
Presiden Syiria, Bashar al-Assad meletakkan karangan bunga di Monumen untuk Tentara Tak Dikenal dalam peringatan 37 tahun perang dengan Israel, 6 Oktober 2010 di Damaskus. (Foto: Reuters)
Menurut berita yang dilansir surat kabar Israel, Haaretz, Yadlin juga memperingatkan bahwa konflik bersenjata Israel yang berikutnya juga akan mengakibatkan kerusakan dan korban yang lebih besar dibandingkan sebelumnya karena peperangan akan dilangsungkan di beberapa tempat.
Yadlin berbicara dalam pertemuan akhirnya di Komite Pertahanan dan Urusan Luar Negeri Knesset saat ia tengah bersiap mengakhiri masa jabatannya sebagai komandan intelijen militer. Ia menambahkan bahwa Israel saat ini tengah berada dalam keadaan yang relatif renang, tapi ia memperingatkan bahwa para musuh Israel terus mempersenjatai diri dan menjadi ancaman terbesar bagi Israel sejak tahun 1970-an.
"Selama menjabat, saya sudah melihat tiga kali pergantian menteri pertahanan, dua kepala staf, dan dua perdana menteri yang datang dan pergi. Saya sudah melalui dua peperangan dan saya berhadapan dengan dua program nuklir negara-negara musuh," kata Yadlin dalam pertemuan di Knesset tersebut.
Sang kepala intelijen mengetengahkan bahwa Syiria merupakan ancaman terbesar bagi Israel saat ini. Ia menambahkan, Syiria telah melakukan modernisasi dan peremajaan persenjataan, militer, dan teknologi.
Menurut Yadlin, Syiria memperoleh sejumlah peluru kendali canggih antipesawat dari Rusia. Peluru kendali-peluru kendali tersebut dapat membatasi "kebebasan beroperasi" dari Angkatan Udara Israel.
Meski Syiria tidak berhasil membeli sistem peluru kendali S-300 buatan Rusia, Syiria mampu mengembangkan sistem pertahanannya ke tingkatan yang mampu membuat Syiria sebanding dengan militer Israel, seperti dulu pada tahun 1970-an, kata Yadlin.
Pada tahun 1973, Israel nyaris kalah oleh serangan mengejutkan dari Syiria dalam Perang Yom Kippur.
Israel menghalangi Syiria agar tidak mendapatkan peluru kendali Rusia karena hal itu dianggap sebagai ancaman besar terhadap rezim Zionis tersebut.
Yadlin juga memberikan indikasi bahwa Israel terlibat dalam penyerangan fasilitas nuklir Syiria pada bulan September 2007. Serangan itu dianggap banyak kalangan dilakukan oleh Israel, namun pemerintah Israel tidak pernah secara resmi menyatakan bertanggung jawab atas operasi tersebut.
"Saya memimpin sekelompok orang yang terdiri dari ribuan pekerja yang bekerja 24 jam sehari untuk mengumpulkan informasi bahwa musuh tidak menyampaikan informasi yang harus diambil dari tempat-tempat yang sulit," katanya.
Yadlin memungkasi pidatonya dengan peringatan bahwa ancaman dari program nuklir Iran semakin bertambah besar. Ia mengungkapkan bahwa Iran kini memiliki cukup uranium kadar tinggi untuk membuat bom nuklir.
Desember tahun lalu, Presiden Syiria, Bashar al-Assad, menyerukan diperbaharuinya proses mediasi antara Syiria dan Israel, dengan Turki yang bertindak sebagai penengah.
Presiden Bashar al-Assad menuding Israel telah menjadi biang kemacetan proses pembicaraan damai, ia juga menginginkan diperbaharuinya proses mediasi Turki untuk mendamaikan negaranya dan Israel.
Israel telah mencaplok kawasan Dataran Tinggi Golan milk Syiria secara ilegal sejak tahun 1967.
"Israel adalah penyebab utama dari kebuntuan proses pembicaraan damai. Israel menginginkan proses negosiasi yang tidak berprinsip, pembicaraan yang tidak berujung," katanya dalam sebuah konferensi pers gabungan dengan Perdana Menteri Turki, Recep Tayyip Erdogan.
suaramedia.com
0 komentar:
Post a Comment