Tepat 66 tahun yang lalu, kekuatan Nazi berada di titik nadir saat pasukan Uni Soviet (kini Rusia) mulai memasuki Kota Berlin, Jerman. Penyerangan itu menandakan Perang Dunia Kedua di Eropa mendekati akhir.
Stasiun berita BBC mengungkapkan bahwa "Pasukan Merah" Soviet menyerang ibukota Jerman itu dari tiga penjuru, utara, timur, dan tenggara. Sedangkan pasukan Sekutu pimpinan Amerika Serikat (As) dan Inggris mendekati Berlin bagian barat.
Melihat keadaan sudah terdesak, Menteri Propaganda Nazi, Josef Goebbels, memerintah bahwa Berlin harus dipertahankan habis-habisan. Maka, dia menyatakan bahwa bila ada warga Jerman yang pengecut, baik yang mengibarkan bendera putih maupun melakukan sabotase kepada Nazi, akan dianggap melanggar hukum.
Namun, peringatan Nazi itu sia-sia. Setelah digempur dengan tembakan artileri dari pasukan Soviet, Berlin akhirnya menyerah. Pasukan Soviet pun melenggang ke basis kekuatan Nazi itu tanpa perlawanan berarti. Namun pertempuran di Berlin itu menewaskan puluhan ribu jiwa, baik tentara maupun warga sipil.
Stasiun berita BBC mengungkapkan bahwa "Pasukan Merah" Soviet menyerang ibukota Jerman itu dari tiga penjuru, utara, timur, dan tenggara. Sedangkan pasukan Sekutu pimpinan Amerika Serikat (As) dan Inggris mendekati Berlin bagian barat.
Melihat keadaan sudah terdesak, Menteri Propaganda Nazi, Josef Goebbels, memerintah bahwa Berlin harus dipertahankan habis-habisan. Maka, dia menyatakan bahwa bila ada warga Jerman yang pengecut, baik yang mengibarkan bendera putih maupun melakukan sabotase kepada Nazi, akan dianggap melanggar hukum.
Namun, peringatan Nazi itu sia-sia. Setelah digempur dengan tembakan artileri dari pasukan Soviet, Berlin akhirnya menyerah. Pasukan Soviet pun melenggang ke basis kekuatan Nazi itu tanpa perlawanan berarti. Namun pertempuran di Berlin itu menewaskan puluhan ribu jiwa, baik tentara maupun warga sipil.
• VIVAnews
0 komentar:
Post a Comment