Clock By Blog Tips

Wednesday, June 15, 2011

Konflik Vietnam-China, AS Siap Jadi Penengah

Seorang prajurit menjaga sebuah kapal perang China di Kota Qingdao (AP Photo/Guang Niu, Pool)

Pemerintah Amerika Serikat siap memfasilitasi perundingan konflik perbatasan di Laut China Selatan antara China dan Vietnam. Namun, niatan AS dipandang miring oleh pemerintah China dan pengamat hubungan internasional. 

Dilansir dari stasiun berita CNN, Selasa, 14 Juni 2011, AS memilih bersikap netral dalam konflik kedua negara itu. Sikap netral pemerintah AS ini bertentangan dengan pendapat Kongres yang mendesak adanya reaksi yang lebih keras terhadap China mengenai hal ini. Reaksi AS, tutur kongres, akan berguna untuk menyeimbangkan pengaruh China di kawasan.

Kendati netral, namun AS menyatakan siap memfasilitasi perundingan antara kedua negara. Kesiapan AS ini, ujar Menteri Luar Negeri Hillary Clinton, adalah bentuk kepentingan AS di luar negeri.

"Kepentingan nasional AS adalah kebebasan navigasi, akses yang terbuka di perairan Asia, dan penghargaan terhadap hukum internasional di Laut China Selatan," ujar Menteri Luar Negeri Hillary Clinton.

Menanggapi hal ini, pemerintah China menyatakan menolak adanya campur tangan asing dalam sengketa perbatasan. Mereka mengatakan bahwa asing hanya akan memperuncing masalah, bukannya menyelesaikan masalah.

"Beberapa negara menggunakan tindakan unilateral untuk merusak kedaulatan dan batas maritim dan kepentingan China, melontarkan pernyataan yang tidak berdasar dan bertanggungjawab untuk memperluas dan memperumit masalah," ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Hong Lei.

Peluru Baru
Pengamat dari Universitas Peking, China, Zhang Xizhen, juga memandang miring sikap AS tersebut. Dia mengatakan permasalahan Laut China Selatan akan menjadi peluru baru bagi AS untuk China. Sebelumnya, AS menggunakan Taiwan untuk menyerang kedaulatan China.

"Walaupun AS mengatakan bahwa mereka netral dalam masalah ini, namun jika konflik memanas di kawasan, mereka akan menggunakan alasan ini untuk turut campur," ujar Zhang.

Wilayah perairan Laut China Selatan menjadi perebutan antara China, Vietnam, Filipina, Malaysia, Brunei dan Taiwan. Perairan yang dikenal sebagai jalur sibuk perdagangan internasional ini diyakini mengandung gas alam dan minyak yang belum terjamah.







VivaNews

0 komentar:

Post a Comment