Menko Polhukam Djoko Suyanto mengatakan pemerintah mengupayakan penyelamatan seluruh awak kapal Sinar Kudus yang dibajak perompak Somalia dengan berbagai cara, mulai dari operasi intelijen, perencanaan operasi penyerbuan, hingga upaya negosiasi. Untuk operasi penyerbuan, pemerintah menerjunkan 401 aparat TNI dari satuan Marinir Angkatan Laut dan Komando Pasukan Khusus Angkatan Darat. Dia mengatakan operasi penyelamatan dan upaya negosiasi merupakan perintah langsung Presiden dalam rapat yang digelar 18 Maret atau sehari setelah mendapatkan informasi adanya pembajakan kapal Sinar Kudus.
“Direktif utama saat itu upayakan pembebasan awak kapal. Saat itu bahasannya agar negosiasi dan operasi penyerbuan yang mengedepankan keselamatan awak kapal,” papar Djoko di Jakarta, Jumat (15/4). Opsi penyerbuan saat itu diambil karena kapal Sinar Kudus masih berlayar di perairan lepas. “Karena saat itu kapal Sinar Kudus di lautan lepas, opsi penyerbuan juga ditempuh dan dipersiapkan betul-betul,” kata dia. Namun, dalam perkembangan berikutnya, kapal Sinar Kudus ternyata dibawa merapat ke markasnya dan berlabuh bersama puluhan kapal dari negara lain.
“Mereka sudah merapat sejak tanggal 2 April,” kata dia. Kronologi Operasi Panglima TNI Agus Suhartono memaparkan jajaran TNI telah mendapatkan perintah operasi penyelamatan dari Presiden Yudhoyono pada 18 Maret 2010. “Kemudian kita siapkan perencanaan operasi penyelamatan pada 19 dan 20, kemudian tanggal 21 Maret kita paparkan ke Presiden rencana operasi,” kata Agus. Kemudian, lanjut dia, pasukan penyelamatan itu diberangkatkan menggunakan dua kapal pada 23 Maret sore, lengkap dengan satu helikopter.
Mereka transit di Kolombo pada 29 Maret sembari menjemput beberapa personel khusus yang diterbangkan dari Indonesia. Pasukan khusus diangkut dari Jakarta ke Kolombo menggunakan pesawat agar dalam kondisi fit untuk menjalankan operasi. Dari Kolombo, seluruh personel berangkat ke Teluk Aden, perairan Somalia, dan melepas jangkar pada 8 April. Dalam perjalanan dari Kolombo ke Somalia, TNI sebenarnya berharap bisa bertemu di jalan karena informasi yang didapat, kapal Sinar Kudus dijadikan kapal induk untuk melakukan pembajakan ke kapal-kapal lain di perairan lepas.
“Direktif utama saat itu upayakan pembebasan awak kapal. Saat itu bahasannya agar negosiasi dan operasi penyerbuan yang mengedepankan keselamatan awak kapal,” papar Djoko di Jakarta, Jumat (15/4). Opsi penyerbuan saat itu diambil karena kapal Sinar Kudus masih berlayar di perairan lepas. “Karena saat itu kapal Sinar Kudus di lautan lepas, opsi penyerbuan juga ditempuh dan dipersiapkan betul-betul,” kata dia. Namun, dalam perkembangan berikutnya, kapal Sinar Kudus ternyata dibawa merapat ke markasnya dan berlabuh bersama puluhan kapal dari negara lain.
“Mereka sudah merapat sejak tanggal 2 April,” kata dia. Kronologi Operasi Panglima TNI Agus Suhartono memaparkan jajaran TNI telah mendapatkan perintah operasi penyelamatan dari Presiden Yudhoyono pada 18 Maret 2010. “Kemudian kita siapkan perencanaan operasi penyelamatan pada 19 dan 20, kemudian tanggal 21 Maret kita paparkan ke Presiden rencana operasi,” kata Agus. Kemudian, lanjut dia, pasukan penyelamatan itu diberangkatkan menggunakan dua kapal pada 23 Maret sore, lengkap dengan satu helikopter.
Mereka transit di Kolombo pada 29 Maret sembari menjemput beberapa personel khusus yang diterbangkan dari Indonesia. Pasukan khusus diangkut dari Jakarta ke Kolombo menggunakan pesawat agar dalam kondisi fit untuk menjalankan operasi. Dari Kolombo, seluruh personel berangkat ke Teluk Aden, perairan Somalia, dan melepas jangkar pada 8 April. Dalam perjalanan dari Kolombo ke Somalia, TNI sebenarnya berharap bisa bertemu di jalan karena informasi yang didapat, kapal Sinar Kudus dijadikan kapal induk untuk melakukan pembajakan ke kapal-kapal lain di perairan lepas.
Koran Jakarta
0 komentar:
Post a Comment