Clock By Blog Tips

Thursday, November 10, 2011

Konflik Israel & Iran


Israel telah sampai pada kesimpulan bahwa hanya penggunaan nuklir yang mampu mencegah Iran memiliki senjata nuklir.

Ketika terakhir kali Israel terlibat pertempuran dengan Hezbollah di Lebanon, Presiden AS Goerge Bush mengatakan; “Konflik ti Timur Tengah ––terutama yang melibatkan Israel dengan kelompok Muslim bersenjata––akan menjadi lebih berbahaya jika Iran me miliki senjata nuklir.”

Bush tidak menjelaskan, tapi Barry R Posen “director of the Security Studies Program and the For International Professor Professor of Political Science at the Massachusetts Institute of Technology” punya jawabannya. Menurutnya, jika Iran memiliki senjata nuklir, negeri itu akan cenderung melibatkan diri secara langsung ke dalam krisis, dan pemimpin Iran akan berlindung di balik senjata nuklir.

Penjelasan lebih rinci, ketika Iran telah memiliki nuklir, tidak akan ada lagi negara besar “terutama AS dan sekutunya; Inggris, Jerman, Prancis, dan Israel” yang berani menyerang, karena menghadapi risiko eskalasi nuklir. Pada saat itu Iran akan bebas melakukan apa pun, termasuk campur tangan urusan internal negara lain.

Sebagai negara bersenjata nuklir, Iran tidak akan ragu menekan negara-negara di sekelilingnya, karena invasi dengan kekuatan konvensional menjadi lebih murah. Iran memang tidak memiliki hegemoni dan sengketa wilayah dengan siapa pun, tapi memiliki ambisi hegemoni ideologi di kalangan dunia Islam.


Penjelasan di atas tampaknya telah cukup bagi siapa pun untuk menjelaskan mengapa Israel, dan juga AS, merasa perlu menghentikan program nuklir Iran. Bahkan, Israel––sejak akhir 2009––telah sampai pada kesimpulan pentingnya menyerang Iran sebelum negeri itu memiliki nuklir.

Israel bisa saja menggunakan rudalrudalnya untuk menyerang Iran dari empat zona. AS, yang relatif telah mengepung Iran, menggunakan kekuatan udaranya un tuk memborbadir seluruh fasilitas militer negeri itu.

Secara miltier, menurut Posen, AS beserta sejumlah sekutunya akan bisa mengalahkan Iran. Namun, AS tidak bisa memperlakukan Iran seperti Irak dan Afghanistan.

Iran, menurut Posen, berpengalaman melakukan perang teror dan subversi dan para pemimpinnnya tidak terlalu khawatir dengan invasi. Populasi Iran mencapai 70 juta, dengan luas wilayah tiga kali Prancis. Akans sangat sulit bagi AS dan Israel mengontrol negeri seluas ini secara militer.

Saat ini saja, AS ‘yang konon memiliki tentara berkemampuan terbaik di dunia‘ relatif gagal mengontrol delapan dari 12 propinsi di Irak. Tidak hanya itu Paman Sam juga gagal mengendalikan 12 dari 28,5 juta penduduk yang memadati propinsi-propinsi yang dikuasainya.

Pilihan Israel

Beberapa pakar militer AS mengatakan ketika Israel sampai pada kesimpulan harus menyerang Iran, negeri Yahudi itu menghadapi pilihan sulit; menggunakan senjata konvensional ‘rudal Jericho II dengan hulu ledak biasa’ atau senjata nuklir.

Penggunaan senjata non-nuklir akan membuat Iran memiliki kesempatan melakukan serangan balik. Senjaga konvensional relatif tidak akan bisa melumpuhkan seluruh arsenal Iran, dan menghancurkan banyak kota-kota.

Pilihannya adalah meluncurkan rudal Jericho II dengan hulu ledak nuklir. Israel saat ini memiliki 200 sampai 300 hulu ledak nuklir. Penggunaan setengah dari jumlah itu telah cukup untuk membuat Iran lumpuh total.

Asumsinya sederhana. Seperepat populasi Iran memadati empat kota yang dapat dijangkau Jericho II. Hampir seluruh aktivitas ekonomi Iran juga terdapat di empat kota itu, dan seluruh industri minyak masih bisa dijangkau rudal-rudal Israel.

Serangan nuklir ke empat kota itu akan membuat Iran tidak mungkin mela kukan recovery dalam waktu singkat. Iran tidak memiliki kemampuan menang kal serangan rudal nuklir.

Mengutip sejumlah sumber di Tel Aviv, Israel telah sampai pada kesimpulan bahwa hanya penggunaan nuklir yang mampu mencegah Iran memiliki senjata nuklir. Na mun nuklir diyakini tidak akan melumpuhkan moral Iran.

Iran bukan Irak atau Afghanistan. Iran diperkirakan akan melakukan perlawanan sampai kekuatan terakhir, dan untuk jangka waktu lama. Mereka akan mengerahkan kekuatan-kekuatan terorisnya di luar negeri untuk menyerang semua target lawan.

Pilihan Iran

Analis pertahanan AS mengatakan Iran bermimpi memiliki kemampuan melakukan serangan pertama yang melumpuhkan (first strike). Ini terlihat dari kebijakan pembangunan industry militer Iran dalam satu dekade terakhir. Iran berusaha memiliki sebanyak mungkin rudak jarak pendek, jarak menengah, dan jauh.

Banyak pakar ragu Iran bisa mewujudkan impian itu, tapi banyaknya laporan yang menyebutkan negeri itu terus meningkatkan kemampuan rudal-rudalnya cukup mengkhawatirkan banyak pihak. Iran begitu yakin bisa memiliki kemampuan itu. Yang tidak mungkin mereka miliki adalah kemampuan penangkalan serangan.

Posen mengatakan kalau pun Iran memiliki kemampuan itu, mereka tidak akan melakukan first strike terhadap Israel. Alasannya sederhana. Jika Iran melakukan tindakan itu, mereka tidak akan memiliki kemampuan lagi untuk menghadapi serangan Amerika Serikat dan sekutunya.

Ancaman serius Iran sebenarnya bukan Israel, tapi AS. Karena, hanya AS yang memiliki kemampuan melumpuhkan dengan serangan nuklir. Lebih dari itu AS mampu melakukan serangan nuklir lebih cepat disbanding Israel, karena rudal-rudal Paman Sam bisa dilepaskan dari kapal induk dan kapal selam yang mereka miliki.

Pacuan Senjata

Kekhawatiran lain jika Iran menjadi negara nuklir adalah munculnya keinginan serupa dari Turki, Mesir, dan Arab Saudi, atau mungkin negara-negara Arab lainnya, salah satunya Suriah. Jika ini terjadi, Timur Tengah akan menjadi semakin pelik. Mesir relatif telah memiliki kemampuan mengembangkan nuklir, demikian pula Turki. Suriah diprediksi akan mendapat pasokan senjata nuklir dari Iran. Cara ini yang paling mungkin untuk menekan Israel dari jarak dekat.

Arab Saudi, setidaknya untuk saat ini, mungkin tidak berambisi. Di masa depan, bukan tidak mungkin negara itu meminta restu AS untuk membangun reaktor nuklir. Untuk tahap pertama mungkin reaktor pembangkit listrik.

Analisis militer memperkirakan situasi itu tidak akan terjadi dalam waktu sepuluh atau dua puluh tahun lagi. Meskir adalah negara miskin. Turki masih sibuk dengan pembangunan ekonomo dalam negerinya, dan lebih suka mengandalkan kemampuan persenjataan konvensionalnya. Namun jika dalam waktu lima tahun Iran menjadi negara nuklir, konstelasi militer di Timur Tengah akan berubah.


Sumber : Republika

0 komentar:

Post a Comment