Clock By Blog Tips

Tuesday, November 1, 2011

Yoshihiko Noda Berharap Asia Bersatu Menekan China

Yoshihiko Noda

Tokyo - Negara-negara Asia harus bekerja sama menekan militer China agar lebih serius mematuhi aturan di laut, ungkap Perdana Menteri Jepang Yoshihiko Noda, seperti dilansir Financial Times, Senin (31/10). Komentar Noda diungkap terkait dengan meningkatnya tekanan di Laut China Selatan dan Timur, di mana beberapa negara terlibat dalam sengketa teritorial.

Pada September lalu, Noda menjadi tokoh senior Jepang terakhir yang mengungkapkan keprihatinan terhadap kecepatan dan ”ketidakterbukaan” (opaqueness) pembangunan militer China setelah melihat besarnya kenaikan anggaran militer Beijing selama beberapa tahun ini.

Pada awal tahun ini, China telah mengumumkan belanja militer akan naik 12,7 persen menjadi 601,1 miliar yuan atau 91,7 miliar dollar AS pada tahun 2011. Beijing juga telah berulang kali berusaha memenuhi kebutuhan akan rudal canggih, satelit, senjata siber, dan jet tempur, yang menekankan bahwa kebijakan sebagai defensive in nature.

Di samping itu, China juga malah menjadi semakin lantang dalam menegaskan klaim di Laut China Timur dan Selatan. Sebagian besar wilayah itu diklaim sebagai teritori maritimnya, terutama yang meliputi Pulau Spratly dan Paracel. Vietnam, Filipina, Brunei, Malaysia, dan Taiwan juga mengklaim lokasi itu.

Konflik itu sudah berlangsung bertahun-tahun dan mengakibatkan ketegangan di antara negara-negara itu. Vietnam, Filipina, Brunei, dan Malaysia adalah anggota ASEAN. Operasi militer China di Laut China Timur sempat membuat Jepang meradang. Laut itu diyakini kaya deposit minyak dan gas serta jalur ekspedisi barang Asia Timur dengan Eropa dan Timur Tengah.

Wilayah itu telah lama dianggap sebagai salah satu potensi konflik militer Asia. China mengklaim sebagian besar kawasan itu, terbentang ratusan mil dari selatan sampai timur di Provinsi Hainan. Beijing mengatakan, hak mereka atas kawasan itu bermula sejak 2.000 tahun lalu. Dua pulau itu merupakan bagian dari China.

Pada tahun 1998, Vietnam terlibat pertempuran laut dengan China di salah satu terumbu karang di Laut China Selatan. Sekitar 50 pelaut Vietnam tewas.

Vietnam menolak klaim China dengan mengatakan Beijing tidak pernah mengklaim kedaulatan atas pulau itu sampai tahun 1940-an. Hanoi mengatakan, kedua pulau itu masuk ke wilayah Vietnam. Selain itu, Vietnam juga mengatakan bahwa mereka menguasai Paracel dan Spratly sejak abad ke-17 serta memiliki bukti berupa dokumen sejarah, dan klaim China itu tak berdasar.
Yoshihiko Noda berharap Asia bersatu menekan China. 



Sumber : Kompas




Baca lagi

0 komentar:

Post a Comment