Drone Predator |
London – Menteri Luar Negeri Inggris William Hague mengindikasikan bahwa pesawat-pesawat tanpa awak Predator milik Amerika yang pernah dipergunakan untuk menghabisi para pemimpin al-Qaeda di Pakistan dan Afghanistan, bisa dipergunakan untuk membunuh pemimpin Libya, Kolonel Muammar Gaddafi.
Hal itu terjadi saat operasi tempur tersebut terus berlanjut di Kota Misrata yang dikepung, demikian diwartakan Daily Mail.
Meski rezim Gaddafi mengklaim bahwa pihaknya akan keluar dari Misrata, janji tersebut tidak dipenuhi.
Tercatat lebih dari 50 orang di kota tersebut tewas dan ratusan orang lainnya luka-luka setelah pasukan Gaddafi menembakkan bom tandan, mortir, dan selongsong peluru tank ke sejumlah zona aman untuk penduduk sipil.
Presiden Amerika Serikat Barack Obama memberikan izin pengunaan dua unit drone Predator di atas Libya pekan lalu, dan kemarin (24/4), para senator mendesak Obama mengizinkan peluncuran serangan udara untuk membunuh Gaddafi guna "memotong kepala sang ular."
Sementara itu, Hague mengatakan bahwa klaim Gaddafi untuk menarik keluar pasukannya dari Misrata mungkin hanya kedok untuk menggunakan "taktik perang gerilya."
"Kabar yang menyebut pasukan Gaddafi ditarik sepenuhnya dari Misrata agaknya dilebih-lebihkan. Hal ini mungkin hanya kedok untuk menggunakan taktik perang yang lebih mirip perang gerilya, tanpa mengenakan seragam dan tanpa tank," tambah Hague.
Surat kabar itu mengutip ucapan seorang pria asal Sirte, tempat kelahiran dan markas Gaddafi, yang mengatakan bahwa para loyalis Gaddafi telah mengatakan kepada orang-orang di sana bahwa mereka semestinya memerangi para anggota al-Qaeda dan teroris dari Aljazair yang mengendalikan Misrata.
"Mereka menempatkan unit-unit militer di belakang kami agar kami tidak bisa melarikan diri. Kami diberi tahu bahwa jika kami lari kami akan mati, dan satu-satunya cara untuk tetap hidup adalah menghabisi semua musuh. Gaddafi adalah seorang kriminal dan pembunuh," tambahnya.
Menteri Pertahanan Liam Fox dan Kepala Staf Pertahanan Inggris Jenderal Sir David Richards akan mengunjungi Pentagon pekan ini untuk meminta tambahan pesawat Predator.
Pesawat tanpa awak membawa kamera beresolusi tinggi dan bisa melancarkan serangan akurat dengan peluru kendali, namun mereka juga ada kaitannya dengan kematian warga sipil di Afghanistan. Hague mengindikasikan bahwa pesawat-pesawat itu bisa dipergunakan untuk menarget sejumlah "tokoh utama" dalam rezim tersebut, seperti Gaddafi, selama tidak ada ancaman jelas terhadap warga sipil kala itu.
Saat ditanya apakah pesawat Predator bisa dipergunakan untuk pembunuhan, Hague mengatakan, "Siapa atau apa yang jadi target dalam hal ini tergantung cara mereka bersikap."
"Hal itu berlaku bagi angkatan bersenjata (Libya). Jika mereka mengancam warga sipil, maka dibenarkan bagi setiap pesawat (untuk menyerang), hal itu juga berlaku bagi para pemimpin," tambahnya.
Kemarin, militer AS membenarkan bahwa serangan udara pertama yang dilakukan pesawat tanpa awak Predator telah menghancurkan sebuah peluncur roket pemerintah Libya di dekat Misrata.
Suaramedia
0 komentar:
Post a Comment