkan, Amerika ingin mendorong rekonsiliasi antara pemerintah Burma dan Suu Kyi, tapi tak lebih dari itu. “Terus terang Saya tidak berpikir itu untuk Amerika Serikat guna menentukan kepentingannya atau kepentingan Burma. Dari perspektif kami itu buat rakyat Burma mewujudkannya,” ujarnya kemarin.

Tempo

0 komentar:

Post a Comment