Jakarta, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengatakan dua skuadron pesawat F-16 hibah dari Amerika Serikat diperkirakan tiba di tanah air pada 2014.
"Tapi bisa lebih cepat. Dua sampai tiga tahun bisa siap. Ini [proses hibah] sudah jalan," ujar Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro usai memimpin peringatan Hari Bela Negara di Kementerian Pertahanan, Jakarta, Minggu.
Menhan menegaskan Indonesia memilih mendatangkan pesawat F-16 hibah dari AS melalui proses hibah daripada membeli pesawat baru karena jika membeli pesawat baru, maka Indonesia hanya akan mendapat enam unit pesawat.
"Sementara dengan menerima pesawat hibah, Indonesia bisa mendatang 24 unit pesawat sekaligus," ujarnya.
Selain itu, Pemerintah menilai anggaran negara dapat lebih dihemat dengan menerima pesawat hibah. Purnomo mengungkapkan, dirinya sudah mengecek langsung pesawat F-16 hibah AS itu, dan bertemu dengan tim yang mengurus dan merawat pesawat-pesawat itu.
Biaya tinggi Sementara itu Kepala Staf TNI-AU Marsekal Imam Sufaat mengatakan, dari segi efektivitas dan efisiensi, "upgrade" ke blok 52 akan memakan biaya yang sangat tinggi. Untuk itu, pilihan yang lebih baik adalah melakukan peningkatan kemampuan F-16 blok 32.
Dari segi biaya, lanjut Kasau Marsekal Imam Sufaat, harga satu skuadron pesawat F-16 blok 52 dari pabriknya, Lockheed Martin, mencapai sekitar 1,6 miliar dolar AS. Harga enam pesawat F-16 blok 52 adalah 720 juta dolar AS.
"Padahal, anggaran yang disediakan hanya 430 juta dolar AS," kata Imam.
"Tapi bisa lebih cepat. Dua sampai tiga tahun bisa siap. Ini [proses hibah] sudah jalan," ujar Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro usai memimpin peringatan Hari Bela Negara di Kementerian Pertahanan, Jakarta, Minggu.
Menhan menegaskan Indonesia memilih mendatangkan pesawat F-16 hibah dari AS melalui proses hibah daripada membeli pesawat baru karena jika membeli pesawat baru, maka Indonesia hanya akan mendapat enam unit pesawat.
"Sementara dengan menerima pesawat hibah, Indonesia bisa mendatang 24 unit pesawat sekaligus," ujarnya.
Selain itu, Pemerintah menilai anggaran negara dapat lebih dihemat dengan menerima pesawat hibah. Purnomo mengungkapkan, dirinya sudah mengecek langsung pesawat F-16 hibah AS itu, dan bertemu dengan tim yang mengurus dan merawat pesawat-pesawat itu.
Biaya tinggi Sementara itu Kepala Staf TNI-AU Marsekal Imam Sufaat mengatakan, dari segi efektivitas dan efisiensi, "upgrade" ke blok 52 akan memakan biaya yang sangat tinggi. Untuk itu, pilihan yang lebih baik adalah melakukan peningkatan kemampuan F-16 blok 32.
Dari segi biaya, lanjut Kasau Marsekal Imam Sufaat, harga satu skuadron pesawat F-16 blok 52 dari pabriknya, Lockheed Martin, mencapai sekitar 1,6 miliar dolar AS. Harga enam pesawat F-16 blok 52 adalah 720 juta dolar AS.
"Padahal, anggaran yang disediakan hanya 430 juta dolar AS," kata Imam.
Sumber : Kemhan
0 komentar:
Post a Comment